KKP proyeksi konsumsi ikan di atas 50 kilogram per kapita pada 2019
Dengan konsumsi sebanyak itu, setidaknya, dibutuhkan produksi ikan 14,6 juta ton.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memproyeksikan konsumsi ikan mencapai lebih dari 50 kilogram per kapita pada 2019. Dengan konsumsi sebanyak itu, setidaknya, dibutuhkan produksi ikan 14,6 juta ton.
Sebanyak 60 persen dari kebutuhan tersebut bakal mengandalkan pasokan dari perikanan budidaya.
-
Apa yang sedang didorong oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk para pelaku usaha pemindangan? Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong skema kemitraan para pelaku usaha pemindangan dengan penyedia bahan baku ikan agar ketersediaan bahan baku pengolahan pindang dapat terjamin.
-
Bagaimana Kementan meningkatkan ekspor pertanian? Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mengatakan bahwa kegiatan ekspor pertanian akan terus ditingkatkan dengan mendorong pengembangan hilirisasi produk jadi sesuai arahan Wapres "Oleh karena itu kemajuan kita dalam ekspor harus lebih kuat. Kita tidak boleh kalah dengan negara lain. Dan ini suatu kebanggan Karena apa yang kita lakukan ini lahir dari sebuah proses dan kerja keras," jelasnya.
-
Bagaimana upaya Kementerian Pertanian untuk meningkatkan ekspor pertanian? Kementerian Pertanian selama ini telah berupaya untuk melakukan upaya - upaya peningkatan ekspor.
-
Kapan Kementan melakukan ekspor komoditas pertanian? Berdasarkan data BPS, Wapres menyebut volume nilai ekspor hingga Juni 2023 mencapai 21,2 juta ton.
-
Apa yang diusulkan oleh Kementan untuk memperkuat sektor pertanian di negara Asean? Indonesia sendiri mendorong semua negara Asean untuk meningkatkan teknologi pertanian digital, ekonomi sirkular, energi biomassa, pengurangan emisi gas rumah kaca dan pengendalian hama terpadu,
-
Apa yang dikampanyekan Kementerian Perhubungan? Kemenhub kampanyekan keselamatan pelayaran kepada masyarakat. Indonesia selain negara maritim, juga merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki lalu lintas pelayaran yang sangat padat dan ramai dan keselamatan pelayaran menjadi isu penting.
Maka itu, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto mengatakan, pihaknya bakal memanfaatkan teknologi untuk menggenjot produksi.
"Kalau kami tidak ikuti teknologi, kami tidak bisa cukupi kebutuhan," ujar Slamet, Jakarta, Rabu (17/5).
Adapun salah satu teknologi budidaya yang bakal dioptimalkan adalah bioflok. Ini dinilai sebagai salah satu sistem budidaya ramah lingkungan.
"Bioflok ini menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, apalagi saat ini produk lele sangat memasyarakat sebagai sumber gizi yang digemari," katanya.
"Sistem pengelolaan air yang kami rancang tidak cemari lingkungan. Dan ini gunakan air tidak terlalu banyak. Dengan sistim ini mampu jaga lingkungan air."
Bioflok juga dinilai bisa memangkas waktu budidaya. Kemudian penggunaan lahan tidak terlalu luas.
Sebagai perbandingan, untuk budidaya dengan sistem konvensional dengan padat tebar 100 ekor per meter kubik memerlukan 120-130 hari untuk panen.
Sedangkan, sistem bioflok dengan padat tebar 500-1000 ekor per meter kubik, panen hanya membutuhkan 100-110 hari.
"Bisa meningkatkan efisiensi pakan, produktivitas lele yang tinggi."
(mdk/yud)