Indonesia rugi jika hentikan hubungan dagang dengan Australia
Menurut Gita, perlu waktu yang cukup lama agar Indonesia bisa lepas ketergantungan dagang dengan Australia.
Hubungan diplomatik Indonesia-Australia terus mencuat karena penyadapan yang dilakukan negara kanguru tersebut. Berbagai respon dan kebijakan dikeluarkan menanggapi ini, salah satunya adalah merevisi kembali hubungan dagang sapi antara Indonesia dan Australia.
Namun demikian, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengaku jika impor sapi dari Australia dihentikan, maka Indonesia yang dirugikan. Harga daging sapi akan terus naik karena kurangnya pasokan.
"Kalau impor sapi induk dari Australia kalau diputuskan hubungannya maka akan sulit memasok tiap tahunnya dan itu dampaknya harga untuk menerima kenyataan kalau akan naik signifikan," ujarnya saat di kantornya, Jakarta, Jumat (22/11).
Kerja sama perdagangan Indonesia dengan Australia tidak hanya pada sapi, namun juga buah-buahan. Kendati demikian Gita tidak merasa khawatir karena nilai impor buah Australia tidak terlalu besar.
"Kalau buah tidak terlalu besar seperti sapi, kita masih bisa impor dari Thailand, Tiongkok, kalau gandum kita bisa datangkan dari tempat lain, nah kalau garam memang masih terbesar dari Australia," jelas dia.
Menurut Gita, perlu batas waktu yang cukup lama agar Indonesia bisa melepas ketergantungan dagang dengan Australia. Dalam waktu yang berjalan ini, sudah terlalu banyak kebutuhan masyarakat yang di suplai dari Australia.
"Bauksit juga, sejauh mana pembangunan smelter ini kan sudah digagas tinggal timing bisa diatur kalau smelter ini sudah siap mungkin kita harus mengambil sikap untuk mengambil nilai dalam negeri dari pada ekspor bahan baku ke luar negeri terus dijual lagi di sini," tutupnya.