Makin Murah, Pembangkit Listrik Tenaga Matahari Bakal Jadi Primadona di Masa Depan
Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) bakal menjadi primadona di masa depan. Menurut laporan, penggunaan energi terbarukan ini akan melonjak hingga 80 persen di berbagai negara. Badan Energi Internasional mengatakan PLTS menghasilkan listrik lebih murah dibandingkan dengan batu bara.
Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) bakal menjadi primadona di masa depan. Menurut laporan, penggunaan energi terbarukan ini akan melonjak hingga 80 persen di berbagai negara. Badan Energi Internasional mengatakan PLTS menghasilkan listrik lebih murah dibandingkan dengan batu bara.
Dilansir dari CNN, menurut Badan Energi Internasional (IEA), salah satu sumber listrik termurah dalam sejarah dan telah mengurangi biaya investasi adalah sel surya fotovoltaik. Sistem fotovoltaik dapat dipasang sebagai panel di rumah, bisnis, dan digunakan di taman surya.
-
Apa yang sedang dibangun oleh PLN untuk memfasilitasi penggunaan energi terbarukan di Indonesia? PLN sendiri saat ini sedang membangun green enabling supergrid yang dilengkapi dengan smartgrid dan flexible generations. “Karena adanya ketidaksesuaian antara lokasi energi terbarukan yang tersebar di Sumatera dan Kalimantan, serta jauh dari pusat demand yang berada di Jawa, maka kita rancang skenario Green Enabling Supergrid. Sehingga, potensi EBT yang tadinya tidak bisa kita manfaatkan, ke depan menjadi termanfaatkan. Selain itu, tentunya akan mampu membangkitkan kawasan dengan memunculkan episentrum ekonomi baru," jelas Darmawan.
-
Kenapa PLN menerapkan strategi ARED untuk pengembangan energi baru terbarukan? Oleh karena itu, Darmawan mengatakan, PLN di bawah arahan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah menyiapkan strategi Accelerated Renewable Energy Development (ARED) yang mampu meningkatkan kapasitas pembangkit energi baru terbarukan hingga 75% pada tahun 2040.
-
Bagaimana PLN mendukung transisi energi di Indonesia? Dalam 2 tahun terakhir, PLN telah menjalankan berbagai upaya transisi energi. Di antaranya adalah membatalkan rencana pembangunan 13,3 Gigawatt (GW) pembangkit batubara, mengganti 1,1 GW pembangkit batubara dengan EBT, serta menetapkan 51,6% penambahan pembangkit berbasis EBT.
-
Kapan PLN mulai mendukung ekosistem kendaraan listrik? PT PLN (Persero) berkomitmen untuk terus mendukung ekosistem kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) yang berkembang pesat di Indonesia.
-
Bagaimana cara PLTA Ketenger menghasilkan listrik? Air yang sudah tertampung di kolam selanjutnya dialirkan untuk menggerakkan turbin yang kemudian menghasilkan listrik.
-
Bagaimana PLN mendukung transisi ke kendaraan listrik? PLN siap mendukung upaya pemerintah dalam mendorong ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Pengguna EV tidak perlu risau, sebab infrastruktur telah dibangun lebih merata. Apalagi Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU), Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU), dan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) telah siap, mudah dan nyaman digunakan.
Badan Energi Terbarukan Internasional mengatakan bahwa biaya listrik dari instalasi fotovoltaik surya skala besar telah turun dari sekitar 38 sen per kilowatt-jam pada 2010 menjadi rata-rata global 6,8 sen per kilowatt-jam tahun lalu.
"Saya melihat tenaga surya menjadi raja baru pasar listrik dunia," kata direktur eksekutif IEA, Fatih Birol dalam sebuah pernyataan.
Sementara itu, laporan IEA juga menjabarkan tiga skenario untuk pengembangan pasar energi global di masa depan pasca pandemi Covid-19. Pertama permintaan energi global ke tingkat normal pada 2023. Kedua jumlah sistem fotovoltaik tumbuh dengan kuat, dan ketiga meningkatkan kapasitas PLTS rata-rata 12 persen per tahun hingga 2030.
Listrik diharapkan dapat meningkatkan konsumsi energi secara keseluruhan. Mengingat bahwa penyediaan tenaga listrik yang bersih ke sektor-sektor seperti transportasi sangat penting untuk menekan kadar karbon di udara.
Menurut IEA, tenaga surya tetap menjadi pilihan yang hemat biaya bahkan dalam skenario di mana pandemi berlarut-larut. Di mana pandemi menyebabkan kerusakan ekonomi yang berkepanjangan dan mengantarkan tingkat pertumbuhan permintaan energi terendah sejak tahun 1930-an.
"Jika pemerintah dan investor meningkatkan upaya energi bersih mereka, pertumbuhan tenaga surya dan angin akan menjadi lebih spektakuler - dan sangat mendorong untuk mengatasi tantangan iklim dunia," kata Birol.
Perusahaan minyak seperti BP (BP) dan Royal Dutch Shell (RDSA) telah meluncurkan perubahan strategis utama menuju energi rendah karbon dan menjadi tanda perubahan besar pada pasar energi global.
Ketergantungan Energi Fosil Makin Menurun
Menurut laporan IEA, berkurangnya aktivitas ekonomi dan permintaan listrik akibat pandemi Covid-19 telah menurunkan permintaan batubara global. IEA memperkirakan 275 gigawatt kapasitas berbahan bakar batu bara akan dihentikan pada 2025.
Itu sekitar 13 persen dari total kapasitas batubara pada 2019. Jika ekonomi global pulih tahun depan, pangsa batu bara turun dari 37 persen menjadi 28 persen pada tahun 2030.
"Peningkatan energi terbarukan, dikombinasikan dengan gas alam murah dan kebijakan penghapusan batubara, berarti permintaan batu bara di negara maju turun hampir setengahnya hingga 2030," kata IEA.
IEA juga mengungkap pertumbuhan penggunaan batu bara di negara berkembang di Asia, seperti India, jauh lebih rendah. Penurunan juga terjadi pada prospek minyak, BP memperkirakan permintaan minyak mungkin tidak akan pernah kembali ke level tertinggi 2019 akibat pandemi Covid-19.
Reporter Magang : Brigitta Belia
(mdk/bim)