Elpiji 3 Kg langka, warga kembali gunakan kayu bakar untuk memasak
Situasi itu terjadi di beberapa kecamatan di kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Ogan Komering Ilir tersebut. Di antaranya di Kecamatan Payaraman, Tanjung Batu, dan Lubuk Keliat.
Warga Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan mengeluhkan langkanya tabung gas elpiji ukuran 3 Kilogram (Kg) sejak empat hari terakhir. Untuk memasak, warga kembali menggunakan kayu bakar.
Situasi itu terjadi di beberapa kecamatan di kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Ogan Komering Ilir tersebut. Di antaranya di Kecamatan Payaraman, Tanjung Batu, dan Lubuk Keliat.
-
Kapan Mohammad Tri Anjas lulus Akmil? Pada 3 November 2022, keluarga militer itu mendapatkan kabar gembira dari Wakil Ketua Majelis Pemuda Indonesia (MPI) Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), Dian Assafri.
-
Kapan Omar melamar Anggika? Omar Armandiego Soeharto dan Anggika Bolsterli membagikan momen yang sangat ditunggu-tunggu pada Minggu (03/12/2023) melalui akun Instagram pribadi mereka, @omararmandiego dan @anggikabolsterli.
-
Bagaimana ciri khas bentuk kapak lonjong? Sesuai dengan namanya, kapak lonjong memiliki ciri khas penampang yang berbentuk lonjong.
-
Kapan Eno Sigit lahir? Retnosari Widowati Harjojudanto, atau Eno, lahir pada 10 April 1974, mendekati setengah abad usianya.
-
Kapan P.K. Ojong meninggal? Sebulan kemudian, Ojong meninggal dunia pada 31 Mei 1980.
-
Kapan Belva Ugraha lahir? Dengan cepat, pria yang lahir pada tahun 2001 ini telah tumbuh menjadi dewasa dan terlihat seperti kakak-adik dengan Abimana.
Menurut salah satu agen gas elpiji bersubsidi, Rahman (37) warga Seri Kembang, Kecamatan Payaraman, langkanya tabung gas tersebut terjadi sejak empat hari yang lalu atau bersamaan dengan Idul Adha 1438 Hijriah. Namun, dirinya tidak mengetahui penyebab tabung gas tidak tersedia di pasaran.
"Sudah empat hari ini, barangnya tidak ada lagi. Banyak warga yang mencari, tapi tidak ada stok," ungkap Rahman kepada merdeka.com, Senin (4/9).
Menurut dia, kejadian ini sudah sering terjadi di wilayahnya. Bahkan, kali ini tidak lebih parah dibanding kelangkaan sebelumnya. "Ada sampai dua minggu gas elpiji kosong. Padahal seluruh warga kami pakai gas itu," kata dia.
Sementara Bakri Iriansyah (35) warga Payaraman mengaku dirinya terakhir kali bisa membeli gas elpiji dua hari lalu setelah keliling ke desa tetangga. Hanya saja, harganya lebih mahal dari biasanya mencapai Rp 30 ribu dari harga normal Rp 22 ribu.
"Dari pada tidak bisa memasak sama sekali terpaksa saya beli. Capek keliling, sampai-sampai cari ke kampung lain," ujarnya.
Kondisi parah terjadi di Desa Seri Kembang III. Mayoritas warga di desa ini kembali menggunakan kayu bakar karena gas elpiji tak ada di pasaran. Padahal, gas ukuran tiga kilogram itu menjadi andalan sejak program pengalihan dari minyak tanah.
"Kesulitan hidup kami lengkap, harga karet murah, listrik sering padam, sekarang gas elpiji susah dicari. Terpaksa pakai kayu bakar lagi buat masak," kata Ranto (46) warga setempat.
Baca juga:
ESDM: Stok elpiji cukup untuk 14 hari ke depan
Restoran besar di Pekanbaru masih pakai gas Elpiji 3 kg
Djarot keluarkan surat edaran, larang PNS DKI pakai LPG 3 kg
Sidak pengecer, Pemkot Samarinda temukan banyak elpiji 3 kg bocor
Diduga penyebab ledakan, 54 ribu karet tabung elpiji tak SNI disita