Pembelian Inalum jadi pintu masuk Indonesia rajai otomotif dunia
Saat ini banyak investor otomotif seperti Jepang yang gencar membangun pabrik dan memproduksi mobil di Indonesia.
Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi, menyebut Indonesia akan menjadi salah satu negara eksportir otomotif terkuat di dunia. Pasalnya, saat ini banyak investor otomotif seperti Jepang yang gencar membangun pabrik dan memproduksi kendaraan roda empat di Indonesia.
"Kita akan menjadi basis industri otomotif regional dan internasional. Jadi, kita ini akan mengekspor otomotif yang terkuat dan terbaik bukan hanya pasar dalam negeri, tapi pasar ASEAN bahkan dunia," ujar Lutfi di Karawang, Jawa Barat, Rabu (26/3).
Lutfi mencontohkan, saat ini Toyota sedang gencar menambah kapasitas produksinya di Indonesia. Bukan hanya itu, Toyota juga terus merambah pasar ekspor di Timur Tengah. Sementara itu, produsen lain seperti Daihatsu, Nissan juga melakukan hal yang sama.
"Seperti hari ini Toyota akan ekspor antara 108.000 - 136.000 unit dan akan double menjadi 236.000 unit pada 2016. Angka ekspornya pada 2016 diperkirakan USD 3,1 miliar. Produksi Daihatsu akan tiga kali lipat atau triple dengan hampir 580.000 unit (2016), Suzuki double, Nissan double. Ini yang akan menjadi basisnya," lanjutnya.
Pembuatan mobil dalam negeri juga semakin membaik dengan digunakannya aluminium ingot dari dalam negeri. Aluminium ingot merupakan bahan dasar untuk membuat blok mesin kendaraan yang sebelumnya banyak diekspor ke Jepang.
"Aluminium ingot kita ekspor dari Asahan, tadinya 285.000 ton ke Jepang, itu sekarang 90 persen diserap di Indonesia, untuk dibikin engine block. Apalagi nanti yang akan menjadi tren produk itu adalah produk dari nikel, dipakai untuk stainless stell. Nanti kita lihat dalam 28-48 bulan ke depan akan ada industri baru di Indonesia."
Makin banyaknya ekspor mobil dari Indonesia akan membantu neraca perdagangan. Khusus Toyota saja, 2016 mendatang disebut akan menyumbang surplus USD 700 juta.
"(Untuk Toyota saja) nilai ekspor 2016 akan mencapai USD 3,1 miliar. Namun memang ada beberapa impor komponen tapi nilainya cuma USD 2,4 miliar. Jadi surplus USD 700 juta," tutupnya.