Broker bisnis jual beli senjata api dan 'bocornya' peluru Pindad
Broker mengarahkan penawarannya ke peluru tajam berkaliber standar anggota TNI atau Polri.
Sistem percaloan di dalam negeri seolah sudah menjalar ke semua lini kehidupan bisnis. Tak hanya dalam tiket kereta api atau pesawat. Calo atau yang bahasa kerennya 'broker' juga terjadi dalam jual beli senjata api ilegal.
Sumber merdeka.com di internal Kepolisian mengungkapkan, broker berperan strategis dalam bisnis jual beli senjata api. Broker menjadi perpanjangan tangan antara produsen dengan konsumen. "Iya ada broker atau calonya," ungkapnya di Jakarta, kemarin.
-
Kenapa PT Sasa Inti didirikan? Kehadiran PT Sasa Inti sendiri sebagai respons atas meningkatnya permintaan makanan yang mudah dibuat dan lezat.
-
Kapan PT Sasa Inti didirikan? PT Sasa Inti kemudian resmi didirikan di tahun 1972 dan setahun setelahnya, mereka mendirikan pabrik kedua di Gending.
-
Apa yang sedang dilakukan PT Akses Prima Indonesia di Sentul City? PT Akses Prima Indonesia terus mengambil langkah proaktif untuk meningkatkan kualitas layanan dan melakukan perluasan infrastruktur jaringan di Sentul City.
-
Apa visi PT Sasa Inti? Dengan motonya 'Sasa Melezatkan', perusahaan ini memiliki visi sebagai perusahaan makanan sehat dan bumbu masak terkemuka di Indonesia.
-
Siapa Serda Adhini? Serda Adhini telah menunjukkan keberaniannya dalam menghadapi berbagai tantangan yang dihadapinya. Ia telah menjalani pendidikan khusus pramugari RI 1 di Garuda Indonesia Training Center selama 3 bulan Prestasinya di dunia pertahanan dan keamanan negara telah mendapat banyak pujian dari netizen.
-
Apa yang diraih oleh PT Brantas Abipraya di Tol Cisumdawu? Sebagai informasi, jalan tol yang akan mendukung konektivitas Jawa Barat yaitu Subang, Sumedang, Bandung hingga Bandara Kertajati di Majalengka ini dibangun dengan menggunakan skema KPBU yaitu Kerja sama Pemerintah dan Badan Usaha.
Awalnya, peran broker dalam perdagangan senjata hanya sebatas menawarkan senjata untuk berburu. Lama kelamaan mereka menawarkan senjata api dengan jenis peluru tajam. Sang broker mengarahkan penawarannya ke peluru tajam berkaliber standar anggota TNI atau Polri.
Setelah konsumen setuju memesan senjata api dengan standar milik anggota Polri maupun TNI, broker melanjutkan ke bengkel pengrajin untuk proses produksi.
"Kalau pemesan berminat, transaksi bisa di lanjutkan ke bengkel pengrajin," tandasnya.
Bukan hanya broker yang punya peran strategis dalam bisnis jual beli senjata ilegal. Ada pula keterlibatan orang dalam PT Pindad (Persero), perusahaan pelat merah yang bergerak pada indutri dan manufaktur pembuatan produk militer dan komersial di Indonesia.
Disebutkannya, banyak peluru dari Pindad 'bocor' ke warga sipil. "Pelurunya itu bisa dari Pindad, melalui oknum Pindad," tuturnya.
Merdeka.com mencoba mengkonfirmasi mengenai bocornya peluru Pindad. Namun hingga berita ini diturunkan, pihak Pindad belum memberikan respons.
Baca juga:
Bisnis senjata api rumahan beromzet belasan juta Rupiah per bulan
Mudahnya transaksi jual beli senjata api ilegal di Indonesia
Menengok nilai perdagangan senjata Indonesia
Mereka raup untung besar dari bisnis jual beli senjata api