Gurihnya pasar mainan Indonesia
Secara ekonomi dan kesehatan atas keamanan produk, derasnya impor mainan China merugikan Indonesia.

Puluhan anak-anak di temani orang tuanya tengah asik memilih dan memilah barang mainan. Panas terik matahari, Sabtu siang (23/6), tidak menyurutkan keceriannya untuk hunting mencari mainan seperti boneka, pesawat terbang, kendaraan, pistol air, kereta api, bola plastik, mainan edukatif dan art toys atau berbagai miniatur hewan di pasar mainan yang berada di kawasan Jatinegara, Jakarta Timur.
Puluhan kios yang berjajar tersebut sudah terkenal menjajakan mainan murah untuk masyarakat atau pedagang eceran luar kota. Pasar mainan yang tidak terlalu luas tersebut menjadi favorit masyarakat Jakarta mendapatkan mainan murah impor terutama dari China.
"95 persen produk yang saya jual disini dari China," ujar satu orang pedagang mainan anak bernama Firman saat ditemui merdeka.com, di Pasar Gembrong, Jatinegara, Jakarta, Sabtu (23/6).
Pasar yang berdiri sejak tahun 2000 ini selalu dipadati oleh pembeli hingga menimbulkan kemacetan sampai ujung underpass Basuki Rahmat, Jakarta. Tapi sayang, dari penelusuran merdeka.com, tidak melihat adanya mainan yang berlabel standar nasional Indonesia (SNI) atau memakai bahasa Indonesia dalam bikisan produknya. Hampir semua kios dominasi produk impor mainan asal China, tanpa tahu aman atau tidaknya mainan tersebut bagi anak-anak.
Firman mengaku produk China yang dijualnya memiliki harga lebih murah dan kualitas yang lumayan bagus untuk dikoleksi anak-anak. Paling tidak setiap bulannya dia mengaku mendapatkan keuntungan mencapai Rp 35 juta per bulan. "Relatif murah dari mal," katanya.
Kadiman pemilik toko bernama SmToys menegaskan dirinya dapat terus mengepulkan asap dapurnya selama 5 tahun ini dari hasil produk China dagangannya. Dengan harga produk mainan China yang paling laku mulai Rp 15.000 hingga 600.000. Namun, usaha penjualan mainan sempat mengalami paceklik saat terpaan isu bahwa mainan impor China berbahaya. "Ada sedikit penurunan tapi cuma sebentar," ujarnya.
Paling tidak saat ini pasar mainan anak di Indonesia dikuasai oleh mainan impor. Sekitar 70 persen mainan anak dikuasai oleh produk mainan impor terutama dari China yang mencapai 80 persen atau USD 2,84 juta. Selama triwulan pertama 2012 dibanding impor impor barang konsumsi dari USD 4,2 miliar menjadi USD 4,4 miliar juta atau meningkat 3,06 persen termasuk didalamya untuk mainan anak.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Komisi Perdagangan, Ecky Awal Mucharam menyoroti banjirnya produk China salah satunya mainan anak di tanah air tanpa pemerintah melakukan proteksi bagi produsen dalam negeri maupun untuk kesehatan konsumen. "Harus ada pembatasan terhadap produk dari luar. Indonesia itu terlalu bebas dan longgar terjadap produk impor. salah satunya mainan. Ini yang buat daya saing menjadi lemah,"
Koordinator bidang pendidikan dan pelatihan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia, Jawa Barat, Acuviarta Kartabi mengatakan pemerintah harus segera mengeluarkan aturan importasi. Hal ini untuk segera mendorong pertumbuhan industri mainan nasional. "Selama ini produk mainan anak Indonesia lebih pada mainan tradisional, bukan pada mainan yang mengikuti perkembangan teknologi moderen," katanya.
Dia mengatakan aturan importasi dinilai bisa menurunkan impor mainan dari China yang saat ini mendominasi pasar mainan nasional. Bahkan, beleid ini sebagai upaya pencegahan terhadap keselamatan dan kesehatan anak-anak karena mainan dari China disinyalir tidak aman secara kesehatan. "Selama ini, mainan anak dari China belum dinyatakan aman bagi kesehatan. Adanya aturan akan memperjelas aman atau tidaknya mainan impor China," katanya. Secara Ekonomi, aturan importasi mainan akan memberikan dampak insentif untuk pertumbuhan industri mainan dalam negeri.
Acuviarta menegaskan pasar mainan Indonesia potensinya sangat besar. Hal ini didukung dengan pertumbuhan jumlah penduduk, ekonomi dan kebutuhan mainan dalam negeri. "Jika ada insentif, kreativitas dalam membuat mainan yang moderen akan terus tumbuh. Pasar dalam negeri masih sangat besar. Jangan sampai dikuasai China," ujarnya. Derasnya impor mainan China, terjadi setelah ada kesepakatan pasar bebas Asean dan China.
(mdk/arr)