4 Jurus jitu pemerintah jamin harga pangan tetap stabil jelang Ramadan
Pemerintah melakukan berbagai upaya agar pasokan dan harga pangan tetap stabil. Tak hanya saat Ramadan, namun juga untuk beberapa bulan setelah Ramadan.
Bulan puasa hanya tinggal menghitung hari. Sudah seperti tradisi di Indonesia, harga pangan biasanya akan merangkak naik jelang Ramadan, dan mengalami puncaknya ketika mendekati Lebaran.
Untuk menekan hal itu, pemerintah pun melakukan berbagai upaya agar pasokan dan harga pangan tetap stabil. Tak hanya saat Ramadan, namun juga untuk beberapa bulan setelah Ramadan.
-
Di mana harga bahan pangan di pantau? Situs Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Rabu 21 Februari 2024 pukul 13.00 WIB menunjukkan kenaikan harga beberapa bahan pangan, terutama beras dan cabai rawit merah.
-
Kapan harga bahan pangan di Jakarta terpantau naik? Situs Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Rabu 21 Februari 2024 pukul 13.00 WIB menunjukkan kenaikan harga beberapa bahan pangan, terutama beras dan cabai rawit merah.
-
Apa yang terjadi pada penjualan pisang di bulan Ramadan? Omzet penjualan yang didapatkan oleh para pedagang pisang pun juga mengalami peningkatan.
-
Bagaimana ciri khas bakwan Pontianak di Pasar Ramadan Kebon Kacang? Ukurannya lebih besar, dengan tekstur yang lebih padat dan gemuk menjadi ciri khasnya. Uniknya, bakwan Pontianak ini memiliki isian berupa udang, rebon dan ikan teri.
-
Kenapa puasa ganti Ramadhan penting? Sebagian umat Islam ada yang memiliki utang puasa Ramadhan karena beberapa hal.
-
Kenapa niat puasa Ramadan penting? Niat puasa Ramadan adalah pernyataan batin yang mengkonfirmasi keinginan dan komitmen seseorang untuk menjalankan ibadah puasa sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT. Ini adalah momen reflektif di mana seseorang menyatakan tujuannya untuk berpuasa, memisahkan diri dari kegiatan sehari-hari dan fokus pada spiritualitas dan disiplin diri.
Berikut 4 jurus jitu yang dilakukan pemerintah agar pasokan dan harga pangan, terutama beras tetap aman.
Jual beras sachet
Perum Bulog berencana menjual beras renceng dalam bentuk sachet agar masyarakat kelas terbawah tetap bisa mengonsumsi nasi dengan harga terjangkau. Beras ini nantinya akan dijual dalam kemasan 250 gram dan 500 gram dengan harga termurah Rp 2.000 per bungkus.
"Masyarakat paling bawah punya uang Rp 2.000 saja sudah bisa beli beras, makan nasi, jadi tidak harus membeli per kilogram setidaknya harus punya uang Rp10 ribu," kata Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso di Jakarta, dikutip Antara, Senin (14/5).
Budi Waseso menjelaskan, beras renceng juga mencegah mafia beras yang berniat menimbun beras dan membuat harga beras melambung karena kurangnya ketersediaan di pasaran. "Kalau mau timbun, dia harus beli rencengannya, buka satu-satu. Kalau saya kasih curah, dia sedot 100 ton pun bisa, tidak kelihatan barangnya ke mana," kata dia.
Bulog berencana menjual beras dengan kemasan paling besar 10 kilogram yang akan ditempatkan di mitra atau agen yang bekerja sama dengan Bulog, Rumah Pangan Kita, serta menggunakan jejaring TNI dan Polri. Beras tersebut akan dipasang barcode sehingga dapat diketahui berapa beras yang sudah terjual di lokasi penjualan itu.
Impor beras lagi
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita membenarkan adanya tambahan importasi beras sebanyak 500.000 ton yang didatangkan dari Vietnam dan Thailand, yang diputuskan dalam Rapat Koordinasi di Kantor Menteri Koordinator Perekonomian.
Hal ini sebelumnya diberitakan pada laman The Voice Of Vietnam Online (vov.vn), yang menyebutkan bahwa Perum Bulog telah menandatangani kontrak untuk melakukan pembelian beras sebanyak 300.000 ribu ton dari Vietnam dan 200.000 dari Thailand.
"Iya, betul. Itu pemasukan April hingga Juli 2018," kata Enggar di Jakarta, dikutip Antara, Senin (14/5).
Sebelumnya, pada awal tahun 2018, pemerintah juga telah memutuskan untuk mengimpor beras dari Vietnam dan Thailand sebanyak 500.000 ton untuk memperkuat stok pemerintah dan menekan harga komoditas tersebut yang pada saat itu mencapai Rp 13.000 per kilogram Stok Perum Bulog pada 14 Mei 2018 tercatat sebanyak 1.262.782 ton.
Sebanyak 453.787 ton merupakan beras asal impor dan stok komersial sebanyak 106.186 ton. Sementara sisanya merupakan hasil dari serapan Perum Bulog sejak awal 2018.
Sebar 10.000 ton beras lewat operasi pasar
Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) akan mendistribusikan beras ke masyarakat melalui operasi pasar sekitar 10.000 ton per hari. Pendistribusian ini dilakukan setelah perusahaan pelat merah tersebut menyerap beras dari petani lokal hingga 15.000 ton per hari, meskipun sudah melewati masa panen raya padi.
Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog, Karyawan Gunarso mengungkapkan, saat ini Bulog menargetkan serapan beras petani di angka 15.000 per hari. Menurutnya, jumlah itu sudah bisa mencukupi kebutuhan masyarakat di seluruh pelosok Nusantara.
Rakernas menetapkan bahwa Perum Bulog harus menggelontorkan kebutuhan beras lewat Operasi Pasar (OP) sekitar 15.000 ton per hari. Meskipun demikian, Gunarso mengatakan, Bulog maksimal hanya akan menyalurkan maksimal 10.000 ton beras per hari sesuai kebutuhan konsumen dan pasar.
"Target yang ditetapkan Rakernas 15.000 ton per hari. Tapi kami merata-ratakan per hari 5.000 sampai 10.000, menimbang pengalaman kami. Target (penyerapan beras) total memang 15.000 ton, tapi praktiknya saya sampaikan tergantung serapan di konsumen dan di pasar," jelasnya.
Pedagang wajib jual beras medium
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita melakukan pemantauan langsung di 34 provinsi. Dari pemantauan tersebut, dia menjamin pasokan dan harga bahan pokok dalam kondisi aman dan stabil, khususnya untuk beras kualitas medium.
"Bahan pokok aman secara umum. Saya menjaga betul agar tidak berkontribusi terhadap inflasi," kata Enggar dikutip Antara, Senin (14/5).
Dia menambahkan, untuk mengamankan pasokan dan harga beras, pemerintah telah mengambil langkah untuk mewajibkan para pedagang beras menjual beras kualitas medium. Bahkan, dirinya telah memerintahkan Perum Bulog memasok beras ke pedagang, dengan harga jual ke konsumen sebesar Rp 8.950 per kilogram.
Sementara untuk gula di tingkat konsumen saat ini telah turun, bahkan di bawah HET yang ditetapkan. Rata-rata harga gula berkisar antara Rp 11.500-Rp 12.000 per kilogram. Untuk minyak goreng kemasan sederhana dengan harga Rp 11.000 per liter, saat ini pasokan sudah hampir merata di seluruh wilayah Indonesia.
Untuk daging sapi, Enggar menjelaskan pemerintah tetap menyediakan pilihan bagi masyarakat berupa daging beku dari India atau Australia seharga Rp 80.000 per kilogram. Sementara untuk daging segar, harga masih stabil pada kisaran Rp 105.000-Rp120.000 per kilogram.
Harga daging ayam mencapai Rp 37.500 per kilogram. Sementara di Provinsi Jambi, harga bahkan hampir berada pada level Rp 45.000 per kilogram. Untuk telur ayam, harga rata-rata di DKI Jakarta sebesar Rp 26.750 per kilogram, dan yang tertinggi terjadi di Papua yakni mencapai Rp 38.400 per kilogram.