Ekspor tekstil tak bergairah, pengusaha kurangi jam kerja karyawan
Selain permintaan pasar yang mengalami penurunan, saat ini sejumlah negara konsumen banyak yang mengalihkan pembelian mereka ke negara produsen lain, salah satunya ke Afrika.
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kota Semarang mengurangi jam kerja karyawan industri garmen atau tekstil. Langkah ini diambil karena perusahaan mengalami kelesuan permintaan dari pasar luar negeri.
"Sebelumnya, karyawan bekerja hingga 12 jam per hari, tetapi saat ini menjadi 8-10 jam," kata Ketua Apindo Kota Semarang, Dedi Mulyadi seperti ditulis Antara Semarang, Kamis (6/7).
-
Apa yang menunjukkan pertumbuhan industri manufaktur Indonesia? Geliat pertumbuhan ini dapat terlihat dari peningkatan permintaan baru yang menunjukkan aktivitas produksi yang semakin terpacu.
-
Bagaimana pertumbuhan industri di Sidoarjo berkontribusi terhadap perekonomian daerah? Pertumbuhan industri di Sidoarjo telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian daerah dan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat setempat.
-
Mengapa industri tembakau dianggap vital bagi perekonomian Indonesia? Setidaknya dalam beberapa tahun terakhir, industri tembakau telah berkontribusi kepada penerimaan negara sebesar ratusan triliun rupiah setiap tahunnya.
-
Apa yang mendorong pertumbuhan pesat industri game di Indonesia? Dengan semakin berkembangnya digitalisasi dan jumlah pemain game yang bertambah, serta dukungan dari ekosistem yang kuat, kedua industri ini diprediksi akan terus tumbuh dengan pesat.
-
Siapa saja yang berperan penting dalam keberhasilan transformasi industri di Indonesia? “Capaian transformasi industri saat ini merupakan hasil kerja banyak pihak yakni dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, akademisi, dan terutama dari para pelaku industri sendiri.
-
Apa yang menjadi fokus utama Menko Perekonomian dalam pengembangan industri hijau di Indonesia? Dalam pengembangan industri hijau di Indonesia, pemerintah mendorong berbagai program seperti pemanfaatan EBTKE, penerapan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai, dan lain sebagainya. Termasuk mendorong kebijakan hilirisasi yang arahnya sejalan dengan tren pengembangan industri hijau tersebut.
Dia mengatakan, sejak tiga bulan ini pasar asing mengurangi permintaan produk garmen dari anggota Apindo Semarang. "Memang tiga bulan terakhir ini permintaan lesu juga, yang masih konstan adalah baju yang tidak diperdagangkan secara umum seperti seragam," katanya.
Selain segmentasi pasarnya khusus, untuk jangka waktu kontrak produk pakaian seragam biasanya cukup lama hingga lima tahun. Melihat peluang tersebut, dikatakannya, saat ini para pengusaha khususnya di bidang garmen banyak yang mengincar pasar tersebut.
"Kalau produk seragam kan tidak mengenal musim, bukan seperti pakaian-pakaian bebas yang tergantung kondisi pasar dan musim," katanya.
Selain permintaan pasar yang mengalami penurunan, dikatakannya, saat ini sejumlah negara konsumen banyak yang mengalihkan pembelian mereka ke negara produsen lain, salah satunya ke Afrika.
"Sekarang banyak investor yang lebih memilih membuka pabrik garmen di negara-negara Afrika, seperti Nigeria dan Zimbabwe. Di sana masih banyak perusahaan bersifat padat karya sehingga biaya produksi lebih murah," katanya.
Meski demikian, banyak perusahaan manufaktur di dalam negeri yang juga berupaya meminimalisasi ongkos produksi demi mempertahankan daya saing, salah satunya dari sisi tenaga kerja.
"Seperti misalnya tenaga kerja asing, sekarang banyak tenaga kerja lokal yang juga mumpuni dan selevel dengan tenaga kerja asing. Daripada kita mempekerjakan tenaga kerja asing, lebih baik tenaga kerja lokal," katanya.
Baca juga:
Industri manufaktur RI naik ke peringkat 9 dunia
Airlangga tagih komitmen investasi Unilever Rp 6,6 triliun
Intip produksi Sahawood, frame kacamata kayu yang mendunia di Malang
Lindungi industri, Indonesia bisa contek hambatan dagang AS & Eropa
Awal 2017, industri kimia, tekstil & aneka tumbuh 5,16 persen