Masihkah cerah waralaba makanan di Indonesia?
Pengurus Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), Bije Widjajanto, mengatakan industri waralaba makanan pada tahun ini mengalami penurunan meski tidak signifikan. Dia yakin kondisi ini akan berbalik saat akhir tahun. Jika merujuk pada siklus tahunan, geliat bisnis waralaba makanan mengalami penurunan di awal tahun.
Pengurus Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), Bije Widjajanto, mengatakan industri waralaba makanan pada tahun ini mengalami penurunan meski tidak signifikan. Dia yakin kondisi ini akan berbalik saat akhir tahun.
"Kalau saya baca dari laporan-laporan, itu sebetulnya justru memang di semester pertama itu ada sedikit penurunan dari pada tahun lalu," kata Bije, kepada merdeka.com di Jakarta.
-
Di mana Widodo merintis usaha kerajinan limbah kayu jati? Setelah pensiun tahun 1994, ia pindah ke Desa Tempurejo, Kabupaten Boyolali. Saat pensiun itulah Widodo merintis usaha kerajinan yang diolah dari limbah kayu jati.
-
Kapan Ririn Ekawati merayakan bisnis barunya? Bisnis baru ini adalah hadiah terbaik untuk Ririn yang baru saja berulang tahun.
-
Apa yang dirayakan Ririn Ekawati dalam acara peluncuran bisnis barunya? Bisnis baru ini adalah hadiah terbaik untuk Ririn yang baru saja berulang tahun.
-
Kenapa Warsilah memutuskan untuk membuka usaha jahit? Enggan berlarut-larut dari keterpurukan dimana suaminya menjadi salah satu korban yang terdampak PHK akibat pandemi Covid-19, Warsilah mencoba peruntungan dengan membuka usaha jahit pakaian untuk wanita, pria, dan anak-anak.
-
Apa bisnis yang dirintis oleh Risma di Yogyakarta? Risma memulai usaha kecil-kecilan dari pre-order di rumah. Dari sinilah Risma mulai mengumpulkan modal sedikit demi sedikit hingga akhirnya memberanikan diri untuk membuka bisnis ramen.
-
Bagaimana Aqila berbisnis? Aqila tampaknya mengikuti kegiatan di sekolahnya yang mengajarkan siswa menjadi wirausahawan sejak dini.
Biasanya, jika merujuk pada siklus tahunan, geliat bisnis waralaba makanan mengalami penurunan di awal tahun. Lalu mulai naik perlahan di bulan kedua.
"Tetapi di tahun ini, setelah turun di Januari, Februari tidak naik. Biasanya Februari itu sudah mulai naik," ujarnya.
Penurunan paling parah, lanjutnya, terjadi sesaat sebelum memasuki Ramadan. Tetapi, gairah industri waralaba makanan kembali terlihat usai Lebaran Idul Fitri.
Bije menilai masyarakat saat ini sedang mengalami perubahan pola konsumsi. Masyarakat cenderung lebih mengutamakan kebutuhan yang bersifat pokok untuk sehari-hari.
"Pola konsumsi yang menjadi realistis. Makanan kebutuhan sehari-hari, sabun, deterjen segala macam itu tidak menurun. Mereka akan mengurangi (jatah) yang lain untuk kebutuhan pokok," paparnya.
Salah satu pelaku bisnis waralaba makanan, Ratna Dwikora, mengamini pernyataan Bije. Perempuan yang sudah memiliki 10 cabang usaha di Jabodetabek ini mengaku bisnisnya mengalami penurunan kinerja.
"Peningkatan signifikan tidak, tapi secara umum ada beberapa cabang ada yang turun, ada yang stagnan (tetap) ada juga yang membaik," kata Ratna.
Meski demikian, perempuan kelahiran 1964 ini mengaku kondisi tersebut tidak mempengaruhi bisnisnya secara umum. "Meskipun sedikit melemah daya beli mungkin tapi signifikan belum terlalu mengkhawatirkan menurut saya. Sejauh ini masih aman, penurunan yang terasa 10 sampai 20 persen," ujarnya.
Pemilik Mie Aceh Seulawah ini menganggap, melemahnya industri waralaba makanan merupakan hal wajar dalam sebuah bisnis. Dia memperkirakan, kondisi tersebut akan membaik di akhir tahun ini.
"Dan saya anggap ini akan berakhir lah kira-kira akhir tahun saya pikir sudah mulai ranum lagi, biasanya akan berputar kembali," pungkasnya.
Baca juga:
Benarkan kebijakan Jokowi buat daya beli masyarakat RI turun?
Jokowi diminta evaluasi aturan buat daya beli masyarakat turun
Kondisi mengenaskan industri ritel, laba anjlok hingga gulung tikar
Sudah tutup, 7-Eleven nunggak utang Rp 240 miliar ke Bank Mandiri
5 Dampak mengejutkan hadirnya belanja online, termasuk PHK massal
5 Fakta baru tutupnya 7-Eleven dan berubah jadi toko alat kesehatan
Belanja online picu PHK ribuan pekerja ritel