Ini alasan industri mamin RI masih impor bahan baku kemasan
Industri makanan dan minuman dalam negeri saat ini masih mengandalkan produk impor untuk bahan baku kemasan plastik dan botol yaitu PET. Padahal, produksi PET dalam negeri cukup melimpah bahkan ekspornya lumayan tinggi.
Industri makanan dan minuman dalam negeri saat ini masih mengandalkan produk impor untuk bahan baku kemasan plastik dan botol yaitu PET. Padahal, produksi PET dalam negeri cukup melimpah bahkan ekspornya lumayan tinggi.
Juru bicara Forum Lintas Asosiasi Industri Makanan dan Minuman (FLAIMM), Rachmat Hidayat mengatakan saat ini para pelaku industri juga memakai PET produksi dalam negeri, namun tidak mencukupi. Padahal, kontribusi PET dalam bahan baku makanan dan minuman cukup besar sehingga PET mutlak harus dipenuhi kebutuhannya.
-
Apa yang menunjukkan pertumbuhan industri manufaktur Indonesia? Geliat pertumbuhan ini dapat terlihat dari peningkatan permintaan baru yang menunjukkan aktivitas produksi yang semakin terpacu.
-
Bagaimana pertumbuhan industri di Sidoarjo berkontribusi terhadap perekonomian daerah? Pertumbuhan industri di Sidoarjo telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian daerah dan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat setempat.
-
Bagaimana pabrik gula di Tegal berkembang hingga menjadi pusat industri? Pabrik Gula di Tegal Pada tahun 1832, di sebelah timur Tegal, tepatnya di Desa Pangkah, dibangunlah pabrik gula pertama di Tegal. Pendirinya adalah seorang investor swasta bernama NV Kosy dan Sucier. Setelah itu muncul pabrik-pabrik gula lainnya. Pada tahun 1841-1842 muncul pabrik gula di Desa Kemanglen dan Dukuwringin.
-
Mengapa industri tembakau dianggap vital bagi perekonomian Indonesia? Setidaknya dalam beberapa tahun terakhir, industri tembakau telah berkontribusi kepada penerimaan negara sebesar ratusan triliun rupiah setiap tahunnya.
-
Kapan puncak kejayaan industri kapuk di Jawa? Puncaknya adalah tahun 1936-1937 di mana kapuk jawa mampu memenuhi 85 persen kebutuhan dunia.
-
Apa yang mendorong pertumbuhan pesat industri game di Indonesia? Dengan semakin berkembangnya digitalisasi dan jumlah pemain game yang bertambah, serta dukungan dari ekosistem yang kuat, kedua industri ini diprediksi akan terus tumbuh dengan pesat.
"Kebutuhan PET 200.000 ton per tahun 55 hingga 60 persen masih harus diimpor. Harga impor itu ikuti harga dunia kisaran USD 1.600 per ton," kata Rachmat dalam sebuah acara diskusi di Kawasan SCBD, Jakarta, Kamis (19/4).
Akibatnya, para pelaku industri dalam negeri terpaksa harus melakukan impor sebab PET produksi dalam negeri sebagian besar justru malah diekspor dengan harga jauh lebih murah dengan harga beli PET impor.
"Logikanya, kami tidak akan impor kalau ada di dalam negeri, kalau kualitas dan harganya relatif sama. Tapi pertimbangan membeli tidak hanya harga, tapi juga kualitas lalu juga kepastian keandalan."
Rachmat mengungkapkan produsen PET dalam negeri menjual PET kepada mereka dengan harga yang sama dengan PET impor yakni USD 1.600 per ton. Sementara mereka mengekspor PET produksi mereka ke luar negeri dengan harga yang jauh lebih murah kisaran USD 1.300 per ton.
Rachmat mengungkapkan, produksi PET dalam negeri mencapai 449.000 ton. Angka tersebut harusnya mampu mencukupi kebutuhan PET dalam negeri sebesar 200.000 ton.
"Sementara kami masih harus mengimpor 55-60 persen berarti ya sekitar 120.000, mayoritas impor. Berarti dari 449.000 ton mayoritas diekspor, PET Indonesia raksasa dunia."
Baca juga:
Masuki industri 4.0, sektor manufaktur dipacu lebih produktif dan inovatif
Tanpa hal ini, Menteri Bambang sebut pertumbuhan ekonomi sulit tembus 5,5 persen
Go green, Balai Kemenperin ciptakan teknologi pengelolaan limbah ramah lingkungan
Ini alasan RI masih jadi negara berpenghasilan menengah meski ekonomi meningkat
Survei BI: Jelang Idul Fitri, industri pengolahan tumbuh paling tinggi di triwulan I