Ekspor Kopi Sumsel Belum Optimal Meski Jadi Produsen Besar
Ketua Dewan Kopi Sumsel (DKS), Zein Ismed mengatakan, potensi produksi kopi di provinsi itu sebanyak 184.166 ton per tahun. Namun, saat ini baru 2.000 ton kopi dengan nilai Rp 39,5 miliar yang dipasarkan keluar negeri.
Ketua Dewan Kopi Sumsel (DKS), Zein Ismed mengatakan, potensi produksi kopi di provinsi itu sebanyak 184.166 ton per tahun. Namun, saat ini baru 2.000 ton kopi dengan nilai Rp 39,5 miliar yang dipasarkan keluar negeri.
"Ekspor kopi asal Sumsel masih belum optimal, jumlahnya sangat sedikit," ungkap Zein, Jumat (15/3).
-
Di mana Kedai Kopi Berbagi berlokasi? Kedai Kopi Berbagi yang berlokasi di Margahayu, Jalan Mars Utara III, Kota Bandung ini begitu menginspirasi.
-
Dimana Kopi Priangan menjadi komoditi ekspor yang penting? VOC meraup keuntungan luar biasa dari kopi Priangan. Mereka menjadi salah satu eksportir kopi terbesar dunia.
-
Kapan kopi instan mulai populer di Indonesia? Kopi instan merupakan jenis kopi yang banyak dikonsumsi di Indonesia. Harganya yang murah dan pembuatannya yang mudah, membuatnya banyak disukai.
-
Kapan kopi mulai populer di Indonesia? Namun, seiring berjalannya waktu, kopi semakin populer di kalangan rakyat biasa dan menjadi bagian dari budaya minum teh dan kopi di Indonesia.
-
Mengapa budidaya kakao penting bagi ekonomi Indonesia? Budidaya kakao merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki potensi ekonomi tinggi, khususnya di negara-negara tropis seperti Indonesia. Kakao, bahan utama pembuatan cokelat, memiliki permintaan yang stabil di pasar internasional, menjadikannya komoditas yang berharga bagi petani.
-
Kenapa Hari Koperasi Indonesia diperingati? Tujuan peringatan ini guna mengingatkan pemerintah dan masyarakat untuk senantiasa menghidupkan koperasi sebagai jalan demi mewujudkan kesejahteraan bersama.
Menurut dia, eksportir lebih memilih ekspor melalui Lampung karena lebih efisien dan biaya lebih murah. Sebab, di Pelabuhan Lampung merupakan pelabuhan dalam sedangkan di Sumsel hanya pelabuhan sungai.
"Di Sumsel itu hanya bisa satu kali ekspor hanya 5 ribu hingga 6 ribu dwt. Kalau di Lampung bisa sampai 10 ribu dwt. Jadi tentunya lebih efisien dan biaya murah," ujarnya.
Dijelaskannya, ekspor melalui Lampung tersebut membuat merubah kesan terhadap kopi Sumsel. Orang lebih mengenal kopi Lampung meski asalnya dari Bumi Sriwijaya. "Kopinya dari kita, tapi orang tahunya dari Lampung. Karena pengiriman kopi lewat Lampung," kata dia.
Oleh karena itu, diperlukan infrastruktur baru di daerah sendiri. Pelabuhan Tanjung Api-api di Banyuasin menjadi harapan agar terjadi peningkatan pendapatan asli daerah dan perekonomian petani.
"Selama ini tujuan ekspor kita seperti Inggris, Jerman, Timur Tengah, dan Cina," terangnya.
Selain itu, kualitas kopi juga perlu ditingkatkan karena menentukan nilai tambah. Peningkatan itu dimulai dari replanting, sistem panen dan pengelolaannya. "Apalagi masih ada petani yang mengoplos kopi, padahal kopi seperti itu tidak bisa diekspor," tandasnya.
Baca juga:
Deretan Merek dengan Kampanye Terbaik 2019
2019, Produksi Keramik Lokal Ditargetkan Capai 440 Juta Meter Persegi
Bus Listrik Moeldoko Mulai Produksi Massal Mei 2019
Ilham Habibie Buka Peluang Pesawat R80 Dijual ke Luar Negeri
Professtama dan Red Piranha Tawarkan Solusi Keamanan Siber dari Australia
Salak Gula Pasir Bali Bakal Dikirim Ke Kamboja