Kuartal I-2022, GoTo Alami Kerugian Rp6,61 Triliun
PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) mencatatkan kerugian sebesar Rp 6,61 triliun pada kuartal I-2022. Angka ini mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2021 pada periode yang sama yakni Rp 1,95 triliun.
PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) mencatatkan kerugian sebesar Rp 6,61 triliun pada kuartal I-2022. Angka ini mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2021 pada periode yang sama yakni Rp 1,95 triliun.
"Rugi bersih kita meningkat dari Rp 1,95 triliun menjadi Rp 6,6 triliun," kata CEO Grup GoTo Andre Soelistyo dalam konferensi pers, Jakarta, Senin (30/5).
-
Kapan PT Tera Data Indonusa Tbk melantai di bursa saham? Bahkan pada 2022, saat pandemi berlangsung, perusahaan ini berani mengambil langkah melantai di bursa saham.
-
Kenapa harga saham bisa naik turun? Salah satu yang sering jadi dilema adalah harga saham yang begitu cepat naik turun bagaikan roller coaster. Jadi, sebenarnya apa sih penyebab harga saham bisa naik turun?
-
Kapan Bursa Berjangka Aset Kripto diluncurkan? Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan meluncurkan Bursa Berjangka Aset Kripto di Jakarta, Jumat (28/7).
-
Kenapa Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon) diluncurkan? Tujuan bursa karbon sendiri untuk mencipatakan insentif bagi perusahaan dan negara untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dengaan menyediakan mekanisme untuk membeli dan menjual izin emisi atau kredit karbon.
-
Apa penyebab naik turunnya harga saham? Prinsip Ekonomi Dasar: Hubungan antara Penawaran dan Permintaan Saat banyak orang mencari suatu barang, stoknya akan terbatas sehingga harganya cenderung akan naik.
-
Apa yang akan dilakukan PLN di Bursa Karbon Indonesia? Pasalnya, PT PLN (Persero) akan segera melantai ke bursa karbon Indonesia. Dengan potensi yang dimiliki, PLN akan menjadi trader terbesar di bursa karbon Indonesia dengan membuka setara hampir 1 juta ton CO2. Hal ini merupakan bagian langkah PLN mendukung pemerintah dalam penurunan emisi dan mengakselerasi transisi energi.
Andre menjelaskan, bila membandingkan secara langsung dirasa kurang tepat. Sebab data di kuartal I-2021 merupakan penghitungan laporan keuangan sebelum bergabung dengan Tokopedia. Sementara saat ini baru memasuki bulan Mei atau baru genap satu tahun merger antara Gojek dan Tokopedia.
"Sehingga kalau secara bisnis tidak seharusnya dibandingkan secara apple to apple," kata dia.
Selain itu, kondisi perekonomian nasional tahun lalu juga masih sangat terdampak penyebaran pandemi. Di awal tahun, serangan varian delta mulai menyebar sehingga membuat tingkat mobilitas juga sangat terganggu. Sedangkan saat ini kondisi Indonesia jauh lebih baik seiring dengan terkendalinya Covid-19.
"Q1 2021 itu kan puncaknya pandemi varian delta di Asia Tenggara," kata dia.
Meski begitu, dalam waktu bersamaan, perusahaan tidak tinggal diam. Pihaknya melakukan berbagai terobosan dengan menginvestasikan dana untuk mengembangkan platform untuk mempersiapkan diri menghadapi lonjakan permintaan dari pelanggan ketika kondisi semakin membaik.
"Kami juga berinvestasi terhadap pengembangan equitition untuk menghindari lonjakan permintaan order," kata Andre.
Berdasarkan laporan keuangan konsolidasian intern yang tidak diaudit, sampai kuartal I-2022 jumlah aset yang dimiliki perusahaan tercatat sebesar Rp 151,13 triliun. Nilainya mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu sebesar Rp 155,13 triliun.
Sementara itu, total liabilitas perusahaan tercatat sebesar Rp 16,6 triliun, naik dari tahun 2021 sebesar Rp 16,11 triliun. Jumlah ekuitas tercatat sebesar Rp 134,52 triliun dari sebelumnya Rp 139,02 triliun. Sedangkan pendapatan bersih tercatat sebesar Rp 1,49 triliun, naik dari kuartal I-2021 sebesar Rp 904,83 miliar.
Baca juga:
Pendapatan Bruto GoTo Naik 53 Persen di Kuartal I-2022
Intip Data Penurunan Nilai Saham Perusahaan Berbasis Teknologi, GoTo Paling Rendah
Investasi Telkom di GoTo Mirip Seperti Visa dan Facebook, Seperti Apa?
Menakar Keuntungan Kolaborasi Telkomsel dan GOTO
Telkomsel soal Saham GoTo Anjlok: Fokus Kami Jangka Panjang
Telkom Soal Saham GoTo Anjlok: Lazim, Tahun Lalu Kami Raup Unrealized Gain Rp 2,5 T