PLN beli listrik PLTU Batang USD 5,71 sen per kwh
Pembangkit yang memakai batubara tersebut diyakini bakal berkontribusi besar bagi sistem ketenagalistrikan nasional.
PT. PLN (Persero) menyatakan, jika proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), Batang, Jawa Tengah yang dikembangkan sejumlah konsorsium swasta sudah beroperasi, perusahaan akan membeli listriknya sebesar USD 5,71 sen per KWh.
"Kalau nanti sudah mampu memproduksi kita akan beli dari konsorsium," ujar Direktur Utama PLN Nur Pamudji yang ditemui di Kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta, Rabu (9/1).
-
Mengapa PLN membangun PLTS di IKN Nusantara? Presiden Jokowi mengatakan, pembangunan PLTS ini menunjukkan keseriusan pemerintah melalui PLN dalam menyiapkan sistem kelistrikan yang andal dan berbasis pada energi ramah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan listrik di IKN Nusantara. Hal ini selaras dengan pembangunan IKN sebagai forest city yang hijau dan ramah lingkungan.
-
Apa yang dibangun oleh PLN di IKN Nusantara? PT PLN (Persero) siap memenuhi kebutuhan listrik hijau di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 50 Megawatt (MW).
-
Siapa yang membangun PLTU Batang? PLTU Batang merupakan proyek dengan pola Kerjasama Pemerintah Swasta skala besar pertama dengan nilai investasi lebih dari USD 4 miliar.
-
Mengapa PLTU Batang dibangun? Pembangunan PLTU Batang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan listrik di Pulau Jawa dan merupakan bagian dari program penyediaan listrik 35.000 MW.
-
Apa yang dihasilkan oleh PLTA Ketenger? Selain untuk menggerakkan turbin, air dari PLTA Ketenger juga dialirkan menuju saluran irigasi untuk mengairi pertanian sekitar.
-
Mengapa PLN menjadikan keberlanjutan sebagai faktor penting? “Di tengah tugas mengemban agenda transisi energi, implementasi sustainability menjadi faktor yang sangat penting bagi PLN. Sustainability merupakan perencanaan jangka panjang yang perlu disiapkan secara sistematis, dari mulai cara mengukur, delivery, hingga memonitor melalui platform digital,” ucap Darmawan.
Pembangkit yang memakai tenaga batubara tersebut diyakini bakal berkontribusi besar bagi sistem ketenagalistrikan nasional. Proyek pembangunan PLTU ini guna mengembangkan sistem interkoneksi kelistrikan di Pulau Jawa dan Bali.
"Kapasitas PLTU yang mencapai 2x1.000 megawatt (MW) guna memaksimalkan kelistrikan di Jawa dan Bali. Itu sangat besar dengan beban penuh yang biasa ditanggung PLN hanya 1.500 MW," tegas dia.
PLTU Batang ditargetkan beroperasi pada 2016 mendatang. Dalam membangun PLTU tersebut membutuhkan dana sebesar Rp 36 triliun. PLTU dimiliki konsorsium PT Adaro Energy memiliki share saham dalam pembangkit listrik tersebut sebesar 34 persen, J-Power 34 persen dan Itochu 32 persen.
(mdk/noe)