Bisnis gas Pertamina dinilai berpotensi rugikan negara
Praktik ini menciptakan trader bertingkat sehingga muncul bisnis gas yang tidak sehat.
Penerapan bisnis jual beli gas yang dilakukan PT Pertamina (Persero) berpotensi merugikan negara. Praktik ini menciptakan trader bertingkat sehingga muncul bisnis gas yang tidak sehat.
Koordinator Divisi Monitoring dan Analisis Anggaran Indonesia Corruption Watch (ICW) Firdaus Ilyas mengatakan pola bisnis tersebut menjadikan rantai distribusi gas yang panjang akan menimbulkan inefisiensi dan praktik rente.
-
Kenapa BPH Migas mendorong pemanfaatan gas bumi? Dalam rangka turut menjaga lingkungan, mengurangi emisi karbon, dan mengatasi perubahan iklim, BPH Migas terus mendorong peningkatan pemanfaatan gas bumi melalui pipa.
-
Bagaimana BPH Migas mendorong pemanfaatan gas bumi? BPH Migas terus mendorong peningkatan konsumsi gas dalam negeri serta memberikan dukungan penyediaan energi bersih lewat penetapan harga gas bumi melalui pipa.
-
Di mana Pertamina menemukan cadangan minyak dan gas bumi baru? Di tahun 2022, Pertamina berhasil menemukan cadangan minyak dan gas bumi baru di Blok Mahakam puluhan miliar kaki kubik gas dan jutaan barel minyak.
-
Kenapa Pertamina terus berupaya meningkatkan produksi Migas? “Kami berterima kasih atas dukungan DPR, karena ini merupakan komitmen kita bersama untuk memberikan suplai yang cukup bagi masyarakat hingga akhir tahun yang tinggal satu setengah bulan lagi,” pungkas Nicke.
-
Kenapa Pertamina membentuk Satgas RAFI? Sukses Layani Jutaan Pemudik, Pertamina Resmi Tutup Satgas RAFI Satuan Tugas Ramadan dan Idulfitri (Satgas RAFI) PT Pertamina (Persero) tahun 2024 telah sukses melayani kebutuhan energi jutaan pemudik di seluruh Indonesia.
-
Mengapa Pertamina Patra Niaga membangun tanki BBM dan LPG di Indonesia Timur? Apalagi kita tahu, Indonesia ini negara kepulauan dengan salah satu pola distribusi energi tersulit di dunia, jadi dengan adanya storage di lokasi-lokasi Indonesia Timur ini akan sangat berdampak terhadap ketersediaan bahan bakar bagi masyarakat.
"Semakin panjang rantai distribusi maka semakin mahal harga yang sampai ke pengguna. Dampak ke penerimaan negara juga semakin berkurang, karena margin sudah diambil para trader," ujar Firdaus di Jakarta, Rabu (4/11).
Firdaus menegaskan saat ini jalur distribusi gas dikuasai trader. Padahal, kata dia, mereka tidak punya infrastruktur sama sekali.
"Ke konsumen mahal, negara tidak mendapat maksimal. Padahal ini sektor energi primer, ujungnya juga bisa menambah laju inflasi. Industri juga seperti industri baja, petrokimia, keramik dirugikan karena harga gas jadi mahal akibat ulah trader," pungkas dia.
Sebelumnya, pola penjualan gas yang dilakukan oleh PT Pertamina (Persero) melalui sejumlah anak usahanya, seperti PT Pertamina EP dan PT Pertagas yang melibatkan sejumlah trader.
Manajemen Pertamina disinyalir menjadi penyebab tingginya harga gas di pasaran. Selain itu, pola yang diterapkan perusahaan migas pelat merah dalam bisnis gas tersebut menyebabkan munculnya trader gas bertingkat.
Dalam dokumen 'Pengaturan Harga Gas' yang dikeluarkan BPH Migas pada Oktober 2015, mencontohkan praktek trader gas bertingkat yang membuat harga gas di konsumen sangat tinggi.
Praktik trader gas bertingkat itu menyebabkan tidak bisa dilakukan kontrol terhadap selisih harga gas dari pasok (harga gas hulu) dengan harga gas di konsumen.
Baca juga:
Pertamina habiskan Rp 29 M kirim BBM untuk Timika
Pemerintah butuh Rp 273 T genjot penggunaan gas di dalam negeri
PGN masuk 10 perusahaan yang tumbuh tercepat di Asia
Polemik Blok Masela bikin Indonesia kehilangan Rp 54 T per tahun
ESDM catat 40 juta rakyat Indonesia belum rasakan listrik