Rupiah Melemah ke Level Rp14.078 per USD Dipicu Sentimen Domestik
Ibrahim menjelaskan, Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan data pertumbuhan angka kredit perbankan untuk periode September pada hari Rabu 20 November 2019. Namun, data pada kredit pada bulan Agustus hanya tumbuh 7,89 persen.
Nilai tukar Rupiah ditutup melemah tipis di posisi Rp14.078 di pasar spot. Rupiah tercatat tertekan 0,01 persen atau melemah 2 poin.
Direktur PT Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi menjelaskan, ada sejumlah sentimen domestik yang menekan laju pergerakan Rupiah hari ini.
-
Apa yang dimaksud dengan nilai tukar Dolar Singapura dan Rupiah? Nilai tukar antara Dolar Singapura dan Rupiah mencerminkan perbandingan nilai antara mata uang Singapura (SGD) dan mata uang Indonesia (IDR).
-
Bagaimana Pejuang Rupiah bisa menghadapi tantangan ekonomi? "Tidak masalah jika kamu bekerja sampai punggungmu retak selama itu sepadan! Kerja keras terbayar dan selalu meninggalkan kesan abadi."
-
Bagaimana redenominasi rupiah dilakukan di Indonesia? Nantinya, penyederhanaan rupiah dilakukan dengan mengurangi tiga angka nol di belakang, contohnya Rp 1.000 menjadi Rp 1.
-
Kapan Indonesia mendevaluasi nilai tukar rupiah untuk pertama kalinya? Pada 7 Maret 1946, pemerintah mendevaluasi nilai tukar rupiah sebesar 29,12 persen, dari Rp1,88 per USD1 menjadi Rp2,65 per USD1.
-
Apa yang dijelaskan oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengenai redenominasi rupiah? Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, implementasi redenominasi rupiah ini masih menunggu persetujuan dan pertimbangan berbagai hal.
-
Bagaimana nilai IDR ditentukan? Perubahan nilai IDR dapat dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan politik, seperti inflasi, tingkat pertumbuhan ekonomi, stabilitas politik, dan faktor-faktor global seperti kondisi pasar internasional.
"Surplus perdagangan bulan Oktober tak selamanya positif, ada risiko yang terkandung di dalamnya. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan ekspor Oktober 2019 terkontraksi atau turun 6,13 persen year-on-year (YoY) dan impor turun 16,39 persen YoY. Ini membuat neraca perdagangan surplus USD 160 juta," tuturnya di Jakarta, Senin (18/11).
Ibrahim menjelaskan, Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan data pertumbuhan angka kredit perbankan untuk periode September pada hari Rabu 20 November 2019. Namun, data pada kredit pada bulan Agustus hanya tumbuh 7,89 persen.
Kredit September Diprediksi Melambat
Sementara itu, Trading Economics memperkirakan kredit bulan September akan tumbuh lebih lambat menjadi 7,5 persen.
"Jika benar angka kredit tumbuh lebih rendah dari perkiraan maka saham-saham di sektor keuangan bisa jadi dihindari pelaku pasar untuk sementara," ungkap dia.
Sementara itu dari sisi regional, pasar akan mengawasi perkembangan di Hong Kong, di mana polisi menjebak ratusan pengunjuk rasa di dalam sebuah universitas besar, menutup jalan di daerah itu setelah hampir dua hari berturut-turut.
"Gejolak itu bisa memukul harga saham Hong Kong dan bisa merusak mata uang sensitif risiko di kawasan itu, seperti dolar Australia," katanya.
Untuk perdagangan esok, pihaknya memproyeksi mata uang rupiah masih akan melemah imbas faktor eksternal yang dominan.
"Kemungkinan range akan berada di level 14.050-14.150," tegasnya.
(mdk/idr)