Korban Selamat Bom Hiroshima & Nagasaki Terima Nobel Perdamaian, Menangis Sesenggukan Singgung Pejuang Gaza
Setengah tak percaya jika komunitasnya menerima Nobel bergengsi, dia berurai mata.
Kelompok penyintas bom atom Jepang, Nikon Hidankyo diketahui menerima penghargaan Nobel di Norwegia. Mereka mendapat apresiasi atas perjuangan kerasnya menyuarakan betapa bahayanya penggunaan senjata nuklir.
Salah seorang pimpinan kelompok kemudian angkat bicara saat menerima penghargaan. Setengah tak percaya jika komunitasnya menerima Nobel bergengsi, dia berurai mata.
- Pemenang Nobel Sastra, Penerbit dan Penulis Dunia Boikot Israel, Tolak Kerjasama dengan Lembaga Kebudayaan Negara Penjajah
- Organisasi Penyintas Bom Atom Hiroshima dan Nagasaki Menang Nobel Perdamaian 2024
- Penemuan Besar yang Belum Mendapatkan Nobel Prize, Padahal Bermanfaat Bagi Manusia
- Jurnalis Palestina Diusulkan Jadi Penerima Nobel
Dia menyinggung soal pejuang kemerdekaan di Gaza. Seperti apa ungkapannya yang turut menuai rasa simpati dari kalangan warganet itu? Simak ulasan selengkapnya berikut ini.
Korban Selamat Bom Terima Nobel
Toshiyuki Mimaki, ketua kelompok penyintas bom atom Jepang, Nikon Hidankyo membuka pidato setibanya di Tokyo usai mendapat penghargaan Nobel bergengsi di Norwegia.
Dalam balutan setelan jas berwarna gelap, Mimaki berurai air mata saat melontarkan reaksinya usai mendapat Nobel.
Mimaki tak percaya jika kelompok yang dipimpinnya itu sukses mendapat penghargaan bergengsi dari dunia. Sembari sesekali mencubit pipi, Mimaki mengaku jika hal yang dihadapinya kala itu tak nyata.
"Bagaimana bisa. Ini tidak mungkin nyata. Kenapa Nihon Hidankyo?" ungkapnya.
Momen tak terduga tersebut seperti halnya yang terlihat dalam sebuah video singkat unggahan akun Instagram @fyifact beberapa waktu lalu.
Singgung Pejuang Gaza
Mimaki menambahkan, warga dunia yang turut memperjuangakan kemerdekaan di Gaza disebutnya lebih layak mendapatkan penghargaan Nobel. Tak tanggung-tanggung, Mimaki bahkan mengakui jika apa yang dilakukan para pejuang itu merupakan suatu perjuangan keras.
"Saya pikir orang yang berjuang keras untuk perdamaian di Gaza lebih layak (mendapatkannya)," tegasnya.
Lebih lanjut, Mimaki membandingkan dampak nuklir yang pernah dialaminya dengan konflik Gaza saat ini. Dia menggambarkan jika banyak kesamaan nestapa yang dialami anak-anak Gaza dengan Jepang pada 80 tahun yang lalu.
"Potret anak-anak di Gaza bersimbah darah sambil digendong orangtuanya mengingatkanku dengan Jepang 80 tahun lalu. (Anak) yang kehilangan ayah di medan perang dan kehilangan ibu akibat bom nuklir. Mereka jadi yatim piatu," imbuhnya.
Banjir Tanggapan Warganet
Melihat pidato Mimaki yang diiringi tangisan hingga ungkapannya soal Gaza turut memantik rasa simpati dari kalangan warganet.
Bahkan banyak di antaranya yang menyebut jika Mimaki memiliki adab yang begitu baik.
"Jepang dan adabnya," tulis akun @dul48dul48
"Pejuang gaza tidak butuh nobel, namun kepedulian bapak ini yang buat pejuang gaza bertahan ❤️❤️👏," tulis akun @mzzzzz_90
"Dia tau persis betapa sengsaranya jadi korban peperangan antara negara😢," tulis akun @hyeugene_
"Beliau ingat rakyat Gaza😭😭," tulis akun @magelang
"Sedih banget pak 😢," tulis akun @chabiechan
"Hanya yang pernah merasakan yg mengerti 😢," tulis akun @ceresmrs
Terima Nobel Perdamaian
Nihon Hidankyo, sebuah kelompok penyintas bom atom Jepang pada bulan Oktober 2024 lalu diketahui menerima salah satu penghargaan tertinggi di dunia yang berlangsung di Oslo.
Melansir dari Antara, kelompok yang dipimpin oleh Toshiyuki Mimaki itu berhasil menerima Nobel Perdamaian tahun ini.
Penghargaan ini diberikan untuk upayanya mencapai dunia bebas dari senjata nuklir, menurut komite Nobel. Komite menekankan pentingnya kesaksian langsung dari penyintas, yang mengingatkan dunia bahwa senjata nuklir harusnya tidak pernah digunakan lagi.
Seperti yang diketahui, bom nuklir pernah dijatuhkan Amerika Serikat pada 1945 saat Perang Dunia II di Jepang. Akibatnya, ada lebih dari 120 ribu orang tewas. Kini, banyak pihak yang turut mencemaskan penggunaan nuklir di perang yang berlangsung di Ukraina hingga Timur Tengah.