Polusi Udara Makin Parah, Masyarakat Jangan Bakar Sampah Sembarangan
Mari menghimbau masyarakat membantu mengurangi polusi dengan cara tidak membakar sampah sembarangan.
Mari menghimbau masyarakat membantu mengurangi polusi dengan cara tidak membakar sampah sembarangan.
Polusi Udara Makin Parah, Masyarakat Jangan Bakar Sampah Sembarangan
Masyarakat Dilarang Bakar Sampah Sembarangan
Pemerintah di bawah koordinasi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan tengah memetakan penyebab utama polusi udara.
Namun, Utusan Khusus Presiden dalam Global Blended Finance Alliance, Mari Elka Pangestu meminta masyarakat jangan hanya menunggu tindakan pemerintah terhadap PLTU batubara yang diduga jadi sumber utama polusi udara.
Sebaliknya, Mari menghimbau masyarakat membantu mengurangi polusi dengan cara tidak membakar sampah sembarangan.
- Ajak Masyarakat Tepi Sungai Citarum Kelola Sampah, Kolabs Yayasan Bening Saguling & BRI Peduli
- Tugas Lengkap Satgas Pengendalian Pencemaran Udara Bentukan Heru Budi
- Heru Budi Minta Kesadaran Warga Tak Bakar Sampah Guna Kurangi Polusi
- Penyakit Akibat Polusi Udara yang Perlu Diwaspadai, Bisa Sebabkan Masalah pada Otak
"Kita perlu tahu penyebab utamanya tuh apa untuk polusi. Bukan hanya dari coal fired power plant (PLTU batubara), tapi juga dari pembakaran sampah, clearing of land dengan membakar. Jadi waste management," ujar Mari dalam Indonesia Sustainability Forum (ISF) di Park Hyatt Jakarta, Jumat (8/9).
Menurut dia, ada banyak pertimbangan untuk melakukan program pengentasan polusi.
Kembali, ia menekankan agar upaya tersebut tidak hanya berfokus pada program jangka menengah panjang saja, tapi juga jangka pendek.
"Saya rasa mungkin waste management yang paling ada di depan mata. Mulai dari tidak membakar sampah, dan koleksi sampah yang benar. Itu bisa dimulai saat ini pun dan seterusnya," pintanya.
Mari menilai inisiasi masyarakat jadi cara paling ampuh untuk melakukan mitigasi pencemaran udara. Dia lantas berkaca terhadap apa yang telah dilakukan China dan India.
"Itu saya rasa bukan pemerintah, society, rakyat yang harus tetap protes. Itu yang persis terjadi di Beijing, di New Delhi. Beijing itu switch di dalam komitmen dia di Climate Change begitu rakyatnya protes ketika Beijing begitu polluted,"
kata Mari menjelaskan.
Kendati begitu, ia menilai hasil dari upaya tersebut juga tidak bisa didapatkan dalam waktu singkat. Terpenting, Mari ingin agar segala pembahasan yang muncul tidak hanya sekadar wacana.
"Waktu 1 tahun untuk menyusun dan memulai, yes. Tapi untuk menyelesaikan tentu tidak. Yang penting itu memulai dengan sesuatu yang terencana dan berdasarkan data dan evidence, apa penyebab utamanya," pungkasnya.