Lima penyebab Indonesia sulit jadi negara maju versi LIPI
Pemerintah diminta jangan cepat geer bisa mencapai status negara maju pada 2042 seperti ramalan OECD.
Pemerintah Indonesia optimis bisa keluar dari jeratan negara berpendapatan menengah (middle income trap). Selama ini, istilah itu disematkan pada bangsa yang mencapai tahapan sejahtera, tapi akhirnya gagal naik kelas jadi negara maju.
Ukuran yang digunakan adalah Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita. Saat ini, PDB per kapita Indonesia berada di kisaran USD 3.592-4.810. Sesuai analisis Lembaga Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), negara ini sudah masuk kategori lower middle income. Sesuai teori, momen 42 tahun mendatang akan jadi tantangan pemerintah.
-
Apa yang menjadi catatan BPS tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Siapa orang terkaya di Indonesia berdasarkan daftar Forbes? Di posisi pertama daftar orang terkaya Indonesia masih ditempati oleh Prajogo Pangestu dengan nilai kekayaan USD67,4 miliar.
-
Mengapa budidaya kakao penting bagi ekonomi Indonesia? Budidaya kakao merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki potensi ekonomi tinggi, khususnya di negara-negara tropis seperti Indonesia. Kakao, bahan utama pembuatan cokelat, memiliki permintaan yang stabil di pasar internasional, menjadikannya komoditas yang berharga bagi petani.
-
Siapa orang terkaya di Indonesia berdasarkan Forbes? Prajogo Pangestu masih menjadi orang terkaya di Indonesia versi Forbes.
-
Bagaimana AD Scientific Index menentukan peringkat universitas terbaik di Indonesia? AD Scientific Index menggunakan sistem pemeringkatan yang unik dengan menganalisis sebaran ilmuwan dalam suatu institusi menurut persentil 3, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, dan 90.
-
Apa yang diukur oleh Indeks Bisnis UMKM? Indeks Bisnis UMKM merupakan indikator yang mengukur aktivitas UMKM di Indonesia yang dilakukan setiap kuartal oleh BRI Research Institute.
Jika sumber daya dikelola baik, seharusnya Indonesia dalam setengah abad sudah mencapai taraf negara maju. Kisah sukses itu dapat ditengok dari Korea Selatan. Negeri Ginseng mencapai posisinya sekarang sebagai raksasa ekonomi dalam waktu 15 tahun.
Dari simulasi OECD, Indonesia berpeluang naik kelas jadi negara berpendapatan tinggi pada 2042. Pada masa itu, pendapatan rata-rata penduduk seharusnya Rp 132 juta per tahun.
Pemerintah percaya diri membuktikan simulasi OECD. Ketika membuka seminar di Bali pertengahan bulan lalu, Menteri Keuangan Chatib Basri yakin, Indonesia bisa menghasilkan solusi atas persoalan middle income trap.
"Kita harus menekankan peran inovasi dan teknologi, untuk melahirkan keunggulan komparatif yang baik," kata Chatib.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa lebih optimis lagi. Dia mengklaim sudah menyiapkan tiga langkah, agar jebakan negara berpendapatan menengah bisa dihindari. Pertama habis-habisan membangun infrastruktur. Disusul menciptakan kemandirian pangan, dan terakhir, memberikan proteksi pada masyarakat miskin, misalnya, kredit usaha rakyat (KUR).
Dari uraiannya, Hatta mengaku menitikberatkan pada infrastruktur. "Infrastruktur adalah kunci dari pertumbuhan ekonomi yang hebat sehingga tidak terjebak ke dalam middle income trap," ujarnya.
Namun, optimisme pemerintah dikoreksi oleh Pusat Peneliti Ekonomi (P2E) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Dari hasil analisis ilmiah, pekerjaan rumah pemerintah menyediakan pondasi perekonomian masih bejibun.
Peneliti LIPI Latief Adam, bahkan lantang menyebut Indonesia sulit jadi negara maju. "Sulit keluar dari middle income trap. Kita sangat sulit beranjak jadi negara maju," ujarnya dalam seminar di Kantor Pusat LIPI, Jakarta, Senin (23/12).
Apa saja alasan peneliti LIPI tidak seoptimis pemerintah dalam menyongsong peluang jadi negara maju? Berikut rangkuman lima alasan utamanya oleh merdeka.com:
Ekonomi tak tumbuh cepat setelah krisis
Indonesia selamat setelah luluh lantak pada krisis ekonomi 1997. Pada 2008, negara ini bahkan seakan tidak terdampak ketika Amerika dan Uni Eropa ambruk akibat krisis yang dipicu kredit macet perumahan. Pemerintah kerap membanggakan fakta itu, apalagi, selama beberapa triwulan, ekonomi Indonesia konsisten tumbuh nomor dua selepas China
Tapi, catatan diberikan oleh Latief Adam dari LIPI menyatakan, perekonomian Indonesia memang stabil selama beberapa kali krisis, utamanya 2008. Tapi, pertumbuhannya mentok selalu di bawah potensi yang sesungguhnya.
"Pemerintah seolah-olah menyebut ekonomi kita tahan gejolak perekonomian global. Boleh jadi stabil tapi stabil tingkat rendah. Dibandingkan dengan Singapura kena krisis dan setelah krisis tumbuh mereka lebih jauh tinggi. Kita usai krisis tumbuhnya tidak jauh beda misalnya 4 persen ke 6 persen," urainya.
Topik pilihan: Rupiah Merosot | rupiah
Ekonomi terlalu bergantung pasar modal
Indonesia susah keluar dari negara maju, menurut Latief disebabkan faktor kurang bervariasinya sumber penggerak perekonomian Indonesia.?
Rasio ekspor-impor terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) masih sangat kurang, begitu juga dengan investasi. Pergerakan ekonomi Indonesia saat ini hanya didorong dari pasar modal.
"Kita ini ekonomi stabil rendah karena perekonomian kita kurang gaul. Ini juga karena institusi keuangan manfaatnya tidak terlalu optimal mendukung ekonomi berkualitas," ujar Latief.
Topik pilihan: Rupiah Merosot | rupiah
Mayoritas pekerja lulusan SD
Latief Adam menyebut kualitas tenaga kerja Indonesia untuk menunjang pertumbuhan perekonomian masih sangat kurang. Komposisi tenaga kerja Indonesia didominasi oleh pekerja lulusan Sekolah Dasar (SD).
Menurut Latief, keadaan seperti ini hanya menjadi beban bagi pemerintah untuk mengejar pertumbuhan. Selaiknya, penduduk adalah penyokong pertumbuhan ekonomi yang menjadi aset bangsa, dengan porsi seimbang antara tenaga kerja dan pemberi kerja.
"Kita lebih tinggi lulusan SD. Banyak penduduk kita beban pembangunan dibandingkan dengan perannya sebagai aset. Dalam ekonomi harusnya penduduk itu ada 3 peran penting sebagai produsen, konsumen, pembayar pajak," kata Latief.
Topik pilihan: Rupiah Merosot | rupiah
Industri dalam negeri lemah
Lemahnya struktur industri dalam negeri juga dicatat LIPI jadi alasan Indonesia bakal sulit lepas dari jeratan middle income trap. Sampai sekarang, industri nasional sangat tergantung barang impor, untuk memenuhi bahan baku maupun bahan penolong.
Akibat kondisi tersebut, pelemahan rupiah yang sempat terjadi sangat memukul pelaku usaha di Tanah Air. Sebab, biaya produksi dalam waktu singkat langsung meningkat. Alhasil, daya saing industri dalam negeri sangat timpang dibandingkan pesaing di negara lain.
"Kita sangat tergantung barang impor. 90 persen impor kita itu untuk bahan baku dan barang modal. Sektor industri menjerit jika depresiasi Rupiah dan inflasi. Ini menambah beban produksi. Cost of doing business mengalami peningkatan," kata Peneliti P2E LIPI Latief Adam.
Topik pilihan: Rupiah Merosot | rupiah
Belum punya ekspor unggulan
Amerika Serikat bisa memamerkan hampir semua produk konsumsi, sebagai produk unggulannya. Jepang punya otomotif dan teknologi informasi. Korea Selatan, selain mengikuti jejak Jepang, kini juga dikenal lantaran komoditas ekonomi kreatif misalnya film dan musik.
Apa produk unggulan Indonesia, itu yang jadi pertanyaan Latief Adam. Sampai sekarang, pemerintah tidak fokus mencari produk yang bisa digenjot untuk merambah pasar internasional.
Diakuinya, salah satu yang menonjol adalah tekstil, termasuk produk-produk busana muslim. Namun, itupun belum digarap serius sampai sekarang. Indikatornya adalah tak ada rencana jangka panjang dalam membentuk rantai distribusi sampai pengembangan merek.
"Grand strategi kita belum punya sektor unggulan. Pewarna tekstil saja kita masih impor dan ini belum didefinisikan dengan jelas apa itu sektor unggulan," kata anggota LIPI ini.
Baca juga:
Ekonomi AS tumbuh tak terduga, rupiah kian terpuruk
Jokowi bingung habiskan Rp 50 T uang APBD DKI
Daya saing ekonomi Vietnam bakal salip Indonesia pada 2015
Petani tebu Indonesia bakal 'mati' di 2015
Industri lemah jadi alasan negara sulit maju