Pemerintah Klaim China sampai Jepang Tertarik Bangun Giant Sea Wall
Fase pertama pembangunan Giant Sea Wall akan dimulai di sisi barat.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, mengatakan studi terkait pembangunan Giant Sea Wall atau tanggul laut raksasa telah memasuki tahap yang cukup matang, dan kini Pemerintah tengah mempersiapkan pembahasan lebih lanjut mengenai fase-fase pembangunan proyek tersebut.
Sebagaimana arahan dari Presiden Prabowo Subianto fase pertama pembangunan Giant Sea Wall akan dimulai di sisi barat, yang meliputi wilayah dari Banten hingga Cirebon. Tahapan awal ini akan menjadi dasar bagi pengembangan lebih lanjut di daerah lainnya.
- Pakar Maritim Belanda: Giant Sea Wall Jadi Solusi Tenggelamnya Jakarta
- Airlangga Ungkap Urgensi Proyek Giant Sea Wall yang Butuh Anggaran Rp700 Triliun
- Pemerintah Bakal Bangun Jalan Tol dan Jalur Kereta di Atas Giant Sea Wall Bekasi dan Serang
- Pemerintah Bangun Proyek Tanggul Raksasa Giant Sea Wall Pulau Jawa, Habiskan Biaya Rp778 Triliun
"Mengenai Giant Sea Wall itu kita studinya sebagian besar sudah selesai. Kemudian kita akan bahas lebih detail mengenai fasenya. Nah, arahan Bapak Presiden fase pertama itu yang di sebelah barat. Jadi, dari Banten mungkin sampai ke Cirebon," kata Airlangga saat ditemui usai Rakornas Investasi 2024, di Jakarta, Rabu (11/12).
Kata Airlangga, salah satu aspek penting dari proyek ini adalah penggunaan public-private partnership (PPP) atau kemitraan publik-swasta. Ia menyebut, pengembangan Giant Sea Wall akan melibatkan kerja sama antara pemerintah dan sektor swasta untuk memastikan pembiayaan serta pelaksanaan yang efektif.
"Kita akan mengembangkan itu berdasarkan public-private partnership," ujarnya.
Dalam hal ini, Indonesia telah berdiskusi dengan berbagai negara mitra, termasuk China, Jepang, dan negara-negara lainnya yang tertarik untuk terlibat dalam proyek ini. Lantaran, negara-negara tersebut memiliki pengalaman dalam pembangunan infrastruktur laut, dan keahlian mereka akan sangat berguna dalam merancang serta melaksanakan proyek ini.
"Kemarin sudah dibahas dengan China, dengan Jepang, dan juga dengan beberapa negara lain yang mereka cukup tertarik untuk pengembangan Giant Sea Wall," katanya.
Airlangga juga menyoroti pentingnya belajar dari pengalaman negara-negara lain, seperti Korea Selatan dan Belanda, yang telah sukses membangun infrastruktur laut serupa.
"Dan dari pengalaman kita melihat bahwa beberapa negara yang melakukan itu antara lain Korea dan juga Belanda. Sehingga mereka juga dilibatkan dalam studi ini," pungkasnya.
Tak Cukup Dana Pakai APBN
Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (IPK), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), tengah mencari pendanaan di luar APBN dalam membangun proyek tanggul laut raksasa Jakarta, atau Jakarta Giant Sea Wall.
AHY mengaku telah melakukan penawaran kepada sejumlah investor dalam dan luar negeri. Pasalnya, anggaran dalam membangun tanggul laut raksasa Jakarta tidaklah sedikit.
"Itu lah mengapa kita mengharapkan hadirnya investasi yang juga cukup berarti dari dalam maupun luar negeri. Karena kalau hanya mengandalkan fiskal atau APBN kita tentu tidak cukup, karena banyak sekali prioritas lainnya yang juga harus diwujudkan," ujarnya usai rapat kerja bersama Badan Anggaran DPR RI, Senin (2/12).
Kendati begitu, AHY belum mau membeberkan lebih detil terkait calon investor untuk proyek Jakarta Giant Sea Wall. Menurut dia, informasi tersebut akan disampaikan jika sudah pada saat yang tepat.
"Karena ini juga bukan hanya urusan Kemenko Infrastruktur atau juga urusan PU (Kementerian Pekerjaan Umum), tapi juga dengan lintas stakeholder lainnya. Dan iami mengundang dunia usaha untuk terlibat dalam proyek-proyek seperti ini ke depan," tuturnya.
Adapun megaproyek tanggul laut raksasa ini rencananya tak hanya akan melindungi Jakarta saja, tapi wilayah Pantai Utara atau Pantura Jawa. Secara pembahasan, muncul nama beberapa kota seperti Bekasi, Jawa Barat dan Serang di Banten untuk proyek Giant Sea Wall.