Menko Darmin sebut Rupiah bisa menguat jika gejolak dunia mulai membaik
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution menilai pelemahan rupiah saat ini sudah begitu besar. Akan tetapi, menurutnya pelemahan ini bisa teratasi apabila kondisi ekonomi global berangsur baik.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution menilai pelemahan rupiah saat ini sudah begitu besar. Akan tetapi, menurutnya pelemahan ini bisa teratasi apabila kondisi ekonomi global berangsur baik.
"Tapi posisi sekarang sebetulnya adalah posisi pelemahan rupiah itu sudah agak terlalu besar. Ini kalau tidak ada hal-hal di luar terjadi ini arahnya akan mengarah sedikit menguat. Enggak banyak tapi akan menguat," kata darmin saat ditemui di Jakarta, Rabu (22/8).
-
Apa yang dilakukan Kemenkumham untuk meningkatkan perekonomian Indonesia? Menurut Yasonna, dengan diselenggarakannya Temu Bisnis Tahap VI, diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan perekonomian Indonesia.
-
Kapan R.A.A Kusumadiningrat memimpin? Sebelumnya, R.A.A Kusumadiningrat sempat memerintah pada 1839-1886, dan memiliki jasa besar karena mampu membangun peradaban Galuh yang cukup luas.
-
Apa mimpi Rivai Abdul Manaf Nasution dalam membangun Indonesia? Sosok Rivai Abdul Manaf Nasution memiliki mimpi membangun Indonesia lewat pendidikan Islam
-
Bagaimana Pejuang Rupiah bisa menghadapi tantangan ekonomi? "Tidak masalah jika kamu bekerja sampai punggungmu retak selama itu sepadan! Kerja keras terbayar dan selalu meninggalkan kesan abadi."
-
Apa yang dijelaskan oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengenai redenominasi rupiah? Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, implementasi redenominasi rupiah ini masih menunggu persetujuan dan pertimbangan berbagai hal.
-
Kenapa seni rupa penting? Seni rupa, sebagai salah satu cabang seni yang sangat beragam dan kaya akan ekspresi kreatif, telah memberikan sumbangan berharga dalam menggambarkan kompleksitas dunia visual.
Oleh karenanya, kondisi eksternal perlu diwaspadai seperti pada dampak dari perekonomian global. Sebab, ke depan tekanan-tekanan dari bank sentral luar negeri tidak dapat diprediksi.
"Karena di Amerika sendiri normalisasi kebijakan moneternya masih terjadi, sampai dengan, mungkin sampai tahun depan dia masih akan belum selesai," imbuhnya.
"Kalau dua minggu lalu kan ada Turki, minggu depan enggak tahu apa, kita bisa kena lagi, ya memang begitu," sambung Darmin.
Kendati demikian, Darmin menekankan kondisi ini jangan dianggap sebagai bencana besar. Menurutnya, persoalan gejolak ekonomi global memang terus terjadi dan selalu berubah-berubah.
"Artinya gini, sebenarnya pergerakan ini sudah lebih besar dari yang seharusnya. Dia akan mencari posisinya kembali. Walaupun selalu bisa diinterupsi oleh situasi yang kita enggak tahu apa. Selalu ada tekanan untuk membuat rupiah melemah, tapi di pihak lain ada tekanan untuk membuat rupiah menguat, terutama yang kita buat dari dalam negeri," tutup Darmin.
Diketahui, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) bergerak fluktuatif di perdagangan kemarin, Selasa (21/8). Rupiah dibuka di level Rp 14,563 per USD, menguat tipis dibanding penutupan kemarin di level Rp 14.588 per USD.
Mengutip data Bloomberg, Rupiah kemudian bergerak melemah usai pembukaan hingga ke level Rp 14.570 per USD. Saat ini, Rupiah masih melemah di level Rp 14.574 per USD.
Baca juga:
Kemenkeu: 60 persen utang pemerintah dalam bentuk Rupiah
Rupiah dibuka menguat di level Rp 14.563 per USD
BI nilai wajar likuiditas valas mengetat di tengah penguatan USD
BI beberkan alasan Rupiah bakal sulit menguat
BI relaksasi aturan lindung nilai, minimum hedging jadi USD 2 juta
PLN janji tak naikkan tarif listrik meski nilai tukar Rupiah melemah