Nilai tukar Rupiah ditutup merosot tajam ke Rp 14.123 per USD
Sepanjang hari ini, nilai tukar Rupiah bergerak di atas Rp 14.000 per USD.
Nilai tukar Rupiah ditutup melemah terhadap dolar Amerika Serikat (USD). Rupiah melemah 130 poin atau 0,93 persen ke level Rp 14.123 per USD dibanding penutupan akhir pekan lalu di Rp 13.992 per USD.
Mengutip data Bloomberg, Rupiah sepanjang hari ini berada di atas Rp 14.000 per USD. Rupiah hanya mampu menyentuh titik terkuatnya di Rp 14.020 per USD yaitu pukul 12.15 WIB.
-
Bagaimana Pejuang Rupiah bisa menghadapi tantangan ekonomi? "Tidak masalah jika kamu bekerja sampai punggungmu retak selama itu sepadan! Kerja keras terbayar dan selalu meninggalkan kesan abadi."
-
Bagaimana redenominasi rupiah dilakukan di Indonesia? Nantinya, penyederhanaan rupiah dilakukan dengan mengurangi tiga angka nol di belakang, contohnya Rp 1.000 menjadi Rp 1.
-
Mengapa Redenominasi Rupiah sangat penting untuk Indonesia? Rupiah (IDR) termasuk dalam golongan mata uang dengan daya beli terendah. Hal ini semakin menunjukan urgensi pelaksanaan redenominasi rupiah di Indonesia.
-
Apa manfaat utama dari Redenominasi Rupiah untuk mata uang Indonesia? Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah, menyatakan manfaat utama dari redenominasi rupiah adalah untuk mempertahankan harkat dan martabat rupiah di antara mata uang negara lain.
-
Apa yang membuat Pejuang Rupiah istimewa? "Makin keras kamu bekerja untuk sesuatu, makin besar perasaanmu ketika kamu mencapainya."
-
Apa yang dijelaskan oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengenai redenominasi rupiah? Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, implementasi redenominasi rupiah ini masih menunggu persetujuan dan pertimbangan berbagai hal.
Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo mengatakan, pelemahan nilai tukar Rupiah kali ini tidak mengkhawatirkan. Pihaknya juga terus mengantisipasi pelemahan nilai tukar dengan terus berkoordinasi bersama pemerintah.
"Rupiah tidak mengkhawatirkan. Dampak ini dari kondisi luar negeri, khususnya karena AS akan naikkan Fed Rate," ujarnya di kantornya, Jakarta, Senin (14/15).
Agus memprediksi, periode tingkat suku bunga The Fed selama tujuh tahun terakhir yang berada di kisaran 0 sampai 0,25 persen akan berakhir di bulan ini. Dia meyakini, akan ada kenaikan suku bunga secara berkala ke depannya.
"AS akan berkala menaikkan suku bunga per kuartal, dari 0,25 persen, menjadi satu sampai 1,25 persen di akhir tahun 2016. Nanti akan naik lagi 2,25 persen di tahun 2017," jelas dia.
Meski demikian, sentimen negatif dari Federal Reserve diprediksi hanya bersifat sementara. Bank Indonesia terus menjaga stabilisasi nilai tukar rupiah. "Ini sifatnya hanya temporary. BI tetap akan akan menjaga," ungkapnya.
(mdk/idr)