Program bangun kilang baru Pertamina tak jamin kemandirian energi
Cara ini dianggapnya tidak efektif dan memakan dana miliaran dolar Amerika Serikat.
Mantan ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri mengkritik program Refinery Development Master Plan (RDMP) atau penambahan kilang untuk wujudkan kemandirian energi PT Pertamina. Cara ini dianggapnya tidak efektif dan memakan dana miliaran dolar Amerika Serikat.
"Setiap masalah keluarnya proyek. Ini saat ini proyek RDMP. Ongkosnya USD 25 miliar. Apa hubungannya dengan kemandirian energi?" kata Faisal di Jakarta, Selasa (26/5).
Pengamat ekonomi ini menyarankan Pertamina juga perlu memperhatikan berbagai macam nilai strategis seperti produksi minyak itu sendiri. Pasalnya, kilang minyak mampu berproduksi jika dapat pasokan minyak mentah yang mana produksinya terus menurun.
Hasilnya strategi ini kurang bermanfaat bagi kemandirian energi juga perekonomian.
"Untuk memenuhi kebutuhan BBM, memang perlu kita bangun kilang. Nah kalau kita lihat proyek kilang kebanyakan stand alone. Jadi mana ada yang untung kalau hanya bangun kilang?" terangnya.
Sebelumnya, minimnya penemuan cadangan minyak membuat Indonesia harus siap melakukan banyak impor. Cadangan minyak Indonesia justru kalah dari Vietnam yang memiliki luas wilayah lebih kecil.
"Jadi susah di Indonesia dapatkan minyak dan sudah dapat minyak pun relatif kecil," kata Faisal Basri di Jakarta.
Faisal menuturkan, masalah migas Indonesia ada pada minimnya upaya eksplorasi penemuan cadangan migas baru. Dia mengklaim cadangan migas Indonesia terbukti tiap tahunnya terus mengalami penurunan.