Produk Dekorasi Rumah RI Berpotensi Jadi Pesaing Berat Polandia di Eropa
Faktor tanggung jawab sosial dan sertifikasi sangat penting agar produk bisa naik kelas menuju premium. Jika tidak, maka produk home decor Indonesia malah akan terjebak di kelas menengah dan hanya bersaing dengan produk China dan Vietnam.
Kementerian Perdagangan dan Centre for Promotion of Imports from Developing Countries (CBI) menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) untuk menunjang ekspor home decoration atau dekorasi rumah Indonesia ke Belanda. Ekspor produk home decoration di Indonesia ditargetkan naik kelas lewat program ini.
Salah satu hal penting dalam MoU ini yaitu menjunjung tinggi segi tanggung jawab sosial, seperti ramah lingkungan dan produksi bebas dari pekerja anak. Ini penting karena konsumen Eropa mulai memantau terhadap proses produk dibuat. Pihak CBI pun membantu UKM Indonesia menyelesaikan tantangan itu agar kualitas produk naik kelas.
-
Apa saja produk pertanian Indonesia yang diekspor ke Timor Leste? Produk pertanian Indonesia yang diekspor ke Timor Leste diantaranya gandum, kedelai, kacang hijau, tomat, jeruk, gula, susu, pakan, dan produk unggas.
-
Kenapa bisnis baju bekas impor dilarang di Indonesia? Presiden Jokowi mengungkapkan bisnis baju bekas impor ilegal sangat mengganggu industri tekstil dalam negeri.
-
Bagaimana Kemendag memfasilitasi eksportir Indonesia di pameran EIM? “Kemendag memfasilitasi puluhan eksportir Indonesia untuk memamerkan produk-produk potensial melalui pameran EIM agar pangsa pasar produk Indonesia di negara Meksiko semakin luas,” tambahnya.
-
Kenapa ekspor telur ke Singapura bisa menjadi bukti keberhasilan Indonesia di pasar dunia? Singapura menjadi salah satu negara dengan standar mutu dan keamanan pangan yang tinggi, sehingga ekspor ini menjadi salah satu keberhasilan Indonesia di pasar dunia.
-
Apa yang menunjukkan pertumbuhan industri manufaktur Indonesia? Geliat pertumbuhan ini dapat terlihat dari peningkatan permintaan baru yang menunjukkan aktivitas produksi yang semakin terpacu.
-
Perubahan apa saja yang terjadi di Indonesia terkait budaya konsumsi? Budaya konsumsi juga semakin berkembang di Indonesia. Perubahan ini tercermin dalam gaya hidup konsumerisme, di mana konsumsi menjadi salah satu identitas sosial dan sumber kebahagiaan. Budaya ini membentuk pola konsumsi yang lebih individuistik dan materialistik.
"Produk kita sebenarnya bagus, cuma perusahaan kita di sini banyak kurang informasi mengenai permintaan market di sana seperti apa, karena kita cuma fokus ke produk, (padahal) ada sertifikasi dan sustainability," jelas Liena Mahalli, local sector expert CBI.
Dia mengingatkan bahwa faktor tanggung jawab sosial dan sertifikasi sangat penting agar produk bisa naik kelas menuju premium. Jika tidak, maka produk home decor Indonesia malah akan terjebak di kelas menengah dan hanya bersaing dengan produk China dan Vietnam.
Sementara, bila naik kelas maka produk home decor Indonesia bisa bersaing dengan produsen lokal Eropa, seperti Polandia.
Wakil Dubes Belanda Ardi Stoios-Braken turut membenarkan bahwa permintaan konsumen Belanda sudah fokus ke dampak sosial produk, seperti terkait lingkungan. Belanda sendiri merupakan market share terbesar bagi Indonesia di Eropa untuk ekspor produk home decoration, yakni 22,5 persen.
Stoios-Braken juga merasa tersanjung karena MoU ini ditandatangani tak lama setelah kunjungan Perdana Menteri Mark Rutte ke Indonesia.
"Salah satu tujuan besar dalam kunjungan itu adalah mengonfirmasi kembali relasi kuat yang eksis antara kedua negara, dan juga ke depannya menekankan kolaborasi dagang, dan salah bentuknya adalah bekerja sama untuk mempromosikan barang dagang dari Indonesia menuju Belanda dan Eropa," jelasnya.
Incar Rp520 Miliar
Indonesia menindaklanjuti kerjasama dengan Centre for the Promotion of Imports from Developing Countries (CBI) asal Belanda untuk menggenjot ekspor produk usaha kecil dan menengah ke Belanda. Lewat proyek ini, total potensi ekspor produk dekorasi rumah yang bisa diraup dalam lima tahun ke depan adalah Rp520 miliar.
Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional Dody Edward pun menandatangani MoU dengan Managing Director CBI Hans Obdeijin untuk menegaskan kerjasama tahun 2019-2024. Tujuannya juga untuk meningkatkan daya saing dan aspek tanggung jawab sosial dari pelaku UKM.
"Diharapkan UKM kita bisa naik kelas, karena nanti mereka dikenalkan bagaimana strategi masuk ke pasar Eropa, antara lain dilakukan melalui pelatihan, pendampingan dan mengikuti promosi dagang. Pelatihan tentunya bisa melihat tren pasar di sana dan sertifikasi yang harus dipenuhi, termasuk mereka juga diberi pengetahuan tentang e-commerce," ujar Dody di Gedung Kementerian Perdagangan, Jakarta, Selasa (15/10).
Proyek dengan CBI ini berpotensi menambah kontribusi ekspor dekorasi rumah sebesar 2,5 juta euro atau Rp40 miliar. Secara total, ekspor dekorasi rumah bisa mencapai setengah triliun dalam lima tahun ke depan. "Sampai akhir proyek ada sekitar 32,5 juta euro atau setara dengan Rp520 miliar sampai nanti akhirnya," lanjut Dody.
MoU ini merupakan tindak lanjut dari Letter of Intent (LoI) yang telah ditandatangani di Den Haag pada 23 Juli 2019. Belanda memiliki market share terbesar bagi produk dekorasi rumah asal RI di Eropa, yakni 22,34 persen.
Belanda pun dipandang sebagai hub agar produk RI bisa beredar di negara Eropa lain seperti Jerman. Sejauh ini, CBI telah mendapat 11 UKM dekorasi rumah yang produknya diekspor ke Belanda.
Dody ingin jumlah partisipan terus bertambah dan tahun ini sudah ada 93 UKM yang nantinya akan melalui tahapan kurasi. Produk yang dipilih tak hanya yang murni kerajinan tangan, tetapi juga semi, dan termasuk furnitur kecil seperti stool (kursi pendek) namun skalanya tetap UKM.
"Pelaku ekspor kita khususnya dari sektor dekorasi rumah akan mendapat kesempatan untuk dibina secara langsung dari tenaga ahli CBI Belanda. Hal ini tentu sangat menguntungkan karena bisa mendapat informasi lengkap dan terkini dari perspektif pembeli," ujar Dody.
Reporter: Tommy Kurnia Romy
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)