Menkeu sebut holding BUMN harus perhatikan pemegang saham minoritas
Proses penggabungan BUMN ini harus memperhatikan segala aspek-aspek penting terutama politik dan ekonomi.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui proses penggabungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memang diperlukan dalam sebuah negara. Namun, proses penggabungan tersebut harus lebih mengutamakan kepentingan pemegang saham minoritas.
"Sebagian besar perusahaan terbuka, sehingga dia punya pemegang saham publik sebagai minoritas yang harus diperhatikan. Cerminan negara yang baik adalah kita selalu memperhatikan minoritas di dalam perusahaan," ujar Sri Mulyani di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (24/8).
-
Sri Mulyani bertemu Presiden Jokowi, apa tujuan pertemuannya? Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani diagendakan menemui Presiden Joko Widodo atau Jokowi di Istana Merdeka Jakarta, Jumat (2/2) siang. Sri Mulyani akan melaporkan hal-hal terkait anggaran pendapatan belanja negara (APBN) tahun 2024.
-
Siapa Mutiara Baswedan? Mutiara Annisa Baswedan lahir pada 3 Juni 1997. Kini, gadis kecil dalam foto di atas pun sudah tumbuh dewasa. Menjadi anak pertama dan perempuan satu-satunya, Mutiara juga sangat dekat dengan sang ayah.
-
Apa yang dilakukan Sri Mulyani setelah bertemu dengan Jokowi? Namun, Sri Mulyani enggan bicara banyak setelah rapat bersama Jokowi. Dia menolak memberikan pernyataan dan enggan tanya jawab dengan awak media. Sembari menjawab singkat, ia cuma menunjukkan gestur minta maaf dengan tangannya.
-
Di mana Sri Mulyani dilahirkan? Sri Mulyani lahir di Tanjung Karang, Lampung, 26 Agustus 1962.
-
Apa yang Sri Mulyani tunjukkan kepada cucunya? Sri Mulyani juga memperlihatkan pekerjaannya kepada cucu yang lebih besar.
-
Kapan Sri Mulyani dan Retno Marsudi bertemu? Kemarin (1/8), akhirnya kita bertemu saat rapat bersama di Istana Merdeka... Always glad to meet my bestie,",
Dia menegaskan, proses penggabungan BUMN ini harus memperhatikan segala aspek-aspek penting. Terutama, lanjutnya, proses politik dan ekonomi juga harus dipertimbangkan dengan matang.
"Tantangan Indonesia kalau mau melakukan bench marking tidak hanya perusahaan ke perusahaan. Tapi kita juga selalu lihat ide seperti Temasek. Persoalannya kenapa di negara lain itu bisa terjadi, kenapa kita tidak bisa. Ini yang perlu didiskusikan secara politik maupun ekonominya," katanya.
Kendati demikian, Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini berharap, dengan adanya penggabungan ini maka BUMN akan lebih efisien. Perusahaan yang senada haruslah bersinergi agar hulu dan hilirnya bisa sejalan.
"Ini penting sekali karena BUMN dimiliki oleh negara. Oleh karena itu pemeritah dengan DPR memiliki concern yang sama," pungkasnya.
Baca juga:
Jasa Marga diminta perbanyak informasi di jalur mudik lebaran
Sri Mulyani: Industri hilirisasi di Indonesia masih perlu dibenahi
Paket kebijakan XIII, izin bangun rumah murah dipangkas jadi 44 hari
Sri Mulyani: Memalukan BUMN belum mencerminkan kondisi ekonomi RI
Terima suntikan modal, BUMN diminta bikin rencana bisnis
BI: Impor bawang putih terlalu mudah, buat produksi lokal anjlok
Kemendag target datangkan 14.700 pembeli di Trade Expo 2016