Harga jengkol meroket dari Rp 15.000 jadi Rp 35.000 per kilogram
"Harga sangat tinggi saat ini dibandingkan sebelumnya hanya di kisaran Rp 15.000 per kilogram itu pun barangnya susah," kata salah seorang pedagang jengkol di Bandarlampung, Heri Al Zikri.
Harga jengkol (Archidendron pauciflorum) di Provinsi Lampung mengalami kenaikan hingga 100 persen lebih sejak akhir tahun lalu. Harga jengkol tercatat naik dari Rp 15.000 per kilogram menjadi Rp 35.000 per kilogram.
"Harga sangat tinggi saat ini dibandingkan sebelumnya hanya di kisaran Rp 15.000 per kilogram itu pun barangnya susah," kata salah seorang pedagang jengkol di Bandarlampung, Heri Al Zikri dikutip Antara, Selasa (20/2).
-
Kapan harga bahan pangan di Jakarta terpantau naik? Situs Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Rabu 21 Februari 2024 pukul 13.00 WIB menunjukkan kenaikan harga beberapa bahan pangan, terutama beras dan cabai rawit merah.
-
Di mana harga bahan pangan di pantau? Situs Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Rabu 21 Februari 2024 pukul 13.00 WIB menunjukkan kenaikan harga beberapa bahan pangan, terutama beras dan cabai rawit merah.
-
Mengapa harga beras di Jakarta naik? Harga beras kualitas premium mengalami kenaikan menjadi Rp16.700 per kilogram dari kemarin Rp16.570.
-
Bahan pangan apa yang mengalami kenaikan harga di Jakarta? Situs Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Rabu 21 Februari 2024 pukul 13.00 WIB menunjukkan kenaikan harga beberapa bahan pangan, terutama beras dan cabai rawit merah.
-
Kenapa harga beras di Jawa Tengah naik? Kenaikan ini dinilai signifikan dengan kondisi kemarau panjang yang sedang melanda berbagai daerah di Jawa Tengah.
-
Apa yang dijual di Pasar Pakelan? Selain Haniq, ada pula Tawinem. Di pasar itu ia membeli gorengan. "Di sini apa-apa Rp500-an. Ini puli pecel, bahannya dari beras," kata Tawinem.
Dia menambahkan, kenaikan harga jengkol ini dikarenakan tingginya permintaan dari daerah lain, salah satunya Provinsi DKI Jakarta yang setiap harinya mengirim 1 ton hingga 2 ton.
Tingginya permintaan tersebut, berbanding terbalik dengan jumlah ketersedian barang.
Menurutnya, untuk memenuhi pesanan jengkol tiap hari, dia berserta anak buah berkeliling ke sejumlah kampung-kampung untuk mencari dan membeli buah yang memiliki aroma khas tersebut.
"Saya berserta anak buah ke lapangan untuk melihat apakah masih ada jengkol atau tidak bila ada langsung dibeli dari pemiliknya," kata dia.
Sementara itu, menurut sejumlah warga di Waykanan buah jengkol hasil petani setempat selain dikonsumsi warga Lampung juga banyak diminta pedagang dari Bengkulu.
"Pedagang dari Bengkulu berani membeli dengan harga lebih tinggi. Jadi selain untuk pasokan ke pelanggan di Lampung, banyak yang dijual ke Bengkulu," kata Fajar, warga Blambanganumpu, Waykanan.
Sementara pedagang aneka sayuran dan lauk-pauk masak secara keliling menggunakan sepeda di Bandarlampung, Sutinah mengaku sudah beberapa hari tidak membawa rendang jengkol karena bahan bakunya sulit didapat apalagi harganya mahal.
"Saya biasanya membawa rendang jengkol karena banyak pembelinya dengan harga Rp 5.000 per bungkus isi enam hingga sepuluh keping. Tapi sekarang tidak berani karena harga bahan bakunya mahal, tidak bisa dapat untung," katanya.
Dia pun banyak mendapat pertanyaan dari pelanggannya tentang jualannya tersebut, dan dijawab bahwa bahan bakunya sedang sulit didapat.
Baca juga:
Pasokan langka, harga cabai rawit dan bawang merangkak naik
Harga ikan Cakalang di Ambon bertahan mahal, tembus Rp 100.000/ekor
Stok beras di Pasar Induk Cipinang terus menurun
Pemprov Sulteng siapkan lahan 645 hektare dorong produksi bawang putih
Inflasi Januari 0,62 persen dipicu harga beras, Mendag Enggar sebut stok kurang