Petani Keluhkan Masih Ada Kesenjangan Dalam Penentuan Harga Kelapa Sawit
Ketua Harian DPP Asosiasi Petani Sawit Indonesia (Apkasindo) Amin Nugroho petani sawit di Indonesia masih dikelompokkan dalam dua tingkatan, yaitu petani sawit swadaya dan petani sawit bermitra. Perbedaan status itu juga menentukan harga yang diberikan.
Ketua Harian DPP Asosiasi Petani Sawit Indonesia (Apkasindo) Amin Nugroho mengatakan ada kesenjangan di dalam kelompok petani sawit. Sehingga, permasalahan harga kelapa sawit yang semakin melemah membuat petani khawatir akan nasib perdagangan komoditas ini.
Dia menjelaskan, petani sawit di Indonesia masih dikelompokkan dalam dua tingkatan, yaitu petani sawit swadaya dan petani sawit bermitra. Perbedaan status itu juga menentukan harga yang diberikan.
-
Kenapa hutan awan begitu penting? Dari perspektif keanekaragaman hayati, hutan air memiliki peran penting karena menjadi habitat bagi berbagai tumbuhan dan hewan yang tidak dapat ditemukan di tempat lain di dunia, fenomena yang dikenal sebagai endemisme.
-
Kapan Hutan Pinus Pengger buka? Hutan Pinus Pengger buka setiap hari mulai pukul 07.00 pagi hingga 17.00 sore.
-
Kapan Kebun Bibit Wonorejo buka? Kebun Bibit Wonorejo buka setiap hari dari pukul 08.00 WIB hingga 18.00 WIB.
-
Bagaimana kelapa sawit berkembang setelah ditanam di Kebun Raya Bogor? Setelah lima tahun ditanam di Kebun Raya Bogor, pohon ini akhirnya menghasilkan buah. Kemudian biji-bijinya disebar secara gratis hingga ke Pulau Sumatra pada tahun 1875 untuk menjadi tanaman di pinggir jalan.
-
Kenapa Kulat Pelawan mahal? Jika dijual, Kulat Pelawan amat mahal, harganya bisa mencapai jutaan rupiah per kilogram. Proses pertumbuhan jamur ini konon terbilang sulit, karena harus menunggu sambaran petir. Semakin jarang ditemukan, makin tinggi juga harganya di pasaran.
-
Apa yang dimakan oleh petani Pangandaran di hutan? Beberapa yang biasa digunakan untuk lauk makan adalah daun-daunan seperti singkong, papaya, kacang-kacangan sampai terubuk.
"Misalnya petani bermitra itu dikasih harga Rp 1.600 per kilogram, sedangkan petani swadaya selisihnya bisa mencapai Rp 400 per kilogramnya. Jadi ada kesenjangan di antara petani sawit, padahal mereka semua sama," ungkap Amin dalam Pertemuan Nasional Petani Kelapa Sawit Indonesia di Jakarta, Kamis (28/2).
Menurutnya, petani sawit swadaya kesulitan untuk bermitra dengan perusahaan swasta. Meski pernah diusahakan untuk bergabung, kebanyakan perusahaan swasta tidak mau menerima petani untuk bermitra.
"Banyak kesulitan. Ada sekitar 6 syarat. Surat tanda daftar berkebun, jenis bibit harus baik. Lalu sertifikat tanah, di kawasan hutan atau HPL. Pemupukannya juga harus baik. Itu sudah dilakukan semua tapi swasta menilai ada yang belum bisa diterima begitu saja," tambahnya.
Dengan demikian, diharapkan Pertemuan Nasional Petani Kelapa Sawit Indonesia yang bertajuk "Sawit Indonesia Berdaulat, Bermartabat dan Berkelanjutan" bisa memberikan solusi untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
"Pertemuan ini tentunya digelar untuk sharing informasi baik itu identifikasi masalah di perkebunan sawit, usulan solusi hingga dukungan pemerintah terhadap pengembangan perkebunan sawit," ungkap Amin.
Tercatat sekitar 400 orang petani kelapa sawit dan 22 provinsi di Indonesia mengikuti pertemuan ini. Diharapkan pertemuan ini dapat mempererat tali silaturahmi antar petani kelapa sawit sekaligus dapat menambah wawasan mengenai pengembangan perkebunan kelapa sawit.
Reporter: Athika Rahma
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Pengusaha Harap Pertemuan Produsen Sawit Beri Solusi Hentikan Kampanye Hitam CPO
Di Pertemuan Produsen Sawit, Pemerintah Akan Bahas Kampanye Hitam CPO
Harga CPO Fluktuatif, Pemerintah Belum Ada Rencana Ubah PMK Pungutan Ekspor
Pemerintah Jokowi Masih Kaji Besaran Pungutan Ekspor CPO
Sumbang Devisa Negara, Kelapa Sawit Butuh Dukungan Pemerintah Daerah