Amerika Serikat, China dan India pimpin pengguna robot terbesar dunia
Amerika Serikat, China dan India tercatat menjadi negara yang telah sukses melakukan robotisasi. Di sana, robot telah mengambil alih fungsi pekerjaan yang selama bertahun-tahun dilakukan oleh manusia. Ketiga negara tersebut telah memimpin revolusi kecerdasan buatan atau Artifical Intelligence (AI).
Amerika Serikat, China dan India tercatat menjadi negara yang telah sukses melakukan robotisasi. Di sana, robot telah mengambil alih fungsi pekerjaan yang selama bertahun-tahun dilakukan oleh manusia. Hal itu diungkapkan oleh seorang eksekutif industri teknologi tinggi.
Dilansir dari CNNMoney, Kepala strategi di perusahaan outsourcing terkemuka Cognizant, Malcom Frank, mengatakan bahwa ketiga negara tersebut telah memimpin revolusi kecerdasan buatan atau Artifical Intelligence (AI).
Pria yang juga merupakan penulis buku berjudul 'Apa yang Harus Dilakukan Saat Mesin Melakukan Segalanya' tentang dampak kecerdasan buatan terhadap ekonomi global di tahun-tahun mendatang ini menilai ketiga negara tersebut terus berpacu untuk menjadi yang terdepan.
"Saya pikir itu (AS, China dan India) adalah tiga kuda dalam perlombaan, dan itu mungkin adalah metafora yang salah karena mereka semua akan menang. Mereka hanya akan menang secara berbeda," kata Frank.
Selain itu, Frank mengungkapkan beberapa negara lain yang juga tengah menggenjot robotisasi di beberapa kota percontohan. Misalnya London dan Stockholm. Bahkan ada yang sudah memulai robotisasi meski perekonomiannya belum terlalu tinggi, yaitu Estonia. "Tiga besar adalah India, China dan AS," katanya.
Berikut alasan kenapa robotisasi bisa berhasil:
1. Amerika Serikat
Silicon Valley dengan perusahaan raksasa seperti Facebook (FB, Tech30), Amazon (AMZN, Tech30), Google (GOOGL, Tech30) dan Tesla (TSLA) sudah menginvestasikan miliaran Dolar dalam pemanfaatan kekuatan komputer untuk menggantikan beberapa tugas manusia.
Komputer sudah mulai menggantikan orang di sektor seperti pertanian dan bahkan obat-obatan, belum lagi perlombaan untuk menciptakan mobil tanpa sopir di jalan.
"Dengan Silicon Valley, dan vendor-vendornya serta momentum yang ada di sana, itu (robotisasi) akan berlanjut," kata Frank.
2. China
-
Apa yang dilakukan robot ini? Selain mengemudikan robot, implan otak dapat membantunya menghindari rintangan, melacak target, dan mengatur penggunaan lengannya untuk menggenggam sesuatu.
-
Mengapa robot humanoid dibutuhkan di dunia industri? Di sisi lain, Apptronik dari Texas telah meluncurkan "Apollo", humanoid yang dapat digunakan di berbagai industri, termasuk manufaktur dan logistik. Apptronik saat ini sedang menjajaki aplikasi untuk Apollo di fasilitas manufaktur, Hongaria.
-
Bagaimana robot Subak membantu dunia pertanian? “Lewat robot Subak, kemudahan akan dirasakan oleh dunia pertanian. Selain memangkas waktu proses pengangkutan hasil panen, tapi juga mampu mengganti Sumber Daya Manusia (SDM) di dunia pertanian itu sendiri,” ucap Darrel.
-
Apa yang dilakukan monyet dengan lengan robot? Video demonstrasi menampilkan monyet tersebut dengan mahir menggunakan antarmuka untuk menggerakkan lengan robot dan meraih stroberi.
-
Bagaimana robot ini dikendalikan? Sel induk yang ditakdirkan untuk menjadi bagian dari otak manusia digunakan untuk mengembangkan robot ini.
-
Dimana robot penjelajah tersebut akan mendarat? Meskipun ada penundaan, pesawat tersebut masih akan mencapai lokasi pendaratannya Malapert A pada tanggal 22 Februari, sebuah kawah tumbukan 300 kilometer (180 mil) dari kutub selatan.
Negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini juga telah bertaruh besar pada kecerdasan buatan. Perusahaan teknologi termasuk Tencent (TCEHY) dan Baidu (BIDU, Tech30) bersaing dengan Silicon Valley untuk mengembangkan kegunaan baru untuk kecerdasan buatan.
Miliarder teknologi seperti Jack Ma dari Alibaba (BABA, Tech30), salah satu orang terkaya di China, bahkan mengatakan bahwa fungsi CEO mungkin akhirnya menjadi pekerjaan usang.
Tidak seperti di AS, dorongan terbesar menuju dunia baru di China justru berasal dari pemerintah.
"Anda melihat buku pedoman China telah berhasil dengan sukses, dengan sponsor negara untuk mengembangkan infrastruktur (fisik) negara tersebut. Mereka mengambil pendekatan yang sangat mirip seputar kecerdasan buatan, dan saya pikir itu akan menghasilkan banyak keuntungan."
Pemerintah China telah menyusun rencana ambisius untuk industri kecerdasan buatan senilai USD 150 miliar dan bertekad menjadi 'pusat inovasi kecerdasan buatan' pada 2030.
3. India
Di India, kecerdasan buatan berasal dari sejumlah perusahaan yang bernilai USD 143 juta dan merupakan sebuah sektor yang mempekerjakan hampir 4 juta orang.
Perusahaan-perusahaan besar seperti Infosys (INFY), Tata Consultancy Services dan Wipro (WIT), yang menyediakan layanan teknologi untuk nama besar termasuk Deutsche Bank (DB), Lockheed Martin (LMT), IBM (IBM, Tech30), Microsoft (MSFT, Tech30) dan Angkatan Darat AS, semakin mengandalkan otomasi dalam operasi mereka.
"Di India, Anda melihat platform luar biasa yang ada sekarang keterampilan yang sangat canggih yang berfokus pada kebutuhan perusahaan (global)," kata Frank.
Cognizant (CTSH), yang berbasis di AS, namun memiliki sebagian besar tenaga kerjanya di India, juga menggunakan AI untuk menyelesaikan sebagian pekerjaannya. Salah satunya, robotlah yang mengelola keuangan klien.
Baca juga:
Lucunya robot anjing peliharaan buatan Sony
Sophia, robot pertama yang memiliki kewarganegaraan
Ini wujud Eagle Prime, robot raksasa AS yang siap bertarung di Jepang
7 Robot canggih yang terinspirasi dari alam
Toko elektronik di Swiss ini manjakan pelanggan dengan robot asisten
Tukang las di Rusia bikin
Robot seks pria segera lahir, apa kata dunia?