Pemprov DKI Jakarta Diminta Tingkatkan Kualitas Transportasi Umum
Direktur Rujak Center for Urban Studies, Elisa Sutanudjaja memandang kehadiran skuter sebagai moda transportasi di DKI Jakarta belum cukup relevan. Hal ini berdasarkan pemilihan lokasi shelter.
Direktur Rujak Center for Urban Studies, Elisa Sutanudjaja memandang kehadiran skuter sebagai moda transportasi di DKI Jakarta belum cukup relevan. Hal ini berdasarkan pemilihan lokasi shelter.
"Masalah transportasi di Jakarta itu sangat besar dan keberadaan skuter listrik di Jakarta, kalau saya identifikasi tempat-tempat, ini banyak di kawasan yang sudah banyak sekali layanan transportasi publiknya," kata dia, dalam diskusi bertajuk 'Quo Vadis Aturan Main Skuter Listrik', di Jakarta, Kamis (28/11).
-
Apa saja transportasi umum di Jakarta yang dulu diandalkan oleh tenaga manusia dan binatang? Selain kereta yang semula berfungsi mengangkut hasil bumi dan menjadi alat transportasi, angkutan umum di DKI Jakarta masih mengandalkan tenaga manusia dan binatang yakni delman dan becak.
-
Bagaimana transportasi umum di Jakarta berubah dari tenaga manusia dan binatang ke mesin? Era tahun 1800-1900, angkutan umum di DKI Jakarta mulai beralih ke mesin dengan menggunakan trem atau kereta dengan rel khusus di jalan ibu kota. Trem semula menggunakan kuda hingga bermetamorfosis menjadi uap.
-
Kapan trem di Jakarta digantikan oleh bus Robur sebagai alat transportasi utama? Saat itu, bus ini perlahan-lahan ditambah armadanya sebelum akhirnya dijadikan transportasi umum utama, setelah trem dimatikan dengan alasan merusak wajah Jakarta.
-
Mengapa transportasi umum di Jakarta beralih ke mobil? Perkembangan pembangunan membuat kondisi jalan di DKI Jakarta yang padat membuat transportasi beralih ke mobil yang disebut oplet.
-
Bagaimana transportasi umum di Jakarta tahun 1989? Bajaj Masih Jadi Favorit Bajaj oranye masih berkeliaran di jalan.
-
Dari mana keberangkatan kereta api Lebaran di Jakarta? Pertama, keberangkatan Kereta Api (KA) lebaran dari Jakarta dilakukan dari empat stasiun, yakni Stasiun Pasar Senen, Stasiun Gambir, Stasiun Manggarai, dan Stasiun Bekasi.
Sebagai contoh, penempatan shelter skuter listrik di kawasan Sudirman tidak relevan karena moda transportasi publik di situ sudah lengkap. "Sebetulnya kalau dari halte ke tempat tujuan itu cuma jalan 3 sampai 5 menit maksimal. Kayak di Sudirman sudah ada sekitar 20 rute Trans Jakarta, ada satu MRT," jelas dia.
"Lalu kalau misalnya Sabang itu juga ada shelter e-scooter juga, itu sudah ada minimal 3 rute Transjakarta yang jarak haltenya cuma 200-300 meter. Jadi benar-benar sudah tidak relevan. Segitu malasnya kah kita. Pemilihan lokasi e-scooter sebetulnya tidak ada hubungannya," imbuhnya.
Dia justru lebih mendorong pemerintah provinsi DKI Jakarta agar lebih berfokus pada peningkatan kualitas sarana transportasi publik dan upaya mendorong masyarakat berpindah ke moda transportasi massal. "Masalah transportasi di Jakarta masih banyak, bagaimana meningkatkan load share-nya transportasi publik masih belum maksimal," tandasnya.
Pembatasan Skuter Listrik
Masyarakat DKI Jakarta mendukung pembatasan penggunaan skuter listrik, karena rendahnya standar keamanan serta kurang tertibnya pengguna dalam memanfaatkan skuter listrik. Hal tersebut berdasarkan hasil riset yang dilakukan Research Institute of Socio Economic Development (RISED).
Rumaya Batubara, Pengamat Ekonomi Universitas Airlangga mengatakan, dalam riset yang dilakukan dengan 1.000 orang responden tersebut, muncul sejumlah poin yang berisi pandangan publik atas kehadiran skuter listrik.
"Hasilnya pendapat masyarakat hasilnya kebanyakan negatif. Riset dilakukan dua minggu lalu. Ini bagian dari komitmen kita memperkaya perdebatan publik dari sisi konsumen pengguna suatu transportasi publik," kata dia, dalam diskusi bertajuk Quo Vadis Aturan Main Skuter Listrik, di Jakarta, Kamis (28/11).
(mdk/azz)