Sri Mulyani Waspadai Dampak Defisit Perdagangan ke Pertumbuhan Ekonomi RI
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan defisit neraca dagang Indonesia memang masih disebabkan oleh dua komponen migas dan non migas. Dua komoditas tersebut akan menjadi perhatian khusus pemerintah hingga akhir tahun untuk menjaga pertumbuhan ekonomi nasional.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar USD 1,33 miliar pada November 2019. Defisit disebabkan oleh menurunnya ekspor menjadi USD 14,01 miliar dan impor sebesar USD 15,34 miliar.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan defisit neraca dagang Indonesia memang masih disebabkan oleh dua komponen migas dan non migas. Dua komoditas tersebut akan menjadi perhatian khusus pemerintah hingga akhir tahun untuk menjaga pertumbuhan ekonomi nasional.
-
Kapan Alun-alun Puspa Wangi Indramayu diresmikan? Sebelumnya alun-alun ini diresmikan pada Jumat (9/2) lalu, setelah direnovasi sejak 19 Mei 2021.
-
Bagaimana Dedi Mulyadi merawat Sapi Bargola? Dirawat dengan Rasa Melalui pengelolaan di Peternakan Lembur Pakuan, Dedi memberikan contoh bagaimana mengelola peternakan yang baik, pertanian organik sampai pada membangun sektor perikanan yang baik di pedesaan.
-
Kapan Dewi Khotijah dibunuh? Saat ia sedang salat, para punggawa kerajaan menyerangnya dengan tombak dan keris.
-
Kapan Wibowo Wirjodiprodjo meninggal? Di akhir hidupnya, Ari dan Ira Wibowo menceritakan bahwa sang ayah pergi dengan tenang, tanpa rasa sakit, dan dikelilingi oleh keluarga tercinta.
-
Siapa Dewi Rengganis? Legenda Dewi Rengganis penjaga Gunung Argopuro Diceritakan bahwa Dewi Rengganis, putri dari Kerajaan Majapahit, diasingkan ke puncak gunung bersama enam dayangnya.
-
Kapan Sri Mulyani dan Retno Marsudi bertemu? Kemarin (1/8), akhirnya kita bertemu saat rapat bersama di Istana Merdeka... Always glad to meet my bestie,",
"Kita perlu terus memerhatikan dua komponen itu, dua ekspornya, penyebabnya, komoditas, migas dan non migas untuk impornya juga sama. Kita terus mewaspadai, terutama dampaknya pada pertumbuhan ekonomi nasional," katanya saat ditemui di Ritz Calton, Jakarta, Selasa (17/12).
Sebelumnya, Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, nilai neraca perdagangan pada November disumbang oleh defisit sektor migas sebesar USD 1,02 miliar dan non migas sebesar USD 0,3 miliar. Menurutnya, melambatnya ekspor karena perekonomian global yang melambat.
"Tantangan yang kita hadapi menjadi luar biasa dan harus ekstra hati-hati. Hal ini sebagian besar disebabkan perdagangan global melambat, ekonomi global melambat. Jadi kita harus ekstra hati-hati ke depan," jelasnya.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-November 2019 mencapai USD 153,11 miliar atau menurun 7,61 persen dibanding periode yang sama tahun 2018. Demikian juga ekspor non migas mencapai USD 141,67 miliar atau menurun 5,71 persen.
Penurunan Ekspor Non Migas
Penurunan terbesar ekspor non migas November 2019 terhadap Oktober 2019 terjadi pada bijih, terak, dan abu logam sebesar USD 239,6 juta (46,78 persen), sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada lemak dan minyak hewan/nabati sebesar USD 131,2 juta (8,69 persen).
Menurut sektor, ekspor non migas hasil industri pengolahan Januari-November 2019 turun 3,55 persen dibanding periode yang sama tahun 2018, dan ekspor hasil tambang dan lainnya turun 16,35 persen. Sementara ekspor hasil pertanian naik 3,50 persen.
Ekspor non migas November 2019 terbesar adalah ke China yaitu USD 2,42 miliar, disusul Amerika Serikat USD 1,48 miliar dan Jepang USD 1,11 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 38,81 persen. Sementara ekspor ke Uni Eropa (28 negara) sebesar USD 1,14 miliar.
Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari-November 2019 berasal dari Jawa Barat dengan nilai USD 27,71 miliar (18,09 persen), diikuti Jawa Timur USD 17,08 miliar (11,16 persen) dan Kalimantan Timur USD 15,03 miliar (9,82 persen).
(mdk/idr)