Gubernur BI: Redam Inflasi Tak Harus Selalu dengan Naikkan Suku Bunga
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, upaya penurunan laju inflasi tidak selalu harus dilakukan dengan kenaikan suku bunga. Menurutnya, ada kebijakan lain yang dapat dilakukan untuk menurunkan inflasi.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, upaya penurunan laju inflasi tidak selalu harus dilakukan dengan kenaikan suku bunga. Menurutnya, ada kebijakan lain yang dapat dilakukan untuk menurunkan inflasi.
"Kita tidak mengandalkan aspek hanya pada satu basis kebijakan moneter, dan banyak bank sentral di negara maju yang hanya mengandalkan kebijakan moneter terutama melalui suku bunga," kata Perry dalam Gala Seminar ASEAN 2023: Enhancing Policy Calibration for Macro Financial Resilience, di Bali, Rabu (29/3).
-
Bagaimana BRI meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia? Sebagai bank yang berfokus pada pemberdayaan UMKM, BRI memiliki jutaan database nasabah, baik simpanan maupun pinjaman. Ini menyebabkan BRI terpapar risiko data privacy breach dan cyber security system.
-
Kapan inflasi terjadi? Inflasi terjadi ketika harga barang dan jasa secara umum mengalami kenaikan yang terus-menerus dalam suatu periode waktu tertentu hingga mengurangi daya beli uang.
-
Apa itu inflasi? Sekadar informasi, inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa, yang berdampak pada biaya hidup.
-
Kenapa peredaran mata uang Jepang di Sumatra menyebabkan inflasi? Di Provinsi Sumatra banyak beredar mata uang Jepang yang sudah menjadi alat tukar sehari-hari masyarakat. Akan tetapi, peredaran mata uang ini justru mengakibatkan inflasi, sehingga nilainya terus merosot dan harga-harga barang terus melambung.
-
Bagaimana inflasi mempengaruhi nilai investasi? “Inflasi juga dapat memengaruhi nilai tukar. Negara-negara dengan tingkat inflasi rendah biasanya mengalami apresiasi nilai mata uang dibandingkan negara-negara dengan inflasi yang lebih tinggi,” ujar Kar Yong Ang.
-
Bagaimana BRI meningkatkan inklusi dan literasi keuangan di Indonesia? Melalui Holding Ultra Mikro dengan BRI sebagai induk, bersama PT Pegadaian, dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM), perseroan secara grup berupaya meningkatkan inklusi dan literasi keuangan di Indonesia.
"Tidak, kami tidak bisa melakukan itu. Di Indonesia, kita memiliki apa yang kita sebut sebagai kebijakan bank sentral, yang membuat konsensus kebijakan moneter, makroprudensial, serta sistem pembayaran," jelasnya.
Menurutnya, hal ini sangat penting bagi Indonesia, di mana kebijakan moneternya diarahkan pada bagaimana mengatasi stabilitas dalam mengatasi krisis keuangan global, dan juga tentang pertumbuhan ekonomi, kita memiliki penguat makro digital yang akomodatif sebagai sistem pembayaran, dan kebijakan lainnya.
Sebagai informasi, BI sebelumnya mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75 persen.
"Kita juga perlu menstabilkan nilai tukar, karena Indonesia sedang dihadapkan pada kondisi keuangan global yang bergejolak. kita perlu menstabilkan nilai tukar untuk memastikan bahwa inflasi terkendali, stabilitas keuangan moneter kita tetap terkendali," bebernya.
Selain itu, BI juga memastikan bahwa eksportir digunakan untuk memperdalam pasar keuangan. "Jadi, kami sudah menahan diri untuk menggunakan manajemen aliran modal, tetapi kami memperkenalkan lebih banyak instrumen dan mekanisme pasar untuk memastikan deposan eksportir memiliki mekanisme pasar berdasarkan tingkat bunga yang dihargai pada aspek tersebut," tambahnya.
Reporter: Natasha Khairunnisa Amani
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Suku Bunga Kredit Bank Bisa Turun, Ini Syaratnya Menurut OJK
BI Kembali Tahan Suku Bunga Acuan 5,75 Persen di Maret 2023
Silicon Bank Valley Bangkrut, Apa Pengaruhnya ke Indonesia?
Didukung Jokowi, Erick Thohir Usul Bunga Kredit Nol Persen Bagi Usaha Mikro
Bank Indonesia Tahan Suku Bunga Acuan di Level 5,75 Persen
Bukan Saham atau Obligasi, Ini Investasi Terbaik Saat Suku Bunga Naik