Ironis, Indonesia Negara Maritim dan Tanah Subur Tapi Nelayan & Petaninya Miskin
Solusi yang diajukan Menteri Bambang kepada pelaku industri, di kelautan dan perikanan adalah mulai meninggalkan konteks tradisional dan fokus pada teknologi. Agar industri perikanan menciptakan ekspor besar dengan nilai tambah, serta menghasilkan lapangan kerja yang banyak.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas, Bambang Brodjonegoro, mengungkapkan keprihatinannya pada kondisi nelayan di Indonesia. Dia melihat petani dan nelayan masih miskin di Indonesia, padahal Indonesia adalah negara maritim dan memiliki tanah yang subur.
"Yang ironis di Indonesia adalah kita tahu Indonesia tak hanya subur tapi jenis pertaniannya terdiversifikasi dengan baik tapi siapa kelompok paling miskin? Dua: petani sama nelayan. Ini selalu yang paling ironis di Indonesia," ucap Menteri Bambang di diskusi Sumbang Pemikiran Kadin untuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, di Jakarta, Rabu (14/11).
-
Apa yang ditemukan oleh nelayan tersebut? Trevor Penny menemukan pedang tersebut ketika magnet yang dia gunakan saat menyusuri sungai menarik benda logam dan ternyata itu adalah pedang kuno berusia 1.200 tahun.
-
Kapan pemukiman Atlit Yam tenggelam? Tentang penyebab tenggelamnya pemukiman ini, terdapat perdebatan. Ada yang menyebut tsunami akibat runtuhnya gunung berapi, sementara yang lain mengaitkannya dengan perubahan iklim yang mengakibatkan naiknya permukaan air laut.
-
Apa itu kue ketan? Kue ketan adalah salah satu makanan tradisional yang memiliki tempat istimewa dalam ragam kuliner nusantara.
-
Kapan Krisdayanti menjadi nenek? Kris Dayanti udah jadi nenek di bawah usia 50 tahun.
-
Apa yang dilakukan para nelayan dalam Sedekah Laut Tambaklorok? Acara itu berupa larung sesaji ke tengah laut yang kurang lebih berjarak 25 km dari dermaga nelayan.
-
Apa bentuk khas Kue Petulo Kembang? Kue petulo kembang ini terbilang unik karena bentuknya seperti mi gulung yang memiliki beragam warna.
Solusi yang diajukan Menteri Bambang kepada pelaku industri, di kelautan dan perikanan adalah mulai meninggalkan konteks tradisional dan fokus pada teknologi. Agar industri perikanan menciptakan ekspor besar dengan nilai tambah, serta menghasilkan lapangan kerja yang banyak.
Namun, dia mengingatkan agar Indonesia tidak bergantung pada Sumber Daya Alam (SDA). "Jangan sampai Indonesia ke depan adalah sangat tergantung dengan SDA. Kita harus bisa diversifikasi, dan diversifikasi yang terbaik adalah nilai tambah. Di mana? Di sektor manufaktur dan jasa," ujar dia.
Sementara itu, Guru Besar Fakultas Perikanan dan Kelautan IPB Rokhmin Dahuri menjelaskan nelayan berada di angka 20 hingga 48 persen dan 10-30 persen pembudidaya masih miskin. "Dari data BPS, nelayan miskin itu 20 persen, kalau dari standar miskin Bank Dunia, memakai USD 2,5 per hari, itu yang miskin masih 48 persen," tutur dia.
Dia pun menerangkan, hal itu tak terlepas dari rendahnya pemakaian teknologi dan sebagian besar usaha kelautan dan perikanan dilakukan secara tradisional.
Sebagai contoh, 625.633 unit kapal ikan, hanya 3.811 unit (0,6 persen) yang tergolong modern dan dari 380.000 ha tambak udang, hanya 10 persen yang modern, kemudian dari 60.885 Unit Pengolahan Ikan hanya 178 (1,2 persen) yang modern.
Penasihat Menteri Kelautan dan Perikanan Suseno Sukoyono menjabarkan gagasan dalam draft awal Rancangan Teknokratik Pembangunan Kelautan dan Perikanan tahun 2020-2024. Dalam kategori kesejahteraan, tertulis program penigkatan SDM dan inovasi teknologi untuk meningkatkan kualitas sumber daya.
Reporter: Tommy Kurnia
Sumber: Liputan6
Baca juga:
Kenaikan Harga Beras Jadi Pemicu Kemiskinan
Bank Dunia Tepis Pernyataan Prabowo Soal 99 Persen Rakyat RI Hidup Pas-pasan
Nestapa bocah di Cianjur, 7 tahun dikurung dalam ruangan hingga kurus kering
Pemerintah target penyaluran BPNT rampung pada Februari 2019
Pemerintah targetkan angka kemiskinan turun jadi 9,5 persen di tahun 2019
Jokowi tegaskan dana kelurahan untuk kurangi kemiskinan
Kemsos: Bansos sangat berperan turunkan angka kemiskinan