Dicampur kimia, produk jamu Indonesia sempat ditolak Brunei
Produsen maupun asosiasi jamu tanah air diimbau mengurangi penggunaan bahan kimia.
Pemerintah mendorong produk jamu dalam negeri unjuk gigi di pasar internasional. Namun, dari pengalaman sebelumnya, produk jamu dalam negeri sempat ditolak Brunei Darussalam. Sebab, ditemui kandungan kimia dalam racikan jamu.
Menteri Perdagangan Rachmat Gobel menuturkan, yang harus digenjot untuk ekspor adalah produk jami tradisional, bukan yang berbahan kimia.
-
Kapan Agha Hovsep meninggal? Ia meninggal pada 25 Maret 1835 dan dimakamkan di puncak Bukit Johannesberg (sekarang Gunung Mlojo) di samping makam anak lelakinya, David.
-
Bagaimana Toprak Razgatlioglu menabrak pagar pembatas? Pembalap dari Rokit BMW Motorrad WorldSBK tersebut mengalami jatuh dengan kecepatan tinggi di Tikungan 14-15 dan terlempar dari motornya. Tubuh 'El Turco' pun menabrak pagar pembatas.
-
Kapan Ridwan Kamil mencoblos? Hal itu ia sampaikan usai mencoblos surar suara di TPS 45, Jalan Gunung Kencana, Ciumbuleuit, Kota Bandung, Rabu (14/2).
-
Kapan Rahmat mulai panen slada? Yang awalnya hanya panen 5 kilogram per hari, kini ia mampu sampai 1,9 ton per bulan. Profesi petani sebenarnya masih sangat prospek untuk didalami, terutama bagi kalangan muda. Jika ditekuni, bukan tidak mungkin bisa menghasilkan keuntungan berlipat seperti seorang pemuda asal Kecamatan Mijen, Kota Semarang, Jawa Tengah bernama Rahmatul Hafid. Rahmat awalnya mencoba peruntungan di bidang pertanian, bahkan dengan modal awal yang minim yakni Rp2 juta. Namun siapa sangka, hampir lima tahun menjalankan pertanian hidroponik slada produknya kini mampu terjual hingga 60 kilogram per hari.
-
Kapan Tollund Man meninggal? Faktanya, para ilmuwan meyakini dia dibunuh antara tahun 405 dan 380 SM.
"Kita harus bedakan jamu tradisional kita dengan jamu kimia. Brunei sempat menolak produk jamu karena kandungan kimianya. Makanya sekarang yang kita gaungkan jamu tradisional," ujar Rachmat di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat, Jumat (19/12).
Rachmat menambahkan, Indonesia tidak akan kehabisan jamu tradisional. Sebab, Indonesia menyimpan kekayaan tanaman herbal atau bahan baku ramuan obat-obatan tradisional.
Dari 30.000 jenis tanaman yang ada di Indonesia, 940 tanaman diantaranya bisa digunakan sebagai bahan baku obat tradisional.
"Ini bisa digunakan untuk bahan baku jamu. Kalau ini kita dorong, petani kita juga akan terdorong," tuturnya.
rachmat Gobel meminta produsen maupun asosiasi jamu tanah air mengurangi penggunaan bahan kimia.
"Kita juga minta perusahaan dan asosiasi jamu untuk gaungkan ini. Kita punya banyak produk yang baik seperti Mustika Ratu, Jamu Jago, Nyonya Meneer, Air Mancur dan lain-lain. Ini harus kita gaungkan agar menjadi tuan rumah di negeri sendiri," tandasnya.
(mdk/noe)