Gudang Garam komitmen teruskan pembangunan bandara di Kediri
"Kami berencana membangun bandara dan akan 'go' terus, maju terus. Jika misal ditanyakan lagi soal diversikasi, karena rokok juga ada masanya, maka jawaban kami, kegiatan membangun bandara ini bagian komitmen kami untuk masyarakat dan negara."
PT Gudang Garam Tbk menegaskan akan meneruskan pembangunan bandar udara atau bandara di Kediri, sebagai bentuk kontribusi ke masyarakat dan negara.
"Kami berencana membangun bandara dan akan 'go' terus, maju terus. Jika misal ditanyakan lagi soal diversikasi, karena rokok juga ada masanya, maka jawaban kami, kegiatan membangun bandara ini bagian komitmen kami untuk masyarakat dan negara," kata Direktur Gudang Garam, Istata Taswin dikutip dari Antara Kediri, Rabu (27/6).
-
Siapa yang kuliah di Bandung? Baik Kika maupun Jema tengah menjalani studi di Bandung, Jawa Barat.
-
Kapan bandara Lolak diresmikan? Bandar udara (bandara) di Provinsi Sulawesi Utara kian bertambah, kini baru saja beroperasi bandara Lolak di Bolaang Mongondow, Minggu (18/2).
-
Di mana Bandara Banyuwangi berlokasi? Bandara Banyuwangi menjadi bandara pertama di Indonesia yang berkonsep ramah lingkungan.
-
Apa yang terjadi di Kampung Gintung, Desa Cibenda, Bandung Barat? Sebagaimana diberitakan, puluhan rumah di Kampung Gintung, Desa Cibenda, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat (KBB) diterjang longsor pada Minggu (24/3/2024) sekitar pukul 23.00 WIB.
-
Apa yang menjadi sisa kejayaan lalu lintas kereta api di Bandung? Konon, rel ini menggambarkan sisa kejayaan lalu lintas kereta api rute Bandung Kota hingga Ciwidey, Kabupaten Bandung.
-
Bagaimana bandara Lolak diresmikan? Peresmian ini ditandai dengan pendaratan perdana pesawat tipe DHC-6 Twin Otter maskapai SAM Air sekitar pukul 15.52 WITA.
Dia mengharapkan, perusahaan bisa memberikan kontribusi ke masyarakat dan ikut berpartisipasi dalam pembangunan.
"(Bandara) ini adalah kontribusi ke masyarakat, berpartisipasi dalam pembangunan. Jika besok maju pesat dengan bandara, syukur, kalau ternyata tidak banyak pengaruhnya, tidak masalah," ujarnya.
Namun, pihaknya menolak untuk mengungkapkan detail anggaran untuk pembangunan bandara yang rencananya akan dibangun di Kabupaten Kediri tersebut. Dia hanya mengatakan, anggaran diestimasi antara Rp 1 hingga Rp 10 triliun.
"(Biaya pembangunan bandara) ini di atas Rp 1 triliun, tapi tidak lebih dari Rp10 triliun dan ini estimasi kasar, karena bandara itu banyak unsur yang tidak bisa kami pastikan. Kalau misalnya buat lahan harga Rp 1, akhirnya bisa jadi Rp 3, Rp 4 atau bahkan Rp 5," kata dia.
Dia juga mengungkapkan, perusahaan sebenarnya berharap pembangunan bandara bisa dilakukan secepatnya, namun pihaknya menyadari proyek ini membutuhkan waktu, misalnya terkait dengan pembebasan tanah.
Perusahaan, kata dia, tidak mungkin melakukan pemaksaan untuk pembebasan lahan, sebab di dalamnya ada hak masyarakat setempat. "Kalau misal kami sampaikan rencana, kami berkomitmen dan melanjutkan. Mengenai jangka waktu, kami harap sesegera mungkin, tapi proyek ini cukup besar dan kompleks, apakah memastikan tahun ini, tahun depan, tergantung komponen," kata dia.
Disinggung dengan porsi kerja sama antara perusahaan dengan pemerintah, Istata juga masih enggan untuk menjelaskan porsi kerja sama tersebut. Dirinya hanya menegaskan bahwa semua pihak berkontribusi positif untuk pembangunan.
"Mengenai kerja sama dengan pemerintah, kami kan bekerja sama dengan semua unsur pemerintah, pusat, daerah, dan lain. Apakah porsi pas dari Gudang Garam berapa persen, itu tidak bisa kami formulasikan di sini. Saya yakin semua pihak berkontribusi positif. Jika misalnya kami dibantu lebih banyak, kami berterima kasih banyak," kata dia.
RUPS, yang dihadiri jajaran direksi dan para pemegang saham, menyetujui serta mengesahkan neraca dan perhitungan laba rugi perseroan untuk tahun buku yang berakhir 31 Desember 2017.
(mdk/idr)