Strategi Pemerintah Tekan Stunting di Tengah Pandemi untuk Kejar Bonus Demografi
Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo mengatakan, tantangan yang serius bagi bangsa untuk menciptakan generasi yang unggul, bahwa kesempatan untuk memetik bonus demografi itu tidak lama, sehingga ketika masuk di dalam Window Opportunity itu dibutuhkan generasi yang unggul, yang sehat dan tidak stunting.
Tantangan baru banyak dihadapi oleh berbagai sektor seperti kesehatan, ekonomi hingga pendidikan saat pandemi melanda Indonesia. Tak hanya itu, pandemi juga menjadi tantangan untuk mencapai target penanggulangan hambatan kesehatan seperti stunting. Padahal, pemerintah sedang mencanangkan target penurunan angka balita stunting menjadi 14 persen pada 2024.
Presiden Jokowi telah menunjuk BKKBN sebagai Ketua Pelaksana Program Percepatan Penurunan Stunting pada 25 Januari 2021 lalu. Penurunan angka stunting tentu bukan menjadi tanggung jawab satu instansi, melainkan dibutuhkan kerja sama multipihak untuk mempercepat upayanya, terlebih di tengah pandemi.
-
Apa dampak stunting bagi masa depan Indonesia? Anak yang mengalami stunting berisiko menghadapi keterbatasan dalam aspek akademis dan sosial, yang pada gilirannya mengurangi peluang mereka untuk berkontribusi optimal bagi masyarakat dan perekonomian negara.
-
Bagaimana cara Kemenkes menekan angka stunting di Indonesia? 'Harus ada upaya yang inovatif, perlu memperkuat intervensi yang ada targetnya agar bisa sama-sama menurunkan angka stunting,' ujar Laila Mahmuda di acara Media Gathering yang diselenggarakan oleh Halluu World & Sensitif di Mall of Indonesia (MOI), Kamis (24/08).
-
Kenapa angka stunting di Indonesia harus diturunkan? Dampak stunting bukan hanya tinggi badan. Akan tetapi kualitas hidup individu akibat munculnya penyakit kronis, ketertinggalan dalam kecerdasan, dan kalah di dalam persaingan. Stunting harus menurun minimal 3,8% per tahun adalah target dari BKKBN. Kita harus serius menurunkan angka stunting, oleh karena itu keluarga menjadi faktor kunci dalam mencegah stunting,”
-
Di mana angka stunting di Bandung berhasil diturunkan secara signifikan? Salah satu wilayah yang berhasil menurunkan angka stunting dengan signifikan yakni Kecamatan Andir.
-
Kenapa stunting bisa terjadi? Faktor penyebab stunting meliputi pola makan yang tidak sehat, kekurangan gizi, akses terbatas terhadap asupan makanan bergizi, serta infeksi kronis seperti diare dan penyakit pernafasan.
-
Mengapa angka stunting di Bandung masih jauh dari target nasional? Namun, angka itu masih jauh dari target yang sudah ditetapkan oleh pemerintah pusat yakni 14 persen.
Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo mengatakan, tantangan yang serius bagi bangsa untuk menciptakan generasi yang unggul, bahwa kesempatan untuk memetik bonus demografi itu tidak lama, sehingga ketika masuk di dalam Window Opportunity itu dibutuhkan generasi yang unggul, yang sehat dan tidak stunting.
"Itu betul dibutuhkan dan memang sekarang ini waktunya, karena kalau sekarang ini tidak mendapatkan kualitas SDM yang baik, ketika kemudian kita sudah tersusul dengan kondisi demografi populasi lansia jauh lebih besar, maka permasalahaannya sudah berubah dan tidak bisa lagi dikoreksi apabila ada kekurangan. Maka ini penting sekali dan Bapak Presiden memberi perhatian besar pada kualitas SDM kita," tutur Hasto dikutip di Jakarta, Kamis (8/7).
Hasto mengatakan, bicara masalah gizi, maka ada hal yang serius, yaitu stunting masih berada di angka 27,7 persen, kemudian anemia kekurangan zat besi itu masih sangat dominan padahal anemia ini sangat mudah dikoreksi.
"Tapi kalau kita lihat sekarang ini ibu hamil bisa mencapai 48 persen anemia berdasarkan Riskesdas tahun 2018," tambah Hasto.
Untuk mencapai target pengurangan angka stunting, BKKBN dan Danone Indonesia telah menandatangani nota kesepahaman dan melakukan sinergi program strategis kedua pihak untuk mencegah stunting.
Program Unggulan
BKKBN juga memiliki program unggulan yakni program pembangunan keluarga kependudukan dan dan keluarga berencana (Bangga Kencana) untuk mendukung percepatan penurunan stunting di Indonesia. Di saat yang bersamaan, Danone Indonesia memiliki payung integrasi program pencegahan stunting dalam payung ‘Bersama Cegah Stunting’. Melalui nota kesepahaman ini, BKKBN dan Danone Indonesia akan melakukan sinergi pada kedua program ini.
Vice President General Secretary Danone Indonesia, Vera Galuh Sugijanto menyatakan, pihaknya percaya bahwa kesehatan bumi dan manusia harus berjalan bersama, termasuk dalam pencegahan stunting. Untuk itu, program Bersama Cegah Stunting hadir untuk membawa intervensi gizi spesifik dan sensitif dalam upaya pencegahan stunting.
"Kami sangat senang dapat bermitra dengan BKKBN untuk melakukan berbagai upaya edukasi dan intervensi guna mencegah stutning. Terlebih di masa pandemi, kami berharap kerja sama ini dapat berjalan sesuai rencana, dan menginspirasi lebih banyak pihak untuk berkolaborasi demi mencapai 14 persen stunting di 2024," tutup Vera.
(mdk/idr)