Rupiah terperosok ke level Rp 14.630 per USD, BI diprediksi bakal naikkan suku bunga
Rupiah bakal sulit untuk menguat kembali ke kisaran Rp 13.000. Sebab tantangan perekonomian yang menekan rupiah makin banyak.
Ekonom Universitas Gadjah Mada, Tony Prasetiantono memprediksi Bank Indonesia akan kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin, dari 5,25 persen menjadi 5,5 persen. Hal ini disebabkan oleh tambahan tekanan terhadap nilai tukar Rupiah akibat krisis Turki.
"Sehingga mau tidak mau BI harus naikan suku bunga dari 5,25 persen ke 5,5 persen persen, karena tambahan beban (untuk Rupiah)," ungkapnya saat ditemui, dalam diskusi yang diadakan Jalan Media Communication (JMC), di Bellevue Hotel, Jakarta, Selasa (14/8).
-
Kenapa Bank Indonesia mengembangkan Rupiah Digital? Selain menjadi mata uang yang cepat, mudah, murah, aman, dan andal dalam ekosistem digital di masa depan, Rupiah Digital juga menjadi solusi yang memastikan Rupiah tetap menjadi satu-satunya mata uang yang sah di NKRI.
-
Bagaimana Pejuang Rupiah bisa menghadapi tantangan ekonomi? "Tidak masalah jika kamu bekerja sampai punggungmu retak selama itu sepadan! Kerja keras terbayar dan selalu meninggalkan kesan abadi."
-
Apa yang dijelaskan oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengenai redenominasi rupiah? Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, implementasi redenominasi rupiah ini masih menunggu persetujuan dan pertimbangan berbagai hal.
-
Bagaimana redenominasi rupiah dilakukan di Indonesia? Nantinya, penyederhanaan rupiah dilakukan dengan mengurangi tiga angka nol di belakang, contohnya Rp 1.000 menjadi Rp 1.
-
Bagaimana Bank Indonesia memastikan bahwa rencana redenominasi rupiah tetap berjalan? Bank Indonesia pun memastikan bahwa rencana redenominasi rupiah atau Rp1.000 ke Rp1 masih terus berjalan. Bahkan, Bank Indonesia sudah siap dengan skenario dalam penerapan redenominasi rupiah ini.
-
Bagaimana BRI meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia? Sebagai bank yang berfokus pada pemberdayaan UMKM, BRI memiliki jutaan database nasabah, baik simpanan maupun pinjaman. Ini menyebabkan BRI terpapar risiko data privacy breach dan cyber security system.
Dalam pandangannya, Bank Indonesia sudah seharusnya menaikkan suku bunga sebagai upaya untuk menjaga stabilitas Rupiah.
"Untuk langkah preventif tentu BI harus menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin," kata dia.
"Tadinya kita hanya hanya hadapi kenaikan suku bunga acuan The Fed dan trade war, tapi sekarang ditambah Turki," lanjut Tony.
Dia pun memprediksi bahwa ke depan, Rupiah bakal sulit untuk menguat kembali ke kisaran Rp 13.000. Sebab tantangan perekonomian yang menekan rupiah makin banyak.
"Sudah susah ke Rp 13.000-an. Ada trade war, ada kenaikan harga minyak. Ada kenaikan suku bunga acuan The Fed, itu yang membuat tekanan semakin besar ke rupiah," ujarnya.
Informasi saja, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) bergerak melemah di perdagangan hari ini, Selasa (14/8). Pagi ini, Rupiah dibuka di level Rp 14.615 per USD, melemah tipis dibandingkan sebelumnya di level Rp 14.607 per USD.
Mengutip data Bloomberg, Rupiah melanjutkan pelemahannya usai pembukaan hingga menyentuh level Rp 14.630 per USD. Namun sempat menguat dan melemah kembali, dan saat ini Rupiah berada di level Rp 14.627 per USD.
Baca juga:
Rupiah jeblok, Jokowi perintahkan Pertamina beli minyak dari kontraktor dalam negeri
Gejolak nilai tukar Rupiah buat target investasi 2018 tak akan tercapai
Pelemahan rupiah hingga perang dagang bikin investasi RI melambat
Hari ini, nilai tukar Rupiah tembus Rp 14.630 per USD
Pengumuman capres dan cawapres dinilai tak mampu redam gejolak Rupiah
Nilai tukar Rupiah terperosok ke level Rp 14.612 per USD