Potret Bung Hatta Dipayungi Jenderal TNI, Sosoknya Kemudian Sangat Berkuasa di RI
Potret lawas Mohammad Hatta dipayungi jenderal TNI yang pernah sangat berkuasa di Indonesia.
Sebuah potret lawas merekam momen saat wakil presiden RI pertama Mohammad Hatta tengah menghadiri pemakaman kenegaraan mendiang Mantan Perdana Menteri Sutan Sjahrir, dibagikan oleh akun Instagram @sejarahnusantara45.
Dalam unggahan tersebut, terlihat Bung Hatta, sapaan akrab Mohammad Hatta, berjalan di bawah rintik hujan dipayungi oleh seorang jenderal TNI. Sosok sang jenderal di kemudian hari menjadi orang paling berkuasa di Indonesia. Siapakah dia? Simak informasi selengkapnya:
-
Siapa yang menculik Sukarno dan Hatta? Aksi ini dimulai saat para pemuda mendesak Sukarno untuk segera bertindak setelah Jepang menyerah pada sekutu. Sukarno Menolak Permintaan Para Pemuda Untuk Mengobarkan Revolusi dan Melawan tentara Jepang Sempat terjadi ketegangan saat seorang pemuda membawa senjata tajam dan seolah ingin mengancam Sukarno.
-
Dimana Inul Daratista dan Adam Suseno bertemu dengan Presiden Soeharto? Foto lawas yang diambil pada tahun 2003 ini menunjukkan momen ketika Inul dan Mas Adam diundang oleh Ibu Titiek Soeharto, sehingga mereka juga berkesempatan bertemu dengan Bapak Presiden Soeharto.
-
Siapa yang pernah menolak perintah Presiden Soeharto? Ia pernah menolak perintah Presiden Soeharto dan menjelaskan kesalahan sang kepala negara memberi perintah tersebut
-
Apa yang pernah dititipkan Soeharto kepada Sudjono Humardani? Ceritanya pada tahun 1967, Sudjono pernah diberi tugas oleh Soeharto untuk meminjam topeng Gadjah Mada yang disimpan di Pura Penopengan Belah Batu Bali.
-
Kapan Soekarno dan Hatta diculik oleh para pemuda? Pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945, para pemuda menculik Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok.
-
Kenapa para pemuda menculik Sukarno dan Hatta? Para pemuda memutuskan untuk membawa SUkarno agar tidak dipengaruhi Jepang. Mereka membawa Sukarno-Hatta ke Rengasdengklok yang saat itu dianggap cukup tersembunyi dan sukar dilacak Tentara Jepang.
Momen Kebersamaan Bung Hatta dan Jenderal TNI
Dalam unggahan di Instagram @sejarahnusantara45, membagikan foto lawas yang mengabadikan momen kebersamaan Bung Hatta dengan seorang Jenderal TNI.
Dalam keterangan unggahan, disebutkan bahwa foto tersebut diambil saat keduanya menghadiri pemakaman kenegaraan mendiang mantan Perdana Menteri Indonesia Sutan Sjahrir, di TMP Kalibata, Jakarta Selatan, pada 19 April 1966.
Dalam foto yang dibagikan, tampak Bung Hatta berjalan di bawah rintik hujan di tengah kerumunan pelayat yang hadir. Sementara itu, Jenderal Soeharto terlihat mendampingi Bung Hatta sambil memayungi negarawan yang dikenal sebagai bapak koperasi itu.
Potret Lawas Bung Hatta dan Jenderal Soeharto
Instagram/@sejarahnusantara45 ©2021 Merdeka.com
"Mantan Wakil Presiden Indonesia Mohammad Hatta (kiri) dan Menteri Pertahanan Suharto (kanan) terlihat di pemakaman kenegaraan mantan Perdana Menteri Indonesia Sutan Sjahrir pada 19 April 1966 di Jakarta, Indonesia," tulis keterangan unggahan.
Jenderal Soeharto Pernah Jadi Sosok Paling Berkuasa di RI
YouTube HM Soeharto ©2021 Merdeka.com
Jenderal Soeharto merupakan seorang perwira tinggi militer yang pernah menjabat sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat menggantikan Letjen Ahmad Yani yang gugur dalam peristiwa G30S PKI. Tak hanya di lingkungan militer, sosok Soeharto juga cukup meninggalkan kesan begitu mendalam bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Pada tahun 1968 silam, ia resmi menjadi Presiden ke-2 RI. Soeharto merupakan Presiden Indonesia terlama yang pernah menjabat. Tiga puluh dua tahun berkuasa, tentu kiprahnya sebagai Presiden kedua Republik Indonesia masih melekat di ingatan setiap orang yang pernah merasakan kepemimpinannya.
Masa kepemimpinannya disebut dengan Orde Baru atau Orba. Awal mula terpilihnya Soeharto sebagai Presiden Indonesia adalah saat ia berhasil menumpas Gerakan 30 September dan menyatakan Partai Komunis Indonesia sebagai organisasi terlarang.
Karena itulah Soeharto kemudian diberi mandat oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) untuk mengambil alih kepemimpinan Soekarno.