Si Cantik Ratna Sari Dewi & Pengaruhnya ke Soekarno Atas Proyek Jepang di Indonesia
Siapa yang tidak mengenal Ratna Sari Dewi, wanita asal Jepang yang menjadi istri kelima Presiden Soekarno. Selain cantik, wanita asli Jepang ini disebut memiliki peran besar bagi perusahaan Jepang dalam memperoleh proyek pampasan perang di Indonesia dulu.
Siapa yang tidak mengenal Ratna Sari Dewi, wanita asal Jepang yang menjadi istri kelima Presiden Soekarno. Parasnya dikenal cantik mempesona hingga membuat Bung Karno jatuh cinta dan menikahinya.
Selain cantik, wanita asli Jepang ini disebut memiliki peran besar bagi perusahaan Jepang dalam memperoleh proyek pampasan perang di Indonesia dulu.
-
Siapa yang bersama Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia? Pada tanggal 17 Agustus 1945, Hatta bersama Soekarno resmi memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta.
-
Bagaimana reaksi Soekarno saat bertemu Kartika? Bung Karno yang mengetahui kedatangan istri dan putrinya, seketika mengulurkan tangan dan seolah-olah ingin mencapai tangan Kartika.
-
Apa yang dilakukan Bung Karno untuk memperkenalkan Ibu Fatmawati kepada keluarga Nehru? Bung Karno dan Bu Fatmawati dikenalkan kepada seluruh keluarga besar Nehru. "Suasana kekeluargaan sangat terasa oleh kami dan mereka sangat mengagumi figur-figur kami yang baru lepas dari cengkeraman penjajahan Belanda," kenang Fatmawati.
-
Siapa yang melahirkan dan membesarkan Bung Karno? Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno, menjadi orang hebat salah satunya berkat peran besar sang ibu, Ida Ayu Nyoman Rai. Sadar betapa besarnya jasa sang ibu, Bung Karno selalu menghormati perempuan yang melahirkan dan membesarkannya itu.
-
Kapan Soekarno dan Hatta diculik oleh para pemuda? Pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945, para pemuda menculik Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok.
-
Siapa yang menculik Sukarno dan Hatta? Aksi ini dimulai saat para pemuda mendesak Sukarno untuk segera bertindak setelah Jepang menyerah pada sekutu. Sukarno Menolak Permintaan Para Pemuda Untuk Mengobarkan Revolusi dan Melawan tentara Jepang Sempat terjadi ketegangan saat seorang pemuda membawa senjata tajam dan seolah ingin mengancam Sukarno.
Seperti diketahui, pasca perang dunia II, Jepang wajib memberikan kompensasi kepada negara-negara yang pernah dijajahnya, salah satunya Indonesia. Hal itu sesuai dengan Perjanjian San Francisco tahun 1951 yang digagas Amerika Serikat sebagai pihak menang perang.
Sayang, ganti rugi ini awalnya sempat tidak berjalan mulus, sebab kedua negara masih bersikukuh dengan angka ganti rugi masing-masing. Setelah jalani proses yang alot selama enam tahun pasca-perjanjian San Fransisco (1951), pemerintah Indonesia dan pemerintah Jepang akhirnya mencapai kesepakatan perihal dana rampasan perang.
Berikut pengaruh Ratna Sari Dewi dikutip dari artikel 'Politik dan Aspek Budaya Kompensasi Perang Jepang ke Indonesia' Karya Yoshimi Miyake
Dana Pampasan Perang
Dalam artikel 'Politik dan Aspek Budaya Kompensasi Perang Jepang ke Indonesia' karya Yoshimi Miyake disebutkan, Perdana Menteri Jepang Kishi dan Presiden Soekarno menyepakati, pemberian dana perbaikan untuk Indonesia dari Jepang sebesar USD223,08 juta dan bantuan sebesar USD80 juta, pada November 1957.
©2013 Merdeka.com/www.crawler.dipity.com
Jumlah dana tersebut dibayarkan selama dua belas tahun dalam bentuk barang modal dan jasa. Sesuai perjanjian pula, Jepang membayar ke Indonesia senilai USD20 juta tiap tahun selama sebelas tahun. Sementara di tahun ke-12, Jepang akan membayar sisanya, USD3,08 juta.
Perkenalan hingga Menikah
Saat kunjungan Soekarno ke Jepang pada tahun 1958, Perusahaan Tonichi dan perusahaan Kinoshita tampak mendekati Soekarno dengan memperkenalkan seorang wanita cantik. Perusahaan Kinoshita memperkenalkan model cantik bernama Kanase Sakiko di Kyoto. Sementara itu, Perusahaan Tonichi memperkenalkan seorang penghibur klub malam di Tokyo bernama Nemoto Naoko.
©2015 merdeka.com/istimewa
Pasca pertemuan pertama, keduanya kemudian lebih dari dua kali bertemu di Hotel Imperial, sebelum Bung Karno pulang ke Jakarta. Bahkan, dari Jakarta pun Soekarno pernah mengirim surat 'kasih sayang' kepada Nemoto melalui Kedutaan Indonesia di Tokyo. Keduanya lantas saling mengirim surat beberapa kali sebelum Soekarno pada surat tertanggal 18 Agustus mengundang Nemoto ke Indonesia untuk perjalanan dua minggu. Mendapat undangan ke Indonesia, Nemoto berangkat ke Indonesia sebagai karyawan Tonichi didampingi oleh Kubo pada 14 September.
Akan tetapi setelah tiba di Jakarta pada esok hari, Nemoto menulis dalam suratnya, bahwa Kubo telah menggunakannya untuk kepentingan bisnis di Indonesia. Pernyataan itu lantas disangkal oleh Kubo pada tahun 1966. Meskipun begitu, pihaknya mengakui telah menyediakan rumah untuk Nemoto dan Soekarno bertemu di Jakarta. Kubo lantas menyadari Soekarno sangat lemah dengan wanita, terutama wanita Jepang. Dia pun mulai merencanakan strategi menggunakan perempuan sebagai alat mendapatkan akses ke Soekarno.
Perusahaan Tonichi
Banjirnya dana yang datang dari Jepang ternyata menjadi salah satu lahan korupsi. Selain itu, banyak korporasi yang berlomba-lomba mendapatkan proyek-proyek tersebut. Kontrak proyek tersebut umumnya jatuh kepada perusahaan asal Jepang. Kinoshita Trading Company kemudian berhasil mendapatkan sejumlah mega proyek di Indonesia yang berasal dari dana kompensasi perang Jepang. Proyek-royek itu diperoleh melalui lobi-lobi tingkat tinggi. Terlebih kedekatan Kinoshita dan Perdana Menteri Jepang kala itu yang tak bisa diabaikan begitu saja. Selain itu, ditulis oleh Miyake, Kinoshita berhasil mendapatkan proyek Gedung Wisma Nusantara melalui intervensi Ratna Sari Dewi.
Tak hanya Kinoshita, perusahaan Tonichi juga memiliki kedekatan personal dalam memenangkan proyek. Perusahaan ini mulai terlibat dalam hubungan bisnis dengan Indonesia pada tahun 1948. Di mana adanya kedekatan personal yang dimiliki oleh Kubo Masao, pendiri Tonichi dengan Soekarno. Dikatakan hubungan keduanya tergolong terjadi karena insidental.
©2020 Merdeka.com
Saat kunjungan Bung Karno ke Jepang pada 1958 beredar kabar anti-Soekarno telah mengirimkan pembunuh ke Tokyo untuk menghabisi sang proklamator itu. Kala itu, pihak Kepolisian Tokyo sendiri enggan bertanggung jawab bila terjadi sesuatu pada Soekarno. Mereka beralasan kunjungan Bung Karno itu bukan kunjungan resmi. Di sisi lain, pemimpin sayap kanan, Kodama Yoshio, organisasi bawah tanah yang berafiliasi dengannya serta Polisi Ginza setuju untuk mengambil tanggung jawab pengamanan Bung Karno. Kodama Yoshio sendiri merupakan salah satu tokoh penting di susunan dewan direksi Perusahaan Tonichi.
Kubo Masao lantas mendapat tugas sebab dia dapat berbicara dalam bahasa Inggris. Saat Presiden Soekarno dan rombongan berada di Tokyo, sebuah kelompok pemberontak asal Indonesia diam-diam tinggal di sebuah hotel dekat Imperial Hotel tempat Soekarno tinggal. Kelompok Kodama dan Kubo lantas berhasil melindungi Soekarno dari para pemberontak yang berjumlah enam orang itu. Sejak itulah Kubo memperoleh akses pribadi pada Soekarno.
Pengaruh Ratna Sari Dewi
Saat Naoko berkunjung ke Jakarta, Presiden pertama RI itu membisikkan lamarannya, "Jadilah kau sumber inspirasi dan kekuatan ku". Naoko mengaku lantas terpesona pada kharisma lelaki yang dikaguminya tersebut. Hingga akhirnya mereka menikah dan menjadi istri kelima Soekarno. Sejak itu pula Nemoto Naoko memperoleh nama Indonesia yakni Ratna Sari Dewi.
Banyak pihak meyakini, Naoko Nemoto saat itu menjadi tokoh sentral dalam bisnis perusahaan Jepang di Jakarta. Yoshimi Miyake juga menyebutkan, saat itu tidak ada bisnis yang dapat dimulai di Indonesia tanpa izin Dewi. Karenanya, setiap pengusaha saat itu harus pergi ke Wisma Yasoo (Rumah Yasuo) yang dibangun untuk Ratna Sari Dewi. Tindakan ini kemudian disebut sebagai 'kunjungan ke Dewi' atau Dewi Moode.
©blogspot.com
Masih menurut Miyake, pengaruh Ratna Dewi Soekarno dan istri kedua Bung Karno, Hartini pernah 'diperebutkan' oleh dua perusahaan mobil Jepang yang tengah bersaing untuk meminta persetujuan Soekarno atas ekspor kendaraan mereka. Kala itu, Ratna Sari Dewi menemukan Soekarno masih memiliki kontrak dengan Kubo untuk membeli jip dari perusahaan Tonichi. Ratna Sari Dewi bahkan sempat mencoba bunuh diri di Tokyo pada 1964 karena Bung Karno tak mau mendengarkannya untuk membatalkan kontrak dengan Kubo.
Ratna Sari Dewi bahkan pernah mendiskusikan rencana pembangunan sebuah rumah sakit di Jakarta dengan Takemi Taroh yang saat itu menjabat sebagai presiden Asosiasi Medis Jepang dan presiden Perusahaan Konstruksi Kajima pada tahun 1962. Pada September 1963, Dewi diperkenalkan oleh Presiden Soekarno kepada Perdana Menteri Ikeda Hayato dan istrinya di pertemuan pribadi selama kunjungan resmi mereka ke Indonesia. Tak hanya itu, Menurut mantan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Marshal Green, Dubes Jepang untuk Indonesia saat itu Shizuo Saito mendapat akses istimewa masuk ke dalam istana karena Dewi. Meski begitu, dalam berbagai kesempatan, Ratna Sari Dewi menyangkal mendapat komisi dari perusahaan Jepang.