Cara Bupati Anas Atasi Anak Putus Sekolah Tanpa Bebani APBD
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengungkap, sejumlah jurus yang digunakan untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan pendidikan. Strategi-strategi tersebut dilakukan tanpa membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengungkap, sejumlah jurus yang digunakan untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan pendidikan. Strategi-strategi tersebut dilakukan tanpa membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Program pertama, yakni Siswa Asuh Sekolah. Dalam program ini, siswa yang mampu membantu temannya yang tidak mampu dalam pemenuhan kebutuhan sekolah seperti seragam dan keperluan sekolah lain.
-
Mengapa Rembug Anak Banyuwangi diselenggarakan? Kegiatan bertajuk “Rembug Anak” itu bertujuan untuk menjaring aspirasi yang akan menjadi pertimbangan pengambilan kebijakan terkait pemenuhan hak anak.
-
Di mana Rembug Anak Banyuwangi diselenggarakan? Rembug Anak digelar di pelinggihan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi.
-
Bagaimana cara Banyuwangi menekan angka anak putus sekolah dari SMP ke SMA? Namun, menurut Suratno, memang masih ada pekerjaan rumah yang harus diselesaikan, yakni masih ada siswa yang tidak melanjutkan sekolah, terutama dari jenjang SMP ke SMA. "Dari semua itu memang yang paling banyak peralihan jenjang dari SMP ke SMA. Meski sesuai Undang Undang Pemerintah Daerah bukan wilayah kami, kami terus berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Jatim cabang Banyuwangi untuk memberikan intervensi-intervensi pada anak-anak yang tidak melanjutkan sekolah," jelas Suratno.
-
Apa yang diserahkan oleh Presiden Jokowi di Banyuwangi? Total sertifikat tanah yang diserahkan mencapai 10.323 sertipikat dengan jumlah penerima sebanyak 8.633 kepala keluarga (KK).
-
Siapa yang menyerahkan SK Jabatan Fungsional kepada guru dan nakes di Banyuwangi? Bupati Ipuk Fiestiandani menyerahkan SK penetapan Jabatan Fungsional kepada 460 Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Pemkab Banyuwangi.
-
Siapa saja yang terlibat dalam Rembug Anak Banyuwangi? Kegiatan ini digelar selama dua hari, 2-3 Mei 2024, diikuti 50 pelajar setingkat SMP/SMA dari berbagai wilayah se-Banyuwangi. Mereka adalah perwakilan forum anak tingkat kelurahan, kecamatan, dan kabupaten. Ada juga perwakilan dari anak-anak berkebutuhan khusus (ABK).
"Siswa yang kaya menyisihkan untuk siswa yang miskin sehingga dengan demikian, secara cepat anak yang tidak punya seragam, bisa dibiayai dengan ini. Berapa yang terkumpul Rp17 miliar dari program siswa asuh sekolah ini," kata dia di Jakarta, Jumat (22/11).
Selain itu ada juga program uang saku bagi anak dari keluarga sangat miskin. Program ini diberikan dari anak dari tingkat SD hingga SMA.
"Siswa sangat miskin tidak sekolah karena mereka minder karena tidak ada uang ketika ke kantin. Maka di Pemda orang miskin yang sangat miskin, kami kasih uang saku, SD Rp10.000, SMP Rp15.000 rupiah, SMA Rp20.000 per anak per hari," imbuhnya.
Meski demikian, selain harus masuk dalam kategori keluarga sangat miskin, penikmat program uang saku ini harus memenuhi dua kriteria lain. "Satu, bagi keluarga miskin yang merokok mereka tidak mendapatkan ini. Dua keluarga miskin yang tidak punya android. Yang punya android mereka tidak dapat hak uang saku," tegas dia.
Program Siswa Titipan
Persoalan anak putus sekolah pun menjadi perhatian Anas. Dia pun menginisiasi program siswa titipan. Dalam program ini setiap kepala sekolah menerima mandat untuk bertanggung jawab atas sejumlah anak putus sekolah.
"Anak putus sekolah kalau kita biayai pakai APBD, tidak cukup. Maka setiap kepala sekolah kami kasih mandat untuk mengatasi anak putus sekolah. Kalau setiap kepala sekolah kita titip 10 anak, kali 300 kepala sekolah sudah 300 kali 10 (anak putus sekolah). Bayangkan kalau semua harus diurus Pemda maka anggaran kita tidak cukup," tandasnya.
(mdk/azz)