Pembelaan Agus Marto dinilai reaktif naikkan BI Rate
BI memperhatikan target inflasi yang tahun ini ditetapkan sebesar 5,3 persen serta 4,4 persen di tahun depan.
Selasa (18/11), Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) dari 7,5 persen menjadi 7,75 persen. Langkah ini sebagai respons atas kebijakan pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi.
Langkah BI tersebut dinilai terlalu gegabah dan reaktif serta dinilai mengorbankan pertumbuhan ekonomi nasional yang hingga kuartal III/2014 menunjukkan tren perlambatan.
-
Bagaimana BRI meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia? Sebagai bank yang berfokus pada pemberdayaan UMKM, BRI memiliki jutaan database nasabah, baik simpanan maupun pinjaman. Ini menyebabkan BRI terpapar risiko data privacy breach dan cyber security system.
-
Bagaimana BRI meningkatkan inklusi dan literasi keuangan di Indonesia? Melalui Holding Ultra Mikro dengan BRI sebagai induk, bersama PT Pegadaian, dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM), perseroan secara grup berupaya meningkatkan inklusi dan literasi keuangan di Indonesia.
-
Bagaimana BRI menjaga likuiditasnya di tengah kenaikan BI Rate? “Saat ini kami tidak memiliki isu likuiditas karena masih longgar. Kami akan terus mempertahankan likuiditas tersebut secara sehat dan mempertahankan pertumbuhan kredit double digit,” tambahnya.
-
Bagaimana BSI meningkatkan inklusi keuangan syariah di Indonesia? BSI sebagai bank syariah terbesar di Indonesia berkomitmen untuk terus memberikan literasi dan menyediakan produk-produk keuangan syariah yang dibutuhkan masyarakat melalui ekosistem keuangan yang terintegrasi. Hal ini demi meningkatkan inklusi keuangan syariah kepada masyarakat Indonesia.
-
Apa yang menjadi catatan BPS tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Bagaimana inflasi mempengaruhi nilai investasi? “Inflasi juga dapat memengaruhi nilai tukar. Negara-negara dengan tingkat inflasi rendah biasanya mengalami apresiasi nilai mata uang dibandingkan negara-negara dengan inflasi yang lebih tinggi,” ujar Kar Yong Ang.
Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, BI terus mengamati perkembangan ekonomi Indonesia secara umum dan melihat dalam kurun waktu 1-2 bulan terakhir ada ekspektasi peningkatan inflasi.
"Pada saat BBM dinaikkan, tentu kita menyambut baik karena kalau harga BBM dinaikkan, bisa merespon tantangan yang terkait dengan defisit fiskal dan defisit neraca transaksi berjalan," jelas Agus di Kantor Wakil Presiden, Jl. Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Kamis (20/11).
Agus menegaskan, BI memperhatikan target inflasi yang tahun ini ditetapkan sebesar 5,3 persen serta 4,4 persen di tahun depan. Target inflasi tersebut dinilai bisa terdesak oleh akibat kenaikan harga BBM subsidi.
"Ini kalau dibiarkan bisa berkelanjutan. Oleh karena itu BI melihat faktor ekspektasi inflasi ini harus dipatahkan. Ini kalau sudah dipatahkan perlu tindak lanjut pengendalian inflasi oleh pemerintah pusat dan daerah, terkait dengan biaya transportasi, pengendalian harga pangan," papar Agus.
Dengan pertimbangan itu BI mengambil keputusan menaikkan BI rate untuk meyakinkan inflasi akan ada di rentang yang sudah ditargetkan oleh BI yakni 4 plus minus 1 persen di 2015.
"Kita tidak ingin ekspektasi inflasi jadi tekanan yang mengganggu ekonomi kita dan kita mengharapkan juga agar upaya pemerintah dan BI untuk mencapai transaksi berjalan yang lebih sehat, itu bisa diwujudkan," imbuh Agus.
Agus menambahkan, transaksi berjalan yang lebih sehat itu bukan berarti yang positif, tetapi yang penting antara -3 persen sampai -2,5 persen terhadap PDB.
"Yang utama, BI memberikan pesan terkait pentingnya konsistensi menjaga posisi stabilitas ekonomi makro. kita juga memberikan pesan terkait dengan posisi kita moneter yang konsisten," tutup Agus.
(mdk/noe)