Korban Banjir Bandang Konawe Utara Tempati Hunian Sementara di Awal 2020
Agar percepatan pembangunan huntara bisa ditingkatkan, Medi meminta Pemda Konut mengatasi kendala lahan yang dinilai bisa memperlambat pembangunan huntara di titik pembangunan desa lainnya.
Warga beberapa desa di Konawe Utara (Konut), Sulawesi Tenggara yang terdampak banjir bandang Juni lalu mulai bisa bernafas lega di awal 2020 ini. Sebab, Hunian Sementara atau Huntara yang jauh lebih layak dari tenda darurat yang selama 6 bulan belakangan mereka huni, akhirnya mulai bisa ditempati.
Huntara yang dibangun Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Konawe Utara dan PT Tatalogam Lestari sebagai produsen Domus (rumah permanen instan yang digunakan sebagai huntara di Konut), secara simbolis diserahkan kepada pengungsi banjir di Desa Puusuli, Kecamatan Andowia, Konut.
-
Di mana banjir terjadi di Jakarta? Data itu dihimpun hingga Jumat 15 Maret 2024 pada pukul 04:00 WIB. "Kenaikan status Bendung Katulampa dan Pos Pantau Depok menjadi Siaga 3 (Waspada) dari sore hingga malam hari serta menyebabkan genangan di wilayah DKI Jakarta," kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta, Isnawa Adji dalam keterangan tertulis, Jumat (15/3).
-
Di mana Bandara Banyuwangi berlokasi? Bandara Banyuwangi menjadi bandara pertama di Indonesia yang berkonsep ramah lingkungan.
-
Siapa yang menangani banjir di Jakarta? Dia menjelaskan, BPBD DKI Jakarta mengerahkan personel untuk memonitor kondisi genangan di setiap wilayah dan mengkoordinasikan unsur Dinas SDA, Dinas Bina Marga, Dinas Gulkarmat untuk melakukan penyedotan genangan dan memastikan tali-tali air berfungsi dengan baik bersama dengan para lurah dan camat setempat. "Genangan ditargetkan untuk surut dalam waktu cepat," ujar dia.
-
Di mana banjir bandang ini terjadi? Gubernur Sumatera Barat (Sumbar) Mahyeldi meminta bantuan dana Rp1,5 triliun untuk penanganan bencana alam banjir bandang di daerahnya.
-
Siapa yang terdampak banjir di Jalan Braga, Bandung? Mengutip Liputan6, sebanyak 600 rumah warga di Jalan Braga, Gang Apandi RW 08, RW 04, RW 03, RW 07, Kelurahan Braga, Kecamatan Sumur Bandung, terkena dampaknya.
-
Di mana banjir di Bandung terjadi pada Kamis (11/1) lalu? Banjir disebabkan hujan deras yang mengguyur Bandung pada Kamis (11/1) lalu. Hujan lebat yang melanda Bandung sepanjang Kamis (11/1) lalu menyebabkan bencana banjir hingga vira di media sosial.
Direktur Perbaikan Darurat BNPB, Medi Herlianto yang hadir mewakili Kepala BNPB, Doni Munardo menilai, proses pembangunan huntara di Konut terbilang cepat jika dibandingkan dengan daerah terdampak bencana lain. Hal ini terwujud berkat peran serta PT Tatalogam Lestari sebagai produsen Domus, rumah instan yang proses pembangunannya hanya membutuhkan watu 10 hari saja.
"Kualitas (Domus) bagus, sudah dipasang di mana-mana, cepat, harganya murah, kualitas bagus. Kualitasnya (Domus) bagus kok, makanya bisa dijadikan Huntap (Hunian Tetap), tinggal tambah jendela, dinding dan pintu," terangnya.
Pun demikian, agar percepatan pembangunan huntara bisa ditingkatkan, Medi meminta Pemda Konut mengatasi kendala lahan yang dinilai bisa memperlambat pembangunan huntara di titik pembangunan desa lainnya.
"Untuk itu guna percepatan pembangunan huntara di desa lain, Pemkab Konawe Utara harus segera mempercepat penyediaan lahan. Kalau Pemda bisa menyediakan lahan lebih cepat, ya kita bisa lebih cepat kerjakan," katanya lagi.
Menanggapi hal ini, Ruksamin, Bupati Konawe Utara mengungkapkan, penyediaan lahan sebagai lokasi hunian baru warga terdampak banjir bandang di Konut bukan sebuah hal yang sederhana. Untuk menyediakan lahan tersebut, pihaknya juga harus berkoordinasi dengan pihak lain dan mengikuti aturan yang ada.
"Kendalanya yang pertama adalah aturan. Saya harus hati-hati. yang pertama bagaimana pengadaannya (Huntara) ini harus koordinasi dengan pusat. Ini pengadaan pusat semua," ungkap dia.
"Lalu dalam pengadaan lahan kita juga harus super hati-hati. Pertama pengadaan tanah. Ini lahan ini kita pinjam dulu untuk huntara, setelah itu baru dibicarakan pembebasan untuk hunian tetap (huntap). Setelah itu masih ada proses lainnya, seperti pemilihan alat. Untuk mendatangkan alat-alat (alat berat) ke sini itu luar biasa, butuh proses dan tidak mudah,” jelas Ruksamin di kesempatan yang sama.
Kendati demikian, Ruksamin membandingkan, proses pembangunan huntara di Konut terbilang lebih cepat bila dibandingkan wilayah lainnya di Sulawesi yang terdampak bencana.
"Kalau mau bandingkan, kita jauh lebih cepat dibandingkan daerah lain yang terkena bencana, masih ada Palu dan lainnya," tuturnya lagi.
Bangun 41 Unit Hunian Sementara
Sementara itu, Project Manajer PT Tatalogam Lestari, Krisna menyatakan, untuk pembangunan Huntara di Konut menjelaskan, pihaknya diminta BNPB untuk membangun 841 unit Huntara untuk korban banjir bandang di Konut. Pembangunan huntara di 10 titik yang tersebar di Konut ini sendiri ditargetkan rampung pada bulan Mei 2020.
Sejak pembangunan dimulai September silam, pihaknya sudah berhasil membangun 300 unit Huntara. Di Desa Puusuli, 90 unit huntara yang diperuntukkan bagi 90 KK yang terdampak banjir bandang seluruhnya telah selesai dibangun. Sementara itu, di Desa Puuwonua, Kecamatan Dadowiya, baru 140 unit huntara yang sudah selesai dibangun dari target sebanyak 297 unit.
Di desa lain seperti Tapuwatu yang seluruh rumah di wilayah itu hanyut, pihaknya sudah membangun 70 unit huntara.
"Untuk Desa Tapuwatu dan Walalindu total ada 120 KK yang akan dibangunkan huntara. Untuk Walalindu ada 35 KK, sisanya untuk Tapuwatu. Di 2 tempat itu sudah terbangun 70 unit," terang Khrisna di lokasi yang sama.
PT Tatalogam Lestari bersama BNPB dan BPBD Konut sendiri terus berupaya untuk mempercepat pembangunan huntara agar masyarakat korban banjir bisa segera mendapatkan tempat tinggal yang layak. Meski proses pembangunannya cepat, namun kekuatan huntara tetap diutamakan.
"BNPB minta bangun huntara dengan Domus karena di lapangan sudah terbukti. Di lokasi bencana lain, Domus 100 persen ditempati pengungsi korban bencana, karena kualitasnya yang bagus, cepat, dan yang paling penting adalah konstruksi saling mengikat sehingga saat gempa bangunan tidak gerak," tutup Krisna.
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)