Strategi BRGM Bangun Ekosistem Bisnis Pedesaan untuk Tingkatkan Kesejahteraan
Kepala Kelompok Kerja Partisipasi dan Kemitraan BRGM, Muhammad Yusuf mengatakan bahwa pengembangan program ekosistem bisnis pedesaan butuh sinergitas antara petani, pelaku usaha dan BUMDes agar produk inovatif desa ini bisa terus berkembang.
Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) berkolaborasi dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) membangun ekosistem bisnis pedesaan di Kabupaten Bengkalis, Riau. Program ini memberi pelatihan pengolahan produksi berkelanjutan.
Kepala Kelompok Kerja Partisipasi dan Kemitraan BRGM, Muhammad Yusuf mengatakan bahwa pengembangan program ekosistem bisnis pedesaan butuh sinergitas antara petani, pelaku usaha dan BUMDes agar produk inovatif desa ini bisa terus berkembang.
-
Kapan Ekowisata Bale Mangrove diresmikan? “Ekowisata Bale Mangrove adalah bukti nyata kolaboraksi yang kuat dari keberlanjutan program Kampanye Sadar Wisata (KSW) 5.0 di Desa Wisata Jerowaru,” kata dia.
-
Apa saja yang ada di Graha Mangrove? Tempat ini memiliki area hutan mangrove yang luas dan memiliki berbagai fasilitas seperti jalur hiking, jembatan kayu, dan ruang kelas untuk pelatihan.
-
Dimana lokasi Bontang Mangrove Park? Wisata ini berlokasi di Jl. Cut Nyak Dien, Bontang Baru, Bontang Utara, Kota Bontang, Kalimantan Timur.
-
Di mana contoh tempat wisata hutan mangrove di Jakarta? Di Indonesia, ada banyak hutan mangrove yang saat ini dijadikan tempat wisata alam. Salah satunya di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.
-
Kenapa melestarikan hutan mangrove sangat penting? Untuk itu melestarikan hutan mangrove sangat diperlukan.
-
Bagaimana Kemenparekraf terlibat dalam pengembangan Ekowisata Bale Mangrove? Terlibat langsung dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) pariwisata dan menjembatani beragam kolaboraksi pendukung dibukanya Ekowisata Bale Mangrove di Desa Wisata Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur; Provinsi Nusa Tenggara Barat, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) terus mendorong komitmen mewujudkan kontribusi nyata pariwisata yang bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat maupun kelestarian lingkungan menuju pariwisata berkelanjutan.
"Dari pelatihan ini diharapkan masyarakat lebih inovatif dalam menciptakan produk olahan yang memiliki mutu dan kualitas baik. Sehingga di Bengkalis tak hanya lingkungannya saja yang terjaga tapi juga bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat," katanya dikutip dari Antara, Rabu (23/11).
Dikatakannya, meningkatkan kesejahteraan masyarakat termasuk salah satu tujuan program restorasi gambut yang dilakukan BRGM melalui revitalisasi ekonomi yang juga terintegrasi dalam Program Desa Mandiri Peduli Gambut dan Desa Mandiri Peduli Mangrove.
"Kegiatan ini memang bentuknya kolaborasi antara BRGM dan IPB, kebetulan kita memang terikat dalam kerja sama program kegiatan Kedai Reka dengan tema yang dibawa IPB itu inovasi ekosistem bisnis pedesaan berbasis BUMDes, One Village One Ceo and One Village One Innovation," ujar Project Manager Program One Village One CEO Bintoro.
Dia menjelaskan, program pelatihan pengolahan produk tersebut meliputi sagu, nanas, roti dan ubi kayu, yang nantinya sagu akan diolah menjadi mie dan sagu, sedangkan roti akan diolah lebih inovatif untuk menciptakan varian baru.
Untuk nanas akan diolah menjadi selai, dodol, keripik dan sirup, sementara untuk ubi kayu akan diolah menjadi produk cassava frozen dan keripik singkong.
Pelatihan yang berlangsung selama 16 - 19 November 2021, tambah Bintoro, terbagi dalam lima kelompok, di mana masing-masing kelompoknya diikuti oleh 30 peserta yang berasal dari 10 desa, yaitu Desa Air Putih, Desa Sungai Batang, Desa Pematang Duku, Desa Penampi, Desa Kelebuk, Desa Kuala Alam, Desa Sekodi, Desa Kalemantan, Desa Kalemantan dan Desa Ketam Putih.
Inovasi Sistem Bisnis
Menurut dia, One Village One CEO konsepnya adalah inovasi ekosistem bisnis pedesaan, melalui pelatihan-pelatihan mulai dari budidaya sampai marketingnya. "Program ini kita observasi dulu potensi, keunggulan dan permasalahan yang ada di situ, baru kita masuk based on assessment, jadi yang diupayakan itu biar tepat sasaran," katanya.
Bintoro menyatakan, ekosistem bisnis pedesaan tak mudah, sehingga perlu adanya kolaborasi dengan lembaga yang menaunginya agar ekosistem bisnis pedesaan ini bisa berkelanjutan.
"Saya berharap program ini nantinya akan mencetak CEO-CEO baru dari desa dan muncul inovasi-inovasi yang produknya bisa dipasarkan secara nasional dan global. Karena program IPB sebelumnya di Jawa Barat sudah ekspor ke 11 negara, mudah-mudahan ini juga bisa dilakukan di Riau," katanya.
(mdk/idr)