Premium tak lagi disubsidi, Pertamina segera upgrade kilang
Pencabutan subsidi membuat kinerja keuangan Pertamina semakin membaik.
Pemerintah memutuskan tidak lagi memberi subsidi terhadap bahan bakar minyak (BBM) subsidi jenis Premium. Kebijakan tersebut diambil lantaran harga minyak dunia yang mengalami tren penurunan. Pencabutan subsidi dinilai tidak akan memberatkan masyarakat.
Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto menyambut baik kebijakan pemerintah ini. Dia menilai kebijakan ini akan membuat kinerja keuangan Pertamina semakin membaik. Setidaknya, BUMN migas ini mempunyai peluang untuk memperbaiki kilang.
"Ya ada, kan kita memang harus berkembang. Kita akan melakukan fokus investasi kita di storage, di kilang di upgrade kemudian persiapan untuk mempercepat pengembangan di hulu," ujarnya di Kantor Kemenko, Jakarta, Rabu (31/12).
Menurut dia, dengan dicabutnya subsidi premium maka Pertamina akan menjual BBM dengan harga pasar. Untuk wilayah di luar Jawa yang membutuhkan transportasi lebih maka akan dilakukan subsidi silang.
"Itu kebutuhannya kalau kita membawa BBM ke luar Jawa termasuk ke Papua itu kita kan butuh ongkos angkut. Oleh karena itu ongkos angkut sudah include di situ. Jadi oleh karena itu Pertamina memang harus, internal Pertamina harus cross subsidi antara hasil yang di Jawa dan di luar Jawa," jelas dia.
Bahkan dirinya mengaku juga akan menguntungkan di sektor transportasi. "2 persen. Tapi beda beda, ke Kalimantan lain, ke Sumatera lain," ungkapnya.
Belum lagi keuntungan bagi pengusaha SPBU. "Fee kita berikan kepada pengusaha SPBU 17 persen. Kalau yang lama kalau tidak salah Rp 240 per liter. Kita hitung saja tambah 17 persennya. Itu akan kita berikan ke SPBU. Dengan begitu SPBU juga bisa lebih survive," tutup dia.