Mendag: Surplus Neraca Perdagangan di Oktober Tertinggi Sepanjang 2020
Begitu pula dengan pemulihan ekonomi China yang lebih cepat dari ekspektasi telah menopang kenaikan permintaan produk ekspor non-migas Indonesia di pasar global.
Menteri Perdagangan, Agus Suparmanto menyebut bahwa surplus neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2020 sebesar USD 3,61 miliar merupakan yang kedelapan kali dan tertinggi sepanjang tahun 2020. Bahkan melampaui surplus neraca bulan Juli sebesar USD 3,24 miliar.
"Surplus neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2020 meningkat USD 1,22 miliar dibandingkan surplus September yang sebesar USD 2,39 miliar," kata Agus di Jakarta, Jumat (20/11).
-
Bagaimana Kemendag memfasilitasi eksportir Indonesia di pameran EIM? “Kemendag memfasilitasi puluhan eksportir Indonesia untuk memamerkan produk-produk potensial melalui pameran EIM agar pangsa pasar produk Indonesia di negara Meksiko semakin luas,” tambahnya.
-
Bagaimana Kemendag membantu UMKM untuk merambah pasar ekspor? Dalam kesempatan itu Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor mendukung kepada Usaha Kecil, Mikro, dan Menengah (UMKM) untuk merambah pasar ekspor supaya produk mereka dikenal dunia, dengan memberikan berbagai kemudahan. "Salah satunya akses permodalan, pelatihan pemasaran, sampai fasilitasi UMKM Sidoarjo go to export.
-
Bagaimana Kemendag memastikan kelancaran kegiatan ekonomi? Pemerintah selalu memastikan keberadaan sarana, prasarana, dan utilitas perdagangan yang baik bagi seluruh pihak terkait. Baik bagi pelaku usaha, maupun masyarakat sebagai konsumen akhir. Dengan begitu, diharapkan kegiatan ekonomi akan terus berjalan tanpa hambatan yang berarti," terang Wamendag Jerry.
-
Apa saja yang dilakukan Kemenko Perekonomian untuk mewujudkan transportasi berkelanjutan di Indonesia? Pemerintah telah menetapkan pengembangan infrastruktur sebagai salah satu prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, dengan pembentukan Proyek Strategis Nasional (PSN). Pengembangan infrastruktur yang signifikan akan terus dilanjutkan sebagaimana dijelaskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 guna mewujudkan visi strategis 100 tahun Indonesia. Menko Airlangga juga menyampaikan bahwa Pemerintah telah membangun lebih dari 2.000 km jalan tol yang menghubungkan pusat-pusat komersial, industri, dan perumahan utama di tanah air, menciptakan value chain perdagangan yang lebih kuat. Dalam program PSN tersebut, Indonesia juga mengembangkan proyek transportasi perkotaan seperti MRT yang telah selesai pada tahun 2019 dan proyek LRT Jabodebek yang baru saja selesai.
-
Apa yang dilakukan Kemenkumham untuk meningkatkan perekonomian Indonesia? Menurut Yasonna, dengan diselenggarakannya Temu Bisnis Tahap VI, diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan perekonomian Indonesia.
-
Bagaimana Kemendag melindungi industri dalam negeri dari serbuan barang impor? Sebaliknya, Kementerian Perdagangan akan menggunakan otoritas yang dimiliki untuk melindungi industri dalam negeri dari serbuan barang impor. Yaitu melalui pengenaan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) dan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) atau safeguard.
Kondisi ini kata Agus dipicu meningkatnya surplus non-migas menjadi USD 4,06 miliar dan penurunan defisit migas menjadi USD 450,1 juta. Peningkatan surplus non-migas salah satunya bersumber dari peningkatan kinerja ekspor non-migas pada kelompok lemak dan hewan/nabati yaitu produk sawit dan produk turunannya.
Ekspor lemak dan minyak hewan/nabati bulan Oktober meningkat sebesar USD 188,1 juta atau 10,96 persen (MoM). Selain itu, ekspor batubara bulan Oktober juga meningkat sebesar USD 167,1 juta atau 15,69 persen (MoM).
Sepanjang Oktober 2020, ekspor non-migas Indonesia ke beberapa negara mitra dagang juga terus tumbuh. Peningkatan ekspor non-migas terbesar terjadi pada ekspor Indonesia ke China (USD 234,7 juta), Vietnam (USD 96,1 juta), Filipina (USD 83,3 juta), Malaysia (USD 65,8 juta), dan Spanyol (USD 54,8 juta).
Secara kumulatif, neraca perdagangan Indonesia Januari-Oktober 2020 mengalami surplus USD 17,07 miliar. Surplus tersebut mulai mendekati nilai surplus neraca perdagangan pada 2010 yang mencapai USD 22,12 miliar.
Pada Oktober 2020, ekspor Indonesia terus menunjukkan penguatan dari bulan ke bulan. Nilai total ekspor Indonesia mencapai USD 14,39 miliar, tumbuh 3,1 persen dibandingkan ekspor bulan sebelumnya.
Meskipun pada kelompok ekspor migas mengalami pelemahan, namun kenaikan ekspor non-migas sebesar 3,5 persen (MoM) mampu menjaga momentum pertumbuhan total ekspor Oktober 2020. Peningkatan ekspor nonmigas Oktober 2020 disebabkan pertumbuhan ekspor pada sektor pertanian (1,3 persen MoM), industri (2,1 persen MoM), serta pertambangan dan lainnya (17,0 persen MoM).
Kinerja ekspor non-migas ke pasar utama Indonesia pada Oktober 2020 juga meningkat, yaitu China (8,9 persen MoM), Jepang (0,3 persen MoM), dan India (1,2 persen MoM). Ekspor ke Asia Tenggara yang juga merupakan pasar utama Indonesia juga meningkat sebesar 8,4 persen MoM.
Secara kumulatif, kinerja ekspor non-migas Indonesia periode Januari-Oktober 2020 turun 5,6 persen dibandingkan Januari-Oktober 2019 (YoY). Namun, penurunan ekspor secara kumulatif ini tidak sedalam penurunan kinerja ekspor periode Januari-September 2020 (YoY) yang mencapai 5,81 persen.
Di tengah masa pandemi ini beberapa produk ekspor utama masih berkinerja baik, seperti produk lemak dan minyak hewan/nabati tumbuh 13,1 persen (YoY), pupuk (14,1 persen YoY), logam mulia, perhiasan/permata (30,1 persen YoY), dan alas kaki (6,7 persen YoY).
Agus mengatakan, meski masih rentan, perekonomian global mulai membaik. Adaptasi keseharian masyarakat terhadap protokol kesehatan perlahan-lahan mulai membuahkan hasil dengan mulai meningkatnya aktivitas perekonomian secara global.
"Optimisme dari efektivitas vaksin dari berbagai negara turut menjadi faktor positif pemulihan perekonomian global," kata dia.
Begitu pula dengan pemulihan ekonomi China yang lebih cepat dari ekspektasi telah menopang kenaikan permintaan produk ekspor non-migas Indonesia di pasar global.
Data Impor
Impor Oktober 2020 mengalami penurunan 6,79 persen dibandingkan September 2020. Penurunan impor terjadi di semua komponen penggunaan barang.
Penurunan impor terdalam dialami kelompok barang modal sebesar 13,33 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Barang modal yang impornya mengalami penurunan antara lain tanur/oven listrik industri (turun 96,4 persen MoM), laptop (turun 53,4 persen MoM), dan tanker (turun 42,1 persen MoM).
Sedangkan pada kelompok bahan baku/penolong, produk yang impornya mengalami penurunan di antaranya ferro alloy turun 86,1 persen MoM, gula (turun 58,4 persen MoM), tepung kedelai (turun 55,8 persen MoM) dan gandum (turun 20,7 persen MoM).
Sisi lain, barang konsumsi yang impornya juga mengalami penurunan yang signifikan. Antara lain AC/mesin pendingin (turun 14,7 persen MoM), buah pir (turun 14,5 persen MoM), dan daging beku (turun 10,6 persen MoM).
Impor dari sejumlah negara juga menunjukkan penurunan yang signifikan, seperti Kanada (turun 44,1 persen MoM), Argentina (turun 40,5 persen MoM), Arab Saudi (turun 36,5 persen MoM), Brasil (turun 34,3 persen MoM), Italia (turun 21,3 persen MoM), dan Tiongkok (turun 20,1 persen MoM).
Sementara itu, beberapa impor dari beberapa negara justru menunjukkan peningkatan, yaitu Prancis (naik 35,3 persen MoM), Hong Kong (naik 22,3 persen MoM), dan Malaysia (naik 15,6 persen MoM). Secara kumulatif, nilai impor Januari-Oktober 2020 mencapai USD 114,46 miliar yang didominasi impor non-migas sebesar USD 102,78 miliar atau dengan pangsa sebesar 89,79 persen.
Impor nonmigas periode Januari-Oktober 2020 turun 16,99 persen (YoY), sedangkan volume impornya turun 6,07 persen YoY. Ini mengindikasikan aktivitas perekonomian domestik yang mengandalkan pasokan dari impor tidak terkontraksi terlalu dalam.
"Perkembangan kinerja ekspor dan impor Indonesia pada Juli-Oktober 2020 yang terus menguat mengindikasikan pemulihan perekonomian Indonesia terus terjadi serta memberikan optimisme akan membaiknya perekonomian Indonesia di Triwulan IV 2020 ini," pungkas Mendag.
(mdk/idr)