Mengungkap Alasan Bank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan di Februari 2024
Keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini sejalan dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah.
Selain itu, suku bunga Deposit Facility tetap sebesar 5,25 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75 persen.
Mengungkap Alasan Bank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan di Februari 2024
Mengungkap Alasan Bank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan di Februari 2024
- Bank Indonesia Tahan Suku Bunga Acuan, Ternyata Ini Alasannya
- Bank Indonesia Akhirnya Turunkan Suku Bunga Acuan ke Level 6,00 Persen, Simak Pertimbangannya
- Bank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan 6,5 Persen di Agustus 2024, Ternyata Ini Alasannya
- Bank Indonesia Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen
Bank Indonesia (BI) kembali menahan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 6,00 persen.
Selain itu, suku bunga Deposit Facility tetap sebesar 5,25 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75 persen.
"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 20 dan 21 Februari 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 6,00 persen, suku bunga Deposit Facility tetap sebesar 5,25 persen, dan suku bunga Lending Facility tetap sebesar 6,75 persen," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers di Gedung BI, Jakarta Pusat, Rabu (21/2).
Keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini sejalan dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah di tengah ketidakpastian perekonomian global.
Kebijakan ini juga merupakan langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan laju inflasi tetap terkendali.
"Sehingga inflasi tetap terkendali pada kisaran 2,5 plus minus 1 persen pada 2024," ujar Perry.
Kebijakan makroprudensial yang longgar terus ditempuh oleh BI untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dengan mendorong kredit atau pembiayaan kepada dunia usaha.
Kemudian, akselerasi digitalisasi sistem pembayaran terus didorong BI untuk perluasan inklusi ekonomi dan keuangan digital.
"Bank Indonesia terus memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," ucap Perry.
Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati menyebut bahwa menaikkan suku bunga acuan menjadi salah satu jurus terakhir setiap negara untuk menghadapi inflasi yang tinggi. Namun demikian, kenaikan suku bunga akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi.
"Memerangi inflasi dengan kenaikan suku bunga secara tidak langsung kemudian menyebabkan kinerja ekonomi menjadi terpengaruh," kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KiTa November 2022, Kamis (24/11).
Misalnya bank sentral Inggris telah menaikkan suku bunga hingga 275 basis poin di tahun 2022. Lalu, Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) juga menaikkan suku bunga sebesar 4 persen atau naik 375 basis poin selama 2022 saja.
Begitupun, di Eropa suku bunganya juga naik 200 basis poin. Hal serupa juga dilakukan oleh negara emerging seperti Brasil yang agresif menaikkan suku bunga 13,75 persen atau 450 basis poin sejak 2022 lalu.