Genjot Produksi Pertanian Cegah Krisis Pangan, ini yang Diperlukan Indonesia
Kebijakan program reforma agraria diminta mesti betul-betul fokus untuk melakukan distribusi lahan pangan terutama dalam membantu kinerja petani rakyat di berbagai daerah dalam menggarap lahan mereka.
Kebijakan program reforma agraria diminta mesti betul-betul fokus untuk melakukan distribusi lahan pangan terutama dalam membantu kinerja petani rakyat di berbagai daerah dalam menggarap lahan mereka.
Salah satu instrumen penting untuk meningkatkan produksi pangan adalah dukungan bagi petani skala kecil, yang antara lain berupa akses terhadap lahan.
-
Apa tujuan utama dari Reforma Agraria menurut Menko Airlangga? Reforma Agraria yang terdiri dari penataan aset merupakan salah satu Program Strategis Nasional yang masuk kategori Program Pemerataan Ekonomi yang dampaknya langsung pada penguatan ekonomi rakyat, terutama rakyat kecil di pedesaan, petani, pekebun, nelayan, yang tinggal juga di daerah pesisir. Reforma Agraria juga menjadi salah satu cara untuk mengatasi kemiskinan ekstrem dan mendorong iklim usaha yang lebih baik, khususnya kepada usaha kecil, menengah, dan tentunya usaha-usaha rakyat,
-
Mengapa Reforma Agraria menjadi program strategis nasional? Reforma Agraria adalah Program Strategis Nasional (PSN) yang menjadi atensi langsung Bapak Presiden.
-
Kapan rapat terkait perkembangan sektor pertanian nasional akan digelar? Herindra menambahkan bahwa dalam waktu dekat Menhan Prabowo dan jajaran Kemenhan akan menggelar rapat terkait perkembangan sektor pertanian nasional.
-
Bagaimana upaya Kementerian Pertanian untuk meningkatkan ekspor pertanian? Kementerian Pertanian selama ini telah berupaya untuk melakukan upaya - upaya peningkatan ekspor.
-
Dimana program Reforma Agraria diterapkan oleh Kementerian ATR/BPN? Desa Purwabakti yang terletak di Kabupaten Bogor adalah salah satu desa yang masuk dalam program Reforma Agraria.
-
Kapan Desa Zaman Perunggu Must Farm dibangun? Desa terapung prasejarah ini berasal dari sekitar tahun 850 SM dan dibangun di rawa basah yang penduduk setempat menyebutnya The Fens atau Fenlands.
"Pada tahap awal ini perlu ditinjau ulang program reforma agraria yang sudah ada dan dikoreksi karena masih sangat jauh dari target dan tujuan awalnya," kata Koordinator Nasional Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan Said Abdullah seperti dikutip dari Antara di Jakarta, kemarin.
Menurut dia, selain akses kepada lahan, instrumen lainnya yang esensial adalah input pertanian, akses teknologi, serta informasi dan pendampingan yang intensif.
Untuk itu, dia juga mengingatkan bahwa pada saat ini masih ada persoalan lahan pangan yang terbatas di berbagai daerah.
"Soal lahan pangan yang masih terbatas dan dikelola dalam skala kecil oleh petani saya pikir itu juga perlu diperkuat. Janji untuk reforma agraria sejati harus segera diwujudkan walau sudah dimulai dan tersendat," katanya.
Tanami Lahan Terlantar
Sebelumnya terkait lahan pangan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak masyarakat untuk menanam berbagai jenis tanaman pangan di lahan-lahan terlantar guna memitigasi dampak negatif tekanan rantai pasok komoditas pangan di pasar global.
"Saya hanya ingin titip, sampaikan kepada masyarakat, pada rakyat bahwa yang namanya sekarang ini jangan sampai ada lahan yang terlantar tidak ditanami apa-apa," kata Presiden Jokowi saat membuka Kongres XXXII & MPA XXXI PMKRI di Samarinda, Kalimantan Timur, Rabu (22/6).
Presiden Jokowi mengimbau masyarakat untuk menanam komoditas pangan yang bisa cepat berproduksi, seperti singkong ataupun jagung. Dengan memiliki sumber produksi pangan sendiri, masyarakat akan memiliki ketahanan sumber pangan, sehingga terjaga dari tekanan pasokan komoditas pangan di pasar global.
"Yang gampang-gampang saja, jagung tiga bulan sudah bisa panen, singkong juga tiga bulan sudah panen. Tanami cepat-cepat karena kita tidak tahu situasi, perubahan iklim dan lain-lain," kata Presiden.
Situasi yang tidak menentu tersebut seperti potensi fenomena El Nino, ataupun La Nina yang dapat mengancam produksi dan mengganggu ketersediaan barang pangan baik secara global maupun domestik.
Jika masyarakat dapat memproduksi komoditas pangan sendiri, Presiden mengatakan tak menutup kemungkinan Indonesia akan berlebih stok barang pangan. Dengan begitu, Indonesia dapat memutarbalikkan ancaman krisis pangan menjadi peluang ekspor pangan.
(mdk/bim)