Menteri Bahlil Buka-bukaan Ada Negara Tak Ingin Hyundai Masuk Indonesia
Bahlil mengungkapkan, investasi Hyundai Motor senilai USD 1,55 miliar diawali dengan ditandatanganinya nota kesepahaman (memorandum of understanding) rencana investasi pada November 2019.
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia bercerita soal kendala yang dihadapi Pemerintah Indonesia saat hendak menarik investasi Hyundai ke Tanah Air pada 2019.
Dia bahkan mengatakan ada negara yang tidak ingin Hyundai masuk dan beroperasi di Indonesia kala itu.
-
Di mana Hyundai melihat pasar untuk pengembangan mobil listriknya? Dalam pengembangan kendaraan baru, Hyundai selalu melihat pasar di tiap negara dan secara global.
-
Apa strategi Hyundai untuk membuat mobil listrik lebih terjangkau? Head of Electrified Propulsion Engineering Design Center Hyundai Jeong Jin-hwan mengatakan, Hyundai Motor Group (HMG) saat ini terus melakukan inovasi agar kendaraan listrik (EV) harganya terjangkau. Sehingga EV bisa dinikmati semua kalangan.
-
Siapa yang mengatakan bahwa Hyundai sedang mengembangkan platform kendaraan khusus untuk pasar tertentu? Misalnya platform kendaraan khusus untuk pasar Amerika, Rusia dan Asia Tenggara. Termasuk Indonesia.
-
Mengapa Hyundai fokus pada pengembangan kendaraan bertenaga hidrogen? Dengan hidrogen diharapkan dapat mengurangi polusi lingkungan. Bagi HMC fokus pada slogan: Carbon Neutral.
-
Bagaimana Hyundai menurunkan biaya produksi mobil listrik? HMC juga akan terus mengembangkan teknologi mobil listrik untuk menurunkan biaya produksi. "HMC sedang menerapkan beberapa strategi, seperti bekerja sama dengan perusahaan lain untuk meningkatkan produksi mobil listrik,"
-
Bagaimana Hyundai Pony menginspirasi Hyundai untuk menciptakan inovasi terbaru? Hyundai terus membawa semangat Pony. Dari Pony telah menginspirasi menciptakan inovasi terbaru. Hyundai terus hadir sebagai game-changer dan terobosan-terobosan seperti kendaraan listrik, hydrogen fuel technology, hingga konsep smart city masa depan.
"Jadi, waktu kita mau tanda tangan ini (proyek Hyundai) banyak negara tertentu yang tidak ingin Hyundai masuk, mobil listrik ini, saya harus ngomong. Saya tidak mengatakan negara mana tetapi ada negara yang tidak ingin ini barang masuk," katanya dikutip dari Antara, Selasa (16/5).
Bahlil mengungkapkan, investasi Hyundai Motor senilai USD 1,55 miliar diawali dengan ditandatanganinya nota kesepahaman (memorandum of understanding) rencana investasi pada November 2019.
Penandatanganan MoU kala itu disaksikan oleh Presiden Joko Widodo dan Executive Vice Chairman Hyundai Motor Group Chung Eui-sun.
Pada fase pertama, Hyundai fokus pada investasi pabrik pembuatan mobil dan akan mengekspor setidaknya 50 persen dari total produksinya.
Adapun pada fase kedua akan berfokus pada pengembangan pabrik pembuatan mobil listrik, pabrik transmisi, penelitian dan pengembangan (R&D), pusat pelatihan, dan produksi Hyundai akan diekspor sebanyak 70 persen.
Per Maret 2022, pabrik Hyundai di Cikarang, Jawa Barat, telah berhasil memproduksi mobil listrik Hyundai Ioniq 5.
Bahlil bercerita, saat penandatanganan MoU tersebut, banyak pihak meragukan realisasi investasi Hyundai tersebut. Terlebih terkait rencana produksi mobil listrik. Belum lagi kondisi pandemi Covid-19 yang melanda kemudian pada 2020.
"Hyundai itu saya tanda tangan waktu itu 2019 untuk mobil listrik, waktu itu banyak orang mengatakan tidak mungkin bisa terjadi. Apalagi setelah tanda tangan selesai langsung Covid-19. Kita menyampaikan waktu itu pada Presiden Moon, presiden sebelumnya, bahwa kita komitmen untuk mengawal investasi sekalipun Covid-19 dan kita jalan terus," katanya.
"Alhamdulillah sekarang Hyundai produknya sudah bisa dipakai orang Indonesia dan orang Indonesia cinta betul terhadap mobil listrik. Saking cintanya sekarang antre 6 bulan sampai 8 bulan baru bisa dapat mobil di showroom," katanya.
(mdk/idr)