5 Perusahaan berkinerja terburuk di 2015, termasuk Freeport McMoRan
Penurunan saham perusahaan raksasa ini lebih dari 50 persen.
Tahun 2015 menjadi tahun mengerikan bagi sebagian perusahaan. Ekonomi global melemah, harga komoditi turun serta anjloknya harga minyak dunia mempengaruhi kinerja beberapa perusahaan.
Pasar saham China saja sempat anjlok parah di pertengahan tahun, dan memaksa pemerintah setempat mengeluarkan beberapa kebijakan atau stimulus agar pasar kembali bergairah.
-
Kapan Bursa Berjangka Aset Kripto diluncurkan? Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan meluncurkan Bursa Berjangka Aset Kripto di Jakarta, Jumat (28/7).
-
Kapan PT Tera Data Indonusa Tbk melantai di bursa saham? Bahkan pada 2022, saat pandemi berlangsung, perusahaan ini berani mengambil langkah melantai di bursa saham.
-
Apa yang menjadi acuan Forbes dalam menentukan perusahaan terbesar dunia di daftar Global 2000? The Global 2000 berisikan 2.000 perusahaan terbesar di dunia berdasarkan sales (penjualan), profit (laba), asset (aset), dan market value (nilai pasar) dengan keempat variabel diberi bobot yang sama.
-
Kapan Bursa Karbon Indonesia resmi diluncurkan? Presiden Jokowi mengatakan ingin mengurangi dampak perubahan iklim yang saat ini terjadi di beberapa negara termasuk Indonesia. ”Karena memang ancaman perubahan iklim sangat bisa kita rasakan dan sudah kita rasakan. Dan, kita tidak boleh main-main terhadap ini, kenaikan suhu bumi, kekeringan, banjir, polusi, sehingga dibutuhkan langkah-langkah konkret untuk mengatasinya,” kata Presiden Jokowi.
-
Siapa yang menyatakan bahwa daftar Forbes The Global 2000 mencerminkan perusahaan global terbesar yang menggerakkan pasar? “Daftar tahunan Forbes The Global 2000 mencerminkan perusahaan global terbesar yang menggerakkan pasar, serta industri yang sedang tumbuh dan menjadi tren,” kata Hank Tucker, staf penulis Forbes.
-
Siapa saja perusahaan Indonesia yang masuk dalam daftar 1000 perusahaan terbesar dunia? Sementara itu, ada 8 perusahaan milik Indonesia yang masuk dalam daftar perusahaan terbesar di dunia versi Forbes.
Pasar saham China terus menurun sejak pertengahan Juni 2015. Hal ini dipicu naiknya Shanghai Composite Index mencapai 5.100 poin pada awal Juni. Nilai pasar saham naik 150 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Kenaikan ini akhirnya menemukan titik jenuh. Gelembung pecah, dan indeks pasar kehilangan 32 persen nilainya di 18 sesi perdagangan setelah puncak. Penurunan telah mendorong pemerintah untuk mengeluarkan beberapa kebijakan.
China Securities Regulatory Commission (CSRC) saat itu terus berusaha menstabilkan pasar, mengembalikan kepercayaan publik dan menjaga risiko sistemik. CSRC melalui bank sentral juga menyediakan uang tunai untuk membeli saham agar kembali naik.
Dalam upaya lain untuk kelancaran votalitas, Bank Rakyat China telah memangkas suku bunga ke rekor terendah. Selain itu, pemerintah juga mengeluarkan kebijakan akan memenjarakan investor yang melakukan penjualan pendek atau short selling.
Tak hanya di China, di bursa Amerika Serikat juga banyak perusahaan mengalami penurunan harga saham, bahkan hingga 50 persen. Perusahaan raksasa ternama menderita karena anjloknya harga komoditi dan minyak dunia.
Berikut saham perusahaan berkinerja terburuk sepanjang 2015 seperti dilansir CNN, Kamis (23/12).
Chesapeake Energy (CHK)
Saham Chesapeake Energy (CHK) terhitung anjlok 77 hingga 80 persen sepanjang 2015. Kondisi ini membuat CHK menjadi perusahaan berkinerja terburuk di deretan perusahaan yang tergabung di S&P 500.
Anjloknya harga minyak mentah dan gas alam menggerus keuntungan perusahaan energi ini. Harga minyak mentah runtuh hingga di bawah USD 34 per barel, dan ini merupakan level terendah sejak awal 2009 silam. Sedangkan harga gas juga turun ke level terendah sejak 2002.
Perusahaan besar lainnya yang mengalami kemerosotan saham adalah Southwestern Energy (SWN) dan COnsol Energy (CNX). Kedua perusahaan yang tergabung dalam jajaran perusahaan raksasa S&P 500 ini juga menderita karena rendahnya harga minyak dan gas alam.
Fossil Group (FOSL)
Saham perusahaan Fossil Group (FOSL) tercatat anjlok 70 persen sepanjang 2015. Harga saham sempat menyentuh titik terendah dalam lima tahun terakhir.
Buruknya kinerja perusahaan dipicu karena banyaknya kompetitor baru dari produk pakaian dan jam pintar seperti buatan Apple.
Keberadaan Fossil kini tengah terancam karena perubahan tren pemakaian jam mewah.
NRG Energy
Saham perusahaan NRG Energy (NRG) tercatat anjlok 62 persen sepanjang tahun 2015. Investasi USD 1 miliar di pembangkit listrik tenaga surya dan angin gagal memberi keuntungan ke perusahaan.
CEO perusahaan, David Derek akhirnya mengundurkan diri awal bulan ini setelah 12 tahun bekerja di perusahaan.
Seperti produsen listrik independen lainnya, NRG juga menderita karena rendahnya harga gas alam.
Micron dan Seagate
Saham perusahaan Micron (MU) terhitung turun 59 persen di tahun 2015 ini. Hal ini terjadi karena anjloknya harga chip memori.
Micron membuat chip yang memungkinkan PC, telepon pintar dan pengguna tablet untuk menyimpan data. Bisnis mereka terseok-seok karena ketatnya persaingan deengan Western Digital dan Intel.
Seperti Micron, Seagate juga menderita penurunan saham mencapai 48 persen tahun ini. Seagate selama ini bergerak di pasar disk drive atau hard disk, dan penjualan terhenti beberapa tahun terakhir karena lemahnya penjualan industri PC.
Keuntungan Seagate anjlok, dan perusahaan terpaksa memecat 1.000 karyawan baru-baru ini.
Freeport-McMoRan (FCX)
Freeport-McMoRan (FCX) yang merupakan perusahaan tambang terbesar di Amerika Serikat ini juga harus menderita di tahun 2015. Anjloknya harga tembaga dan bijih besi ke tingkat krisis jadi penyebab buruknya kinerja Freeport sepanjang tahun.
Saham Freeport anjlok hingga 73 persen sepanjang 2015, dan perusahaan memutuskan untuk memangkas pengeluaran serta tidak membagi dividen.
Kondisi ini menjadi berita buruk bagi Carl Icahn yang belum lama ini menguasai 9 persen saham perusahaan.
(mdk/idr)