Kurangi Antrean di SPBU, Dirut Pertamina Janji Suplai Solar Meski Sudah Lebihi Kuota
Hingga Februari 2022, realisasi penyaluran solar subsidi di Indonesia mencapai 2,49 juta kiloliter sedangkan kuota ritel hanya 2,27 juta kiloliter atau sudah kelebihan sebanyak 227.580 kiloliter.
PT Pertamina (Persero) menyatakan tetap memasok solar subsidi meski kuotanya sudah melebihi 10 persen demi mengurangi antrean kendaraan di stasiun-stasiun pengisian bahan bakar.
"Kami tetap suplai walaupun sekarang kondisinya over kuota, sehingga kami berharap tidak ada antrean atau kelangkaan," kata Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI di Jakarta, Senin (28/3).
-
Bagaimana Pertamina dan Kemendag melakukan penyegelan SPBU? Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Zulkifli Hasan didampingi Direktur Pemasaran Regional Pertamina Patra Niaga Mars Ega Legowo melakukan penyegelan dispenser SPBU 34.41345 Jalan Tol Jakarta – Cikampek (Japek) Rest Area KM 42, Wanasari, Telukjambe Barat, Karawang, Jawa Barat.
-
Kapan Pertamina Patra Niaga menjalankan program Subsidi Tepat untuk JBT Solar? Subsidi Tepat JBT Solar sudah diuji coba sejak tahun 2022 dan berjalan secara nasional di 514 Kota dan Kabupaten untuk penggunaan QR Code pada Bulan Juli 2023 lalu. Sepanjang tahun 2023, hampir 14 juta KL transaksi Solar sudah tercatat secara digital.
-
Mengapa Pertamina melakukan peninjauan ke kilang dan SPBU? Kunjungan ini bertujuan untuk memastikan kesiapan Pertamina mulai dari unit produksi hingga distribusinya siap untuk merespon kebutuhan mudik Nataru.
-
Kenapa Pertamina Patra Niaga menambah stok di SPBU dan agen LPG? Di seluruh lembaga penyalur baik SPBU dan Agen LPG, stok juga ditambah 2-3 hari dari normal untuk mengantisipasi peningkatan konsumsi masyarakat.
-
Apa tindakan tegas yang diberikan Pertamina Patra Niaga kepada SPBU nakal? “Kepada SPBU yang melakukan kecurangan telah kami beri sanksi tegas agar kejadian ini tidak terulang lagi," kata Irto.
-
Kenapa Pertamina memprioritaskan program SEB? Ini langkah Pertamina dalam mengimplementasikan ESG (Environmental, Social, and Governance) dan Sustainable Development Goals (SDGs), sekaligus menanamkan kepedulian lingkungan pada generasi muda agar turut aktif berperan untuk mengurangi emisi karbon,” ujar Fadjar.
Hingga Februari 2022, realisasi penyaluran solar subsidi di Indonesia mencapai 2,49 juta kiloliter sedangkan kuota ritel hanya 2,27 juta kiloliter atau sudah kelebihan sebanyak 227.580 kiloliter.
Nicke menjelaskan, ada dua faktor penyebab kelangkaan solar subsidi, yakni gap antara suplai dengan permintaan dan disparitas harga antara solar subsidi dengan solar nonsubsidi. Pada 2021, kuota solar subsidi Pertamina tercatat sebanyak 14,85 juta kiloliter dengan angka realisasi penyaluran sebesar 14,75 juta kiloliter atau turun 0,7 persen.
Namun pada 2022, kuota solar subsidi Pertamina ditargetkan sebanyak 14,05 juta kiloliter dengan angka estimasi permintaan mencapai 16 juta kiloliter atau naik 14 persen.
"Gap inilah yang menyebabkan terjadinya masalah di suplai. Demand naik 10 persen tetapi dari sisi suplai itu kuotanya turun 5 persen," jelas Nicke.
Disparitas Harga
Dia menyampaikan bahwa disparitas harga yang tinggi antara solar subsidi dengan solar non-subsidi menyebabkan terjadinya potensi penyelewengan ke sektor industri besar.
Saat ini perbedaan harga solar subsidi dengan solar nonsubsidi mencapai Rp7.800 per liter.
"Jadi dengan harga sekarang selisih solar subsidi dengan nonsubsidi sekitar Rp7.800 per liter, inilah yang kemudian mendorong shifting ataupun ada yang tidak tepat sasaran," ungkap Nicke.
Dalam rapat tersebut, Nicke meminta dukungan parlemen untuk menambah kuota solar subsidi agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang terjadi saat ini.
"Kami mohon dukungan jika memang solar subsidi ini bisa meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi, maka kuotanya perlu disesuaikan dengan kebutuhan," ucap Nicke.
(mdk/idr)