Lini bisnis kuat, Pertamina layak diberi prioritas kembangkan PLTP
Saat ini, kapasitas terpasang PLTP yang dikelola Pertamina mencapai 437 megawatt (MW).
PT Pertamina (Persero) dinilai sangat layak untuk diberikan prioritas dalam pengembangan energi panas bumi di Tanah Air. Pertamina terbukti sukses mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) yang dikelola oleh anak usahanya, PT Pertamina Geothermal Energy (PGE). Saat ini, kapasitas terpasang PLTP yang dikelola PGE mencapai 437 megawatt (MW).
"Pertamina sebagai perusahaan energi berkomitmen mengembangkan panas bumi dan ditunjang oleh kemampuan sumber daya manusia dan finansial yang cukup kuat. Apalagi Pertamina sudah berpengalaman pada bisnis panas bumi sejak 1970-an," ujar Anggota Dewan Energi Nasional sekaligus Ketua Asosiasi Panas Bumi Indonesia Abadi Purnomo di Jakart, Selasa (21/6).
-
Apa yang dilakukan Pertamina di Lapangan Sukowati? Setelah sebelumnya sukses melakukan injeksi perdana CO2 di Lapangan Jatibarang, PT Pertamina (Persero) kembali mengimplementasikan teknologi Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) di lapangan lainnya yaitu di Lapangan Pertamina EP Sukowati Bojonegoro, Jawa Timur.
-
Apa yang diraih oleh Dirut Pertamina? Nicke menjadi salah satu dari dua wanita Indonesia paling berpengaruh yang masuk ke dalam daftar ini.
-
Mengapa Pertamina melakukan kegiatan ini? Pertamina sebagai BUMN yang bergerak di bidang energi, tidak hanya terus berupaya menyediakan energi di seluruh wilayah negeri. Akan tetapi, juga memberikan kontribusi kepada masyarakat melalui Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan dalam rangka mendukung capaian target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan untuk menuju kemandirian masyarakat.
-
Bagaimana cara Pertamina membantu masyarakat? Sebanyak 1.000 paket sembako murah disalurkan untuk masyarakat Kelurahan Rorotan. Paket sembako yang dijual dengan harga Rp75.000 tersebut terdiri dari beras 5 Kg, minyak 1 liter dan gula 1 Kg.
-
Di mana Pertamina menyalurkan Pertalite? Hingga saat ini kami masih menyalurkan Pertalite di semua wilayah sesuai dengan penugasan yang diberikan Pemerintah.
-
Apa saja penghargaan yang diterima Pertamina? Dua kategori penghargaan yang berhasil diraih Pertamina adalah Kategori Mitra dengan Inovasi Terbanyak dan Kategori Mitra dengan Komitmen Pendanaan Terbanyak.
Menurut data Pertamina, sepanjang 2015-2019, perseroan membangun PLTP dengan total kapasitas terpasang 907 MW. Total investasi untuk pengembangan pembangkit tersebut mencapai USD 2,5 miliar. Hingga kuartal I-2016, produksi panas bumi Pertamina mencapai 761,51 GWH atau naik 6,3 persen dibandingkan periode sama tahun lalu.
Ketua Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) Suryadarma, menambahkan pengembangan energi panas bumi membutuhkan dana yang cukup besar, terutama di awal pembangunan. Untuk mendapatkan 1 MW rata-rata diperlukan dana sekitar USD 2 juta sampai menghasilkan listrik diperlukan biaya sampai USD 4 juta per MW. Hal ini disebabkan mencari sumber daya panas bumi sampai menghasilkan uap panas bumi menghadapi berbagai macam risiko baik risiko eksplorasi, risiko teknis, risiko lingkungan, dan risiko finansial.
"Pada masa pemeliharaannya membutuhkan biaya yang relatif sedikit. Biaya yang diperlukan untuk pemboran sumur produksi bisa mencapai USD 5-7 juta per sumur. Sedangkan sumur injeksi sekitar USD 4 juta per sumur," kata Surya.
Pertamina, menurut Suryadarma, memiliki kemampuan finansial dan SDM untuk mengelola energi panas bumi Tanah Air yang potensinya mencapai 29.000 megawatt atau 40 persen di dunia. Karena itu, Pertamina wajar dipercaya oleh pemerintah untuk mengelola sejumlah wilayah kerja panas bumi (WKP).
Pemerintah belum lama ini memberikan penugasan kepada BUMN, salah satunya Pertamina, untuk membangun PLTP dengan total kapasitas 1.200 MW. Sedangkan, rencana pengembangannya total 610 MW dari target 2025 sebesar 7.200 MW.
Direktur Panas Bumi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Yunus Syaefulhak, mengatakan bentuk penugasan itu berupa penerbitan surat keputusan penugasan WKP sekaligus sebagai Izin Panas Bumi (IPB) untuk mengembangkan hulu hilir WKP.
"Pemerintah akan memberikan insentif, baik fiskal dan nonfiskal seperti pajak pertambahan nilai (PPn) reimbursement ditanggung pemerintah hingga bea masuk impor dibebaskan untuk proyek PLTP. Harga jual listriknya juga ditetapkan pemerintah," kata Yunus.
Yunus mengatakan, untuk Pertamina akan diberikan prioritas untuk mengembangkan PLTP Kotamobagu dan Iyang Argopuro. Keduanya adalah WKP lama yang pernah digarap oleh PGE.
Sementara itu, Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro, mengatakan Pertamina akan menjalankan semua penugasan dari pemerintah. Apalagi, Pertamina telah menempatkan lini bisnis panas bumi sebagai salah satu prioritas proyek strategis sesuai dengan cetak biru pengembangan panas bumi hingga 2019.
"Di saat investor lain tidak banyak tergerak karena berbagai hambatan yang dialami, kami terus berinvestasi di sektor panas bumi," jelas Wianda.
Baca juga:
K-BUMN: Pengalihan aset PGN ke Pertamina tak perlu persetujuan DPR
Holding BUMN energi berdampak buruk bagi neraca keuangan PGN
Anak usaha Pertamina percepat pembangunan 3 PLTP berkapasitas 165 MW
Bos Pertamina: Kita selalu jaga stok BBM untuk 20 hari ke depan
Ini kata bos BEI terkait rencana Pertamina 'caplok' saham PGN
Bos Pertamina: Harga Solar tak naik hingga September mendatang